Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kenalan dengan Komunitas Postcrossing, Lebih dari Sekadar Berkirim Kartu Pos!

29 April 2017   22:53 Diperbarui: 30 April 2017   13:08 3254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meet-up para postcrosser di Jakarta, 29 April 2017. (Foto: Trie Wahyuni/Komunitas Postcrossing Indonesia)

Sekitar 40 orang dengan beragam usia dan latar belakang berkumpul di sebuah rumah makan di bilangan Jalan Juanda, Jakarta Pusat, 29 April 2017 siang hari. Mereka bukan hanya untuk berkumpul dan makan-makan saja, tetapi hampir tiap orang membawa lembaran-lembaran kartu pos bergambar. Ada yang hanya 2-3 lembar, tetapi tidak sedikit yang sampai 10 lembar kartu pos bahkan lebih.

Di sela-sela makan siang, bahkan sebelum dan sesudah makan, sambil bercakap-cakap mereka saling membubuhkan tanda tangan atau sekadar paraf dan singkatan nama mereka pada kartu-kartu pos itu. Tak heran bila satu kartu pos bisa penuh dengan puluhan nama, namun tetap menyisakan ruang untuk menuliskan nama dan alamat yang akan dikirimi kartu pos itu, serta juga tempat untuk menempel prangko di bagian kanan atas kartu pos itu. Semuanya dilakukan di sisi kartu pos yang tak ada gambarnya, sedangkan yang ada gambarnya tetap dibiarkan tanpa ditandatangani atau dituliskan apa pun, agar tidak mengurangi keindahan gambar yang dicetak pada kartu pos itu.

Happy Postcrossing. (Foto: pinterest.com)
Happy Postcrossing. (Foto: pinterest.com)
Inilah kegiatan yang disebut meet-up atau pertemuan para postcrosser, sebutan untuk yang menyenangi hobi postcrossing. Postcrossing adalah sebuah proyek online yang memanfaatkan jaringan internet, yang memungkinkan anggota dari komunitas untuk mengirim dan menerima kartu pos dari seluruh dunia. Ingat, hanya proyek termasuk pendaftaran dan pengiriman nama dan alamat yang akan dikirimi kartu pos itu yang dilakukan secara online, sedangkan kartu posnya sendiri benar-benar dalam bentuk fisik. Dikirim menggunakan prangko dari kantor pos anggota komunitas itu ke alamat anggota yang nama dan alamatnya telah dikirimkan oleh administrator komunitas melalui online,

Slogan dari aktivitas postcrossing ini adalah, “send a postcard and receive a postcard back from a random person somewhere in the world!”, atau bisa diartikan mengirim sebuah kartu pos dan menerima kartu pos kembali dari siapa pun di tempat mana pun di dunia ini. Memang, administrator komunitas Postcrossing melalui situs web-nya http://www.postcrossing.com yang dengan bantuan komputer secara acak mengambil nama dan alamat komunitas dari mana pun, lalu dikirimkan kepada yang memintanya. Orang yang memintanya kemudian akan mengirim kartu pos ke nama dan alamat yang diterimanya. Sebaliknya, orang yang meminta tadi akan juga mendapat kartu pos, tetapi dari orang lain dan bukan dari yang dikirim kartu pos olehnya.

Ada yang memamerkan kartu posnya dalam meet-up postcrosser di Jakarta, 29 April 2017. (Foto: Komunitas Postcrossing Indonesia)
Ada yang memamerkan kartu posnya dalam meet-up postcrosser di Jakarta, 29 April 2017. (Foto: Komunitas Postcrossing Indonesia)
Secara tidak langsung, aktivitas itu menumbuhkan semangat perkenalan dan persaudaraan seluas dunia. Sampai saat ini, anggota komunitas telah ada ratusan ribu di lebih dari 200 negara di dunia, termasuk di Indonesia. Siapa pula yang menyangka bahwa aktivitas ini semula hanya karena hobi seorang pemuda di Portugal.

Adalah Paulo Magalhães, yang memang senang mengoleksi kartu pos tetapi bukan sekadar membelinya, namun benar-benar dikirimkan melalui kantor pos dari suatu tempat di mana kartu pos itu berasal. Dia lalu membuat situs postcrossing tersebut. Paulo memulai meluncurkan situs web itu pada 14 Juli 2005, dan dengan cepat berkembang luas. Bukan hanya di Portugal, tetapi sampai ke berbagai negara ada penggemarnya.

Selain saling berkirim dan menerima kartupos, pada perkembangannya kegiatan postcrossing semakin banyak. Seperti telah disebutkan, ada yang disebut meet-up, di mana para postcrosser berkumpul, saling menandatangani kartu pos, kemudian dikirimkan baik ke alamat yang hadir pada acara itu, maupun ke teman-teman postcrosser lainnya.

Salah satu contoh kartu pos yang ditandatangani beramai-ramai. (Foto: http://sususpostcards.blogspot.co.id)
Salah satu contoh kartu pos yang ditandatangani beramai-ramai. (Foto: http://sususpostcards.blogspot.co.id)
Ada juga aktivitas yang disebut Give Away (GA). Ini adalah pemberian hadiah dari seorang postcrosser kepada sesama anggota komunitas. Biasanya yang ingin memberikan GA menawarkan melalui online, namun kalau jumlah peminatnya lebih banyak dari kartu pos yang dimiliki, maka yang menawarkan bisa memilih siapa yang akan dikirim. Cara paling mudah adalah “siapa cepat, dia dapat”, siapa yang lebih dulu menyatakan keinginannya untuk dikirim kartu pos, dialah yang mendapat.

Ada lagi yang disebut Round Robin. Biasanya ini adalah kegiatan yang didaftarkan dulu siapa yang berminat ikut. Misalnya, ada 10 orang yang akan ikut. Lalu orang pertama dalam daftar tadi akan mengirimkan satu amplop yang misalnya terdiri dari 3 sampai 5 kartu pos yang berlainan gambar. Amplop itu dikirimkan kepada orang kedua dalam daftar tadi. Si penerima boleh mengambil berapa saja kartu pos yang ada, dengan syarat dia harus mengganti dalam jumlah sama kartu pos yang diambilnya. Jadi kalau ambil 2 kartu pos, harus ganti 2 kartu pos juga. Syarat lainnya, kartu pos yang diganti harus berlainan, jadi misalnya dia mengganti 2 kartu pos maka gambarnya harus berlainan. Begitu terus sampai orang ke-10 mengirim kembali kepada orang ke-1 yang paling awal mengirim amplop berisi kartu-kartu pos tadi.

Di tengah era modernisasi dan serba internet seperti sekarang ini, aktivitas Postcrossing ternyata masih cukup banyak peminatnya. Bahkan bisa dikatakan terus berkembang dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, peminatnya mulai dari anak-anak sampai orangtua.

Sejumlah kartu pos yang diterima saat meet-up di Jakarta, 29 April 2017. (Foto: koleksi pribadi)
Sejumlah kartu pos yang diterima saat meet-up di Jakarta, 29 April 2017. (Foto: koleksi pribadi)
Kegiatan ini tanpa disadari sekaligus membantu keberadaan PT Pos Indonesia, karena kartu pos tersebut mereka tempelkan prangko dan dikirim melalui kantor pos. Suatu hal menarik, ketika kantor-kantor pos dalam layanan pengiriman surat pos semakin sedikit menggunakan prangko. Contohnya kini, kiriman surat kilat khusus, surat pos tercatat, dan sebagainya, tidak lagi mengggunakan prangko, padahal prangko tiap tahun tetap dicetak oleh Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI), Kementerian Komunikasi dan Informatika. Maka keberadaan aktivitas postcrossing membantu prangko-prangko yang dicetak Pemerintah itu tetap laku, di samping juga dibeli oleh para filatelis atau kolektor prangko, yang sebagian di antaranya juga ikut berkegiatan postcrossing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun