Pasar e-commerce di Indonesia semakin menjadi-jadi. Ini terlihat dari data tahun ke tahun transaksi semakin besar. Pada tahun 2016 saja transaksi sudah diperkirakan mencapai 68 trilyun ! Dan ini didukung dengan pengguna smartphone sekitar 93 juta ( APJII ). Pada tahun 2020-2030 usia produktif di Indonesia diperkirakan akan meledak. Usia produktif sekitar 180 juta ( 15-64 thn), tentu saja kita menjadi pasar yang empuk bagi dunia jika kita tidak mempersiapkan SDM yang menyokong era bonus demografi.
E-commerce sekarang sangat jelas terlihat lebih menjual produk yang menyasar kaum muda. Bagaimana tidak, dengan potensi market share yang super besar ini,  banyak perusahaan dari luar Negara kita membuka perwakilannya di Indonesia. Kita dapat melihat marketplace seperti tokopedia, elevenia, bukalapak, dan yang lainnya berlomba lomba memberikan penawaran yang murah dan menggiurkan. Bahkan, Tokopedia kini sahamnya  porsi besarnya telah dimiliki sang raksasa Market Place Alibaba. Produk yang kebanyakan dijualkan lebih ke life style, karena memang strong consumer kita menyukainya.
Untuk itu pemerintah jangan sampai lengah melihat potensi pasar yang sangat besar ini. Regulasi yang mendukung harus segera di buat dan bukan malah mempersulitnya.
Kesempatan ini tentu saja bisa menumbuhkan ukm kita agar segera go digital. Karena ukm kita sangat mampu menopang perekonomian nasional sejak krisis moneter 1998.
Mengapa go digital ? Tentu saja ini cara yang paling hemat daripada membuka cabang fisik.
Kendala besarnya tentu saja harus ada sebuah ekosistem dimana promosi, distribusi, dan pasar sudah tersedia dengan baik. Inipun pelaku ukm harus dilatih cara penggunaannya, karena masyarakat kita harus menjadi profesional dalam memamfaatkan teknologi bukan hanya sekedar menjual. Mereka harus paham apa membangun branding agar lebih cepat dikenal dan menciptakan produk yang berkualitas. Apalagi, Kominfo telah memprediksi, ada sekitar 1700 Triliun nilai ekonomi digital tahun 2020. Luar biasa bukan ?
Kalau sudah begini, Indonesia dimasa kesempatan emas bonus demografi tidak lagi hanya menjadi penonton yang selalu marah jika "pemain" lain menjadi penguasa pasar. Cukup sudah kita hanya sekedar mengeluh dan menyalahkan keadaan. Bonus demografi harus menjadi bonus bagi bangsa Indonesia, agar tidak hanya menjadi pasar bagi orang asing.