Mohon tunggu...
Beni Sutanto
Beni Sutanto Mohon Tunggu... Relawan - tertarik pada sejarah,sastra,seni dan budaya.

Tidak banyak cerita tentang saya, kalau hidup hanya sekali sudah itu mati maka saya memilih hidup tidak hanya sebagai satu orang. Tidak lebih banyak dari satu orang dan tidak lebih dari satu orang yang bergantian.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ceritaku dan Kerkhof Dezentje

31 Juli 2019   15:18 Diperbarui: 3 Agustus 2019   08:42 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam keluarga Dezentje (Foto Pribadi)

Nama keluarga Dezentje mulai banyak diperbincangkan belakang ini, terutama di kalangan pemerhati sejarah di Solo dan sekitarnya. Beberapa waktu lalu  salah satu komunitas pemerhati sejarah mengadakan bincang sejarah secara khusus tentang Dezentje yang digelar disalah satu rumah budaya di Kota Solo.

Keluarga Dezentje merupakan keluarga pemilik perkebunan yang amat disegani di wilayah Karesidenan Surakarta, Yogyakarta dan Semarang. Usaha perkebunan keluarga itu dimulai oleh Johannes Augustinus Dezenjte ( 1797 -1839 ) pada tahun 1810an, menjadikannya sebagai pionir perkebunan di tanah Vorstenlanden (Eks-Daerah Istiewa Surakarta dan Daerah Istiewa Yogyakarta).

Setelah banyak artikel di internet tentang keluarga Dezentje yang ditulis oleh beberapa orang dan  komunitas pegiat sejarah, banyak orang mulai mencari keberadaan makam keluarga ini.

Alangkah terkejutnya saya ketika mengetahui ternyata saya sering mengunjunginya namun tidak pernah tahu makam tersebut milik siapa. Namun untuk menuju tempat ini harus seizin keluarga dan BPCB setempat. 

Hingga artikel ini terbit sebelumnya saya telah dihubungi oleh pihak keluarga Dezentje dan beliau memberikan saran untuk merevisi beberapa tulisan dan juga mengenai wilayah keberadaan makam ini.

Ceritaku dan Kerkhof

Ketika pertama kali melihat tempat ini era 2000'an. Saya sedikit takut tempat itu nampak sangat menyeramkan dan sepeti tidak terjamah oleh orang. 

Namun, entah mengapa ada rasa kagum terpesona melihat sesuatu seperti tugu atau monumen yang jumlahnya banyak dan saya yakin usianya sudah sangat lama namun masih berdiri kokoh walaupun ditutupi pohon-pohon besar dan belukar mengelilingi setiap sudutnya.

foto 2014/dokpri
foto 2014/dokpri
Rasa penasaran terus menyelimuti, dasar anak kecil dan suka dengan hal-hal kuno, saya bertanya kepada keluarga saya, tempat itu ? Lalu mereka menjawab itu adalah makam Belanda atau keluarga kami menyebutnya Kerkop (Kerkhof bahasa belanda kuburan) , lalu siapa saja yang dimakamkan di sana dan kenapa dibiarkan seperti itu? 

Ada yang menjawab makam tersebut milik pejabat dan tentara Belanda sehingga tidak ada yang merawat karena sanak-keluarganya kembali ke Negeri Belanda, ada juga yang menjawab makam bupati Boyolali pertama. 

Kemudian mereka menceritakan cerita yang turun-temurun tentang seseorang dan 5 ekor kuda yang dijuluki "Gagak Rimang" yang juga dikuburkan di sana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun