Mohon tunggu...
Beta R
Beta R Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Filtrasi Lewat Literasi

15 Maret 2019   13:00 Diperbarui: 15 Maret 2019   13:16 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pinterest.com/bitner9/


Apa yang ada di pikiranmu saat melihat foto ini?Apa yang membuatmu penasaran dari foto itu?Bagaimana cara mengambil foto objek tersebut?Bagaimana mengatur pilihan tone warna pada foto tersebut?Dimana foto itu diambil? Atau...mungkin ada yang tertarik dengan buku pada foto itu?Siapa penulisnya? Apa judul buku itu?Apa yang dibahas dalam buku itu? Dan...Mungkin banyak pertanyaan lain-lain juga yang terbesit. Tentunya itu akan tergantung dengan apa hal-hal yang paling menarik bagi kita selama ini...
Berbicara tentang buku, pasti tidak akan jauh-jauh dari berbicara tentang membaca. Kalau boleh nostalgia sih, mungkin membaca adalah salah satu hal yang paling sering dicantumkan oleh kita-kita --khususnya generasi sebelum milenial wkwkw-- sebagai hobi saat mengisi biodata masa SD, SMP, atau bahkan mungkin SMA? Tapi... tak usah dipungkiri, padahal sejujurnya juga yaaah kita gak sering sering amat baca wkwkw
Oke, kembali lagi berbicara tentang membaca, saya yakin sebagian besar dari kita sudah paham bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan minat membaca cukup rendah. Bahkan, pada hasil salah satu penelitian menurut Central Connecticut State University (2016), minat baca masyarakat Indonesia berada pada urutan ke-60 dari 61 negara di dunia. Penelitian tersebut memaparkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih berada pada level 0,1% yang berarti dari 1000 orang hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca cukup tinggi. Terkaget? Ya, saya pun begitu. Menurut saya kondisi tersebut adalah kondisi yang memprihatinkan dan perlu perhatian. Kenapa?
Karena membaca sangat terkait dengan literasi, dan literasi sangat terkait dengan pembentukan karakter individu, terutama di era serba digital saat ini yang mana informasi mengalir sangat deras dari berbagai sudut, dari berbagai jejaring sosial/sosial media, dan dari berbagai pandangan subyektif individu. Dan untuk tidak terbawa arus informasi yang tidak benar, kita harus bisa memilih dan memilah mana informasi yang baik untuk diterima dan yang tidak.
Menurut saya, kemampuan memilih dan memilah informasi dapat diperbaiki melalui budaya literasi, kenapa? Karena budaya literasi dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk menggunakan, mempraktikkan, dan menjadikan hasil dari proses belajar dalam membaca sebagai budaya. Semakin tinggi kemampuan literasi maka, semakin tinggi pula kemampuan untuk memaknai bahwa setiap proses membaca yang dilakukan harus bermanfaat agar mampu diimplementasikan hasilnya ke dalam kehidupan.
Jadi... semakin kita sering membaca dengan baik, semakin kita mampu secara mudah mengatasi persoalan-persoalan yang kita hadapi untuk meningkatkan kualitas diri karena luasnya wawasan dan perbaikan pola pikir yang kita alami selama proses membaca. Asalkan... apa yang kita baca itu hal yang baik, dan berasal dari sumber yang kredibel yaaa

 

https://www.voicesofyouth.org
https://www.voicesofyouth.org

Mungkin sebagian akan berpikiran... Ah, ngomong aja sih mudah, nerapinnya mah nggak. Yah, tidak bisa dipungkiri rendahnya minat baca di Indonesia juga karena sebagian besar masyarakat masih menganggap, bahwa banyak hal yang lebih penting untuk dilakukan selain membaca. Tapi... percayalah, membaca itu juga penting lho hehehe
Meningkatkan kebiasaan membaca sebenarnya juga tak sesulit yang ada di pikiran kita... Mengapa demikian? Karena... perkembangan teknologi informasi yang pesat sebenarnya telah memberikan kemudahan bagi kita untuk membaca. Saat ini, hampir semua produk pemberitaan surat kabar maupun buku bacaan ada dalam bentuk digital. Kondisi itu sudah cukup membuktikan mudahnya akses untuk membaca, bukan?
Tapi sayangnya, dengan menjamurnya smartphone minat baca penduduk Indonesia malah semakin rendah karena banyak yang lebih aktif berselancara di sosial media daripada meluangkan waktu untuk membaca informasi-informasi terkini --yah, termasuk saya mungkin wkwkw--  Dilansir dari JakartaGlobe, dalam satu bulan 76 juta penduduk Indonesia mengakses sosial media meski berada dalam kecepatan internet cukup rendah --sekitar 6x lebih lemot dari Korea Selatan-- WOW! Sebesar itu effort untuk berselancar di sosial media, tapi serendah itu minat untuk membaca...
Padahal, budaya literasi mampu membangun wawasan dan kemampuan seseorang dalam pengambilan keputusan pada pembentukan karakter individu, baik dalam mengambil tindakan individu maupun kolektif. Karakter berani dalam mengambil tindakan individu maupun kolektif terbentuk karena seseorang yang memiliki budaya literasi yang tinggi biasanya, memiliki banyak wawasan atau landasan berpikir untuk berargumen. Dan... seseorang yang memiliki cukup banyak bukti dan dasar dalam pengambilan keputusan maupun berpendapat tentunya akan terdorong untuk beropini karena merasa cukup benar dan cukup baik untuk menyampaikan apa yang diketahuinya.
Selain itu, berdasarkan yang ditulis oleh Hannum dan Buchman (2003), budaya literasi yang tinggi mampu meningkatkan partisipasi politik seorang individu. Individu dengan budaya literasi yang tinggi akan cukup toleran karena memahami bahwa masing-masing individu maupun kelompok memiliki kebutuhan dan alasannya masing-masing yang tidak dapat dijustifikasi secara sekilas. Tidak semua yang salah berwarna hitam dan tidak semua yang benar berwarna putih. Budaya literasi tinggi juga akan memperluas pengetahuan seseorang akan fenomena yang terjadi di negeri ini dan solusi yang dibutuhkan.
Memiliki pengetahuan, wawasan, dan solusi atas fenomena yang terjadi di negeri ini akan mampu mendorong keinginan seseorang untuk menyampaikan pendapatnya ke ranah publik, yang secara tidak langsung adalah bentuk partisipasi politik dan demokrasi dalam negeri ini. Hal ini perlu, terutama dalam menghadapi pemilihan presiden 17 April mendatang. Agar kita cukup informasi untuk memilih calon pemimpin yang baik menurut kita masing-masing (:

https://www.istockphoto.com/
https://www.istockphoto.com/
 

Bukan hanya masalah pastisipasi politik, Budaya literasi juga mampu mempengaruhi kondisi sosial-ekonomi seseorang. Sebagaimana berkembangnya industri dan teknologi, maka akan meningkat pula kebutuhan industri terhadap karyawan yang melek teknologi dengan kemampuan yang baik dalam belajar.
Sehingga, para pencari kerja dengan tingkat literasi rendah akah kesulitan mendapatkan pekerjaan akibat persaingan di pasar kerja yang semakin tinggi. Pencari kerja yang sulit memperoleh pekerjaan akan meningkatkan angka pengangguran dan beban yang terbentuk. Tingginya angka pengangguran akan meningkatkan kebutuhan tanpa disertai hasil kerja yang mampu membantu pembangunan negeri ini.
Lalu, apa yang dapat disimpulkan? Jadi, budaya literasi yang rendah bukanlah hal yang dapat diabaikan begitu saja. Budaya literasi yang rendah perlu diatasi baik dari membentuk mindset akan kebutuhan membaca bagi generasi muda mendatang melalui pendidikan sejak usia dini, maupun perbaikan mindset bagi generasi produktif saat ini.
Yuk! Mulai sekarang pelan-pelan kita tingkatkan kebiasaan membaca kita. Bisa dimulai dengan membaca hal-hal yang paling menarik untuk kita dulu, dan kalau udah kebiasa, nanti akan lebih banyak hal yang kita ingin untuk baca. Selain meningkatkan budaya literasi untuk diri sendiri, kita juga bisa berperan aktif dalam membantu peningkatan budaya literasi untuk masyarakat maupun bagi generasi mendatang dengan menjadi donatur ataupun sukarelawan program-program peduli literasi (:
Katanya sih, banyak jalan menuju Roma...Berarti, banyak juga jalan menuju baik...Jadi, jangan mudah menyerah pada sesuatu, jangan mudah puas di satu titik, jangan mudah menyerah mewujudkan mimpi.Satu kebaikan, akan menimbulkan kebaikan lain (:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun