Lagi ada sahabat dari sebuah kabupaten di luar Jawa berkunjung ke Jakarta. Di telpon ahhhh... Biar nampak ada perhatian (ceillee... sok perhatian segala). Soalnya dia itu baik banget. Kata dia di pesan pendek, hari ini jadwalnya sudah longgar. Kemarin2 sibuk sekali dengan berbagai training dan meeting.
Tadi aku minta waktu buat nelpon. Dia mengijinkan.
"Halloo....... asyik yaa di Jakarta?"
"Ramai banget Cil. Beda jauh ama kampung." jawabnya dari seberang.
"Banyak lampu kah?" mulut mulai gatal untuk meledek.
"Kaget. Banyak lampu, gedung2 tinggi, mobil bagus, orang cantik."
"Hahahaha....." aku tertawa. Tapi tentu dia cuma bercanda. Kemegahan dunia itu cuma sementara, hanya sarana untuk mencapai keabadian, bukan tujuan.
Dan tentu saja yang dia lihat yg bagus2 wong tinggal di hotel berbintang. Coba masuk gang di sebelah hotel. Pasti di belakang hotel sudah padat sekali dgn pemukiman. Rumah2 hampir tak berjarak, banyak orang nongkrong, got2nya mampet hingga airnya kental hitam seperti oli bekas. (Maaf yaa warga Jakarta.... ane sedikit nyablak).
Tentu gak cuma Jakarta saja yg begitu. Kota2 besar umumnya kondisinya sama. Bandung, Surabaya, Semarang, .... (yg pernah di lihat baru 3 itu). Display depan cantik, apalagi kalau kena cahaya lampu. Tapi di baliknya gudang padat penuh aneka barang. Di belakang2 gedung megah biasanya ramai penghuni. Bahkan air pun jadi mahal, harus beli.
"Pas tiba di bandara kemarin bingung sekali. Bandaranya luas sekali."
"Hihihi...." aku ketawa. Kebayang bandara Sukarno Hatta yg sangat ramai. Berbagai model manusia ada di sana. Bermata sipit, besar, biru, kuning, semua ada. Semua bergegas menentukan langkah tujuan masing2. Hanya sebagian kecil yg punya tujuan kepergian yg sama.