Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karakter, Kata Kunci Kegiatan Kepramukaan

6 Oktober 2016   22:31 Diperbarui: 6 Oktober 2016   22:38 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana diskusi yang diselenggarakan Satuan Komunitas Pramuka Sekawan Persada Nusantara di Jakarta, 6 Oktober 2016. (Foto: Sako SPN)

“Kalau ada peristiwa bencana alam, siapa yang dicari wartawan untuk diwawancara? Pasti tim SAR, bukan Pramuka. Walaupun mungkin di dalam tim SAR itu adalah anggota Gerakan Pramuka juga,” pertanyaan dan sekaligus jawabannya dikemukakan Folber Siallagan, wartawan salah satu suratkabar di Jakarta.

Folber merupakan salah satu narasumber dalam kelompok diskusi terarah bertajuk “Pembentukan Karakter Melalui Gerakan Pramuka Berbasis 4 Fokus Utama Kwarnas”. Dua narasumber lainnya adalah Dr. Kodrat Pramudho, Wakil Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, dan Ashar Budiman, Ketua Pimpinan Nasional Satuan Komunitas (Sako) Sekawan Persada Nusantara.

Sako sebagaimana disebutkan dalam Petunjuk Penyelenggaraan Kwarnas Nomor 177 Tahun 2012 adalah satuan organisasi penyelenggara pendidikan kepramukaan, yang berbasis antara lain profesi, aspirasi dan agama. Sako adalah organisasi pendukung Gerakan Pramuka dan merupakan himpunan dari gugusdepan berbasis komunitas dan berbasis satuan pendidikan yang mempunyai kesamaan profesi, aspirasi, dan agama.

Sako Sekawan Persada Nusantara berbasis pada Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), karena itulah acara diskusi tersebut diadakan di aula kantor Dewan Pengurus Pusat LDII di bilangan Patal Senayan, Jakarta Selatan, pada 6 Oktober 2016. Diskusi tersebut dimaksudkan untuk memperoleh pengayaan materi Musyawarah Nasional LDII yang akan digelar bulan depan.

Kembali kepada pertanyaan dan jawaban Folber tadi, sebenarnya bisa dimaknai beberapa hal. Pramuka belum dikenal luas atau memang karena kegiatan pertolongan pada kejadian bencana alam yang menjadi “ujung tombak” adalah tim SAR, maka yang penting dicari untuk diwawancarai adalah tim SAR. Di Indonesia, tentunya adalah Badan SAR Nasional (Basarnas) yang baru-baru ini diubah namanya menjadi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP).

Badan yang kini berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden itulah yang sesuai tugasnya menjadi “pimpinan” semua kegiatan pencarian dan pertolongan. Bukan Pramuka, walaupun mungkin di dalam satuan tim ada anggota Gerakan Pramuka yang ikut bergabung menjalankan misi kemanusiaan.

Ashar Budiman, Ketua Sako Sekawan Persada Nusantara (kiri) memberikan cenderamata kepada Wakil Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Dr. Kodrat Pramudho. (Foto: Koleksi Sako SPN)
Ashar Budiman, Ketua Sako Sekawan Persada Nusantara (kiri) memberikan cenderamata kepada Wakil Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Dr. Kodrat Pramudho. (Foto: Koleksi Sako SPN)
Terkait dengan hal itu, perlu pula dicatat yang dikatakan Kodrat Pramudho. Disebutkannya, dalam aktivitas bakti masyarakat para anggota Pramuka, seharusnya Pramuka tidak dilihat sebagai “buruh murah”. Misalnya membantu kelancaran lalu lintas atau membantu para pemudik saat Lebaran dan hari-hari raya lainnya, atau misalnya membantu memperbaiki rumah dan sekolah yang rusak. Terpenting, kata Kodrat, semua anggota Gerakan Pramuka yang terlibat harus diberi pemahaman baik sebelum maupun sesudah kegiatan. Mulai dari apa yang dirasakan, pengalaman dan tambahan wawasan baru yang diperoleh, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pendidikan karakter bagi tiap-tiap Pramuka yang ikut serta.

Karakter memang kata kunci untuk setiap kegiatan kepramukaan. Perlu dipahami bahwa Gerakan Pramuka sebagai organisasi kepanduan di negara lain adalah gerakan dan organisasi pendidikan. Bukan organisasi sosial yang misi utamanya membantu orang lain.

Tentu saja, setiap Pramuka dididik untuk selalu siap sedia membantu dan menolong orang lain, siap ikut serta membangun masyarakat. Namun kegiatan apa pun, inti utamanya adalah pendidikan karakter. Jadi mulai dari kegiatan bernyanyi dan bertepuk tangan saat latihan di Gugusdepan Pramuka, sampai aksi bakti masyarakat, semuanya harus dilandasi bahwa selain untuk kepentingan orang lain, maka kegiatan-kegiatan itu juga harus bermanfaat bagi Pramuka yang bersangkutan.

Saat menolong orang, dia bisa merasakan betapa orang lain berterima kasih.  Mendapatkan ucapan terima kasih, memperoleh jabatan tangan, menerima tepukan di pundak sebagai ucapan terima kasih dan rasa bahagia orang yang ditolong. Pada saat itu juga, para Pramuka dapat merasakan kebahagiaan dan kebanggaan menolong orang lain. Sedikit demi sedikit dapat ditanamkan kepada diri tiap Pramuka, bahwa ternyata menolong orang justru juga membahagiakan dan membanggakan diri Pramuka itu sendiri.

Pihak Sako Sekawan Persada Nusantara tampaknya juga menyadari hal itu. Paling tidak tercermin dari kerangka acuan pertemuan tersebut. Di dalamnya, disebutkan antara lain bahwa nilai-nilai pembentukan karakter itu digali dari nilai-nilai luhur Pancasila, yang merupakan dasar negara Republik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun