Mohon tunggu...
Benyaris A Pardosi
Benyaris A Pardosi Mohon Tunggu... profesional -

Pendatang di Negeri Orang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Batak tidak Kasar!

9 Oktober 2013   11:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:47 3815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13812945921083809565

[caption id="attachment_271195" align="alignleft" width="232" caption="Ilustrasi: batakculture.wordpress.com"][/caption]

“BAH.. KURIBAK KAU NANTI...!!!”

Suku batak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang berdomisili banyak di daerah Sumatera Utara. Orang Batak tersebar di seluruh daerah Sumatera Utara dimana di daerah-daerah tersebut terdapat marga-marga batak yang mendominasi sehingga daerah tersebut menjadi daerah asal satu marga tersebut. Maka jika sesama orang Batak bertemu dan berkenalan dengan menyebutkan marga, biasanya mereka akan mudah menebak dari mana asalnya, atau jika mereka sudah lama tinggal di kota, maka nenek moyang mereka mungkin berasal dari sana.

Sebenarnya Suku Batak ini terdiri dari lima sub suku yaitu Pakpak, Mandailing, Karo, Toba dan Simalungun. Akan tetapi akhir-akhir ini Batak itu sendiri seperti terbagi-bagi, Karo tidak mau menyebut dirinya sebagai Batak, namun sebagai orang Karo demikian juga dengan Simalungun mereka lebih suka disebut dengan orang Simalungun. Mengapa hal ini terjadi adalah karena kelima sub Suku Batak ini juga memiliki bahasanya masing-masing. Maka tak heran jika Suku Batak lebih condong kepada Batak Toba.

Misalnya untuk mengatakan salam sebagai ungkapa yang paling sering kita kenal dari orang Batak yaitu kata “HORAS”, kata ini adalah bahasa Batak Toba, berikut ungkapa salam dari masing-masing sub Suku Batak ·Pakpak “Njuah-juah Mo Banta Karina!” ·Karo “Mejuah-juah Kita Krina!” ·Toba “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!” ·Simalungun “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!” ·Mandailing dan Angkola “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”

Perihal orang Batak berikut ini saya sampaikan 7 Falsafah Batak yang mempengaruhi kehidupan orang Batak:

1.Mardebata (Ber-Tuhan)

Pada awalnya nenek moyang orang Batak mengenal dan memiliki keyakinan kepada Debata  Mula Jadi na Bolon (Allah Pencipta yang Besar), mereka juga menyembah kepada Sahala ni Ompu Sijolo-jolo Tubu atau kepada Roh nenek moyang yang dipercaya memiliki kesaktian dalam memberi berkah. Hal ini sangat kental dalam suku Batak jauh sebelum agama Kristen dan Islam masuk ke tanah Batak.

2.Marpinompar (Beranak cucu)

Sejak dahulu kala orang Batak memiliki semboyan “Anakkon hi do hamoraon di ahu” (Anakku adalah kekayaan bagiku), orang Batak mengatakan bahwa banyak anak banyak rejeki. Maka tak heran sebelum era program KB orang Batak memiliki anak yang banyak dalam satu keluarga, ada yang tujuh, delapan, sembilan bahkan kesebelasan. Oleh karena itu jika ada orang Batak yang tidak memiliki keturunan atau anak/menantu tidak memiliki keturunan mereka menganggapnya sebagai orang yang tidak diberkati Tuhan. Namun seiring masuknya peradaban modern dan agama, prinsip “Anakkon hi do hamoraon di ahu” mulai dipahami bukan lagi dari segi jumlah anak, melainkan prestasi mereka.

3.Martutur (Memiliki Kekerabatan)

Dalam adat Batak dikenal istilah dalihan na tolu (tiga tungku) yang terdiri dari (dongan tubu, boru, hula-hula)

Dongan tubu adalah saudara laki-laki satu marga, baik itu saudara kandung atau saudara jauh, jika masih satu marga masuk dalam golongan ini. Misalnya saya marga Pardosi maka dongan tubu saya adalah abang kandung saya dan marga Pardosi yang lain.

Boru adalah saudara perempuan satu marga, baik saudari kandung maupun saudari jauh yang masih satu marga dengan saya.

Hula-hula dalah marga istri orang batak, misalnya jika saya menikah dengan wanita bermarga Panjaitan maka semua saudara istri saya adalah hula-hula saya.

Dalam kekerabatan dalihan na tolu ini dikenal tiga butir aturan yang secara turun temurun mengatur bagaimana orang Batak bersikap terhadap kerabatnya berdasarkan tiga golongan di atas:

-Manat mardongan tubu (manat = hati-hati) artinya sesama dongan tubu harus hati-hati untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman sebagai saudara. Orang Batak dulunya tingga berdekatan dengan keluarga secara berkelompok sesuai dengan marga. Karena itu sangat penting agar mereka selalu hati-hati terhadap saudara, ada ungkapan dalam orang Batak yaitu “Hau na jonok do masriogosan” pohon/kayu yang dekat selalu bergesekan.

-Elek marboru (Elek = lemah lembut) orang Batak harus memperlakukan saudara perempuan atau anak perempuan dengan lemah lembut, karena posisi mereka sangat penting dalam budaya orang Batak, mereka sering berperan mempersiapkan pesta atau melayani tamu yang datang.

-Somba marhula-hula (Somba = hormat, bukan sembah) mengapa hula-hula harus dihormati adalah karena merekalah sumber istri bagi orang Batak sehingga mereka sering disebut sebagai sumber berkat, makanya mereka harus dihormati. Tanpa hula-hula maka orang Batak tidak akan mempunyai istri.

Selanjutnya dalam kekerabatan itu sendiri ada beberapa panggilan yang sering dipakai orang Batak seperti Lae: panggilan saudara laki-laki istri, ito;wanita semarga, oppung: ayah/ibu  dari orang tua kita, tulang: saudara laki-laki dari ibu, namboru: saudara perempuan dari bapak, amangboru: suami dari namboru, bapa tua: abang dari ayah, bapa uda: adik dari ayah, pariban: anak perempuan dari saudara laki-laki ibu (untuk pria) untuk wanita sebaliknya, parumaen: menantu perempuan, hela: menantu laki-laki, simatua: mertua.

4.Maradat (Punya Adat)

Untuk mengatur adat istiadat orang Batak, ditarik berdasarkan tarombo atau silsilah keturunan dan hubungan kekerabatan. Posisi orang Batak diatur dalam acara-acara adat seperti pernikahan, upacara pemakaman dan acara-acara adat lain berdasarkan posisinya dalam dalihan na tolu. Masing-masing berdasarkan posisinya dalam kekerabatan orang Batak mengambil peran tanpa harus disuruh-suruh, mereka sudah langsung tahu apa yang akan dilakukan. Dalam budaya orang Batak adat memiliki posisi nomor dua setelah agama, maka tak heran dimana-mana orang Batak selalu melakukan upacara pesta dengan sangat meriah.

Salah satu ciri khas yang masih lestari dalam pesta Batak adalah acara mangulosi meberi Ulos dan Manortor (tari tortor). Ulos memiliki makna sebagai pemberi “kehangatan” makanya pemberian ulos baik dalam acara pesta nikah, berduka, anak lahir dan acara lain ulos selalu disertakan. Bagi yang bersukacita, melalui pemberian ulos maka ini adalah sebagai simbol pernyataan sukacita, doa dari pihak pemberi ulos. Bagi yang berduka cita, ulos juga menjadi simbol turut berduka cita dan dukungan bagi mereka agar segera terhibur. (catatan: jenis ulos untuk yang berduka cita dengan sukacita berbeda)

5.Marpanghirimon (Berpengharapan)

Orang Batak terkenal dengan keuletannya, hal ini adalah buah dari panghirimon (baca: pakkirimon) pengharapan. Orang Batak pantang berputus asa karena selalu ada harapan dalam setiap pergumulan, inilah yang membuat orang-orang Batak kental dengan sikap kerja kerasnya menantang kehidupan.

Orang Batak sendiri memiliki semboyan 3 Hyaitu:

Hamoraon – orang Batak adalah orang yang ingin mengejar hamoraon (Kekayaan) mereka siap bekerja keras untuk memperoleh kekayaan, baik itu laki-laki maupun perempuan. Orang Batak banyak yang merantau ke kota untuk mengejar kekayaan, mereka siap mengerjakan apa saja (halal) sebagai sumber kekayaan. Maka tak heran di kota-kota besar banyak dihuni orang Batak mulai dari tempel ban, hingga pengusaha sukses.

Hagabeon – ini adalah kebahagiaan, orang Batak disebut gabe (jadi), orang Batak disebut gabe apabila mereka sudah memiliki keturunan laki-laki dan perempuan, jika hal ini tidak ada maka dirasa ada yang kurang dalam keluarga tersebut. Namun akhir-akhir ini masalah harus punya anak laki-laki atau perempuan bukan lagi masalah, anak laki-laki dan perempuan sudah dipandang sama.

Hasangapon – identik dengan kehormatan, orang Batak selain kaya, dan marhagabeon, maka harus juga terhormat, maka tak heran orang Batak itu semua disebut raja. Anak ni raja dohot boru ni raja. Hal ini bukan sekedar menunjuk pada kedudukan dalam arti tahta raja, namun dalam bersikap seperti raja. Terhormat, bijaksana, tidak semberonoh sebagaimana seharusnya seorang raja. Maka dalam istilah orang Batak tidak boleh saling merendahkan karena semua adalah sama-sama anak ni raja dan boru ni raja.

6.Marpatik (Memiliki Aturan)

Dalam suku Batak ada aturan hukum yang mengatur tatanan kehidupan orang Batak sehingga dikenal kata tongka (baca: tokka) artinya pantang. Ada pantangan dalam kehidupan bermasyarakat orang Batak, pantang bercerai, pantang selingkuh, pantang menghina orang tua, pantang mencuri.

7.Maruhum (Memiliki Hukum)

Hukum ini banyak berlaku bagi orang Batak di bona pasogit (kampung halaman) seperti pengaturan batas-batas tanah, tanah adat, dalam hukum ini diatur tata hidup orang Batak yang berkeadilan.

Kesalah Kaprahan Mengenai Orang Batak

Berikut beberapa poin yang membuat orang batak sering disalah mengerti oleh mereka yang bukan dan tidak mengenal suku Batak.

-Orang Batak pasti Kristen

Memang suku Batak yang ada dan berasal dari Toba banyak didominasi oleh masyarakat yang beragama Kristen, akan tetapi orang Batak saat ini sudah banyak yang memeluk agama lain seperi Islam. Kemudian batak yang berada di Mandailing Natal (Batak Mandailing) mayoritas mereka memeluk agama Islam. Satu hal yang sering disalah mengerti adalah bahwa marga-mara dalam suku Batak sering dikelompokkan dalam bentuk agama. Padaha suku dan agama dalam adalah dua hal yang berbeda. Marga adalah warisan yang dibawa sejak orang Batak lahir dimana marga tersebut diturunkan dari marga ayah, sedangkan agama adalah pilihan bagi mereka untuk menganutnya.

- Batak adalah Suku Asli Medan?

Memang di Medan banyak orang Batak, namun suku asli yang ada di Medan itu sangat beragam Batak tentu salah satunya yang terdiri dari lima sub suku. Kemudian ada juga suku Nias dan suku Melayu di daerah Deli Serdang.

-Orang Batak Makan Orang?

Cerita ini adalah kisah masa lampau dimana nenek moyang orang Batak belum mengenal agama, bahkan salah satu misionaris dari Jerman diduga dimakan oleh nenek moyang orang Batak. Kalau sekarang orang Batak makan orang? Tidak.

-Orang Batak Kasar?

Suku Batak yang keberadaannya cukup eksis di seluruh penjuru tanah air sering dipandang sebagai suku yang tidak memiliki sopan santun, kasar, sombong dan penyembah berhala, banyak pandangan negatif yang dialamatkan kepada orang Batak. Orang Batak mudah dikenali dari logat bahasanya ketika mereka berbicara dalam bahasa Indonesia. Kentaranya logat batak memang sepertinya sulit dilepaskan dari orang batak, apalagi sudah muncul kata “BAH...” “Bah, yang kek mana nya kau ini..!!” “Bah,, kuhantam nanti kau..!!”  atau sering mendapat ejekan kalau ngomong orang Batak itu pake HURUF BESAR SEMUA.. hehehe. Orang Batak sebenarnya tidak kasar, hanya saja budaya Batak membuat mereka menjadi terdengar kasar, karena dulunya orang ternak (babi) di tanah Batak tidak dikurung sehingga tiap pagi dan sore mereka harus berteriak-teriak memanggil ternak mereka untuk makan, “huuurrjeee,,, huuurrjeee,,, huuurrjeee,,,” berulang-ulang sampai ternak mereka datang. Kemudian orang Batak adalah petani padi, jadi mereka sering menjaga padi dari serangan burung, untuk mengusirnya mereka juga berteriak kencang-kencang. Alasan lain adalah orang Batak yang suka membuat acara pesta adat. Dulu sebelum era pengeras suara mereka sering berteriak-teriak membacakan tata acara adat yang panjang lebar sehingga ketika akan manortor dan giliran mangulosi harus dipanggil dengan berteriak kuat. -Orang Batak Semberonoh? Orang Batak dianggap tidak punya aturan makan sambil mengangkat kaki sebelah ke atas kursi, makan pun lahap dan banyak-banyak. Hal ini memang menjadi ciri orang Batak karena mereka tidak boleh lambat-lambat makan karena harus segera berangkat kerja, pekerjaan sebagai petani  juga menuntut mereka harus banyak makan. Ngomongnya yang ceplas-ceplos sering juga dianggap sebagai kelemahan orang Batak, tapi hal ini adalah ciri mereka. Kalau marah, akan dimarahkan namun amarahnya selesai saat itu juga, orang Batak tidak suka memendam-mendam amarah. Tidak suka menutup-nutupi atau munafik, apa yang ada dalam hatinya itulah yang mereka ungkapkan. Namun amarah orang Batak hanya selesai di saat itu saja, mereka tidak akan membawa-bawanya sampai lama. -Kekurangan Orang Batak? Berbicara mengenai kelebeihan dan kekurangan semua suku yang ada di Indonesia pastilah ada. Tapi kelebihan dan kekurangan itu adalah warna-warni yang memperkaya budaya bangsa Indonesia sehingga tidaklah  perlu untuk saling diperdebatkan (bukan melarang berdebat, untuk kemajuan tidak masalah). Jadi kalau ada orang Batak yang mengatakan “Bah.. kuhantam nanti kau...!!” (dengan HURUF BESAR SEMUA) tidak usah cemas itu hanya  ungkapan kemarahan mungkin karena tersinggung. Sebenarnya masih banyak mengenai orang Batak yang harus saya sampaikan kepada sahabat-sahabat sekalian. Jika ada pertanyaan atau hal yang mengganjal mengenai orang Batak, kita bisa berdiskusi dengan rukun. Semoga bermanfaat, Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun