Mohon tunggu...
Bayu Suntara
Bayu Suntara Mohon Tunggu... FREELANCER -

Freelance Journalist, Music n coffee addict,

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Unfriend" Myanmar Sekarang Juga

2 September 2017   12:28 Diperbarui: 4 September 2017   17:31 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melalui tulisan ini setidaknya saya berbuat  sebagai alumni Rotary Fellowship yang concern dalam hal kemanusiaan dan perdamaian. Tentang krisis kemanusiaan di Myanmar terdapat banyak fakta yang  mengejutkan diantaranya ditemukan mayat-mayat bayi dan orang dewasa dengan luka tembakan serta foto satelit bukti pembakaran kampung-kampung etnis rohingya. Selain itu, beredar juga video kekerasan militer Myanmar terhadap warga etnis Rohingya. Semua bukti tersebut dirilis oleh lembaga Amnesty Internasional dan media-media terkemuka.

Di Myanmar, orang Rohingya yang terkonsentrasi di Negara Bagian Rakhine di bagian barat negara itu,  merupakan sepertiga dari populasi. Pemerintah Myanmar mengklaim bahwa orang Rohingya adalah imigran gelap Bengali. Hal itu senada apa yang dikatakan Aung San SuuKyi kepada Dubes AS yang baru untuk tidak menyebut mereka sebagai 'Rohingya" sehingga tidak heran jika diskriminasi etnis tersebut telah mengakibatkan kurangnya akses terhadap pendidikan, perawatan kesehatan dan pekerjaan. Lebih dari 140.000 orang Rohingya memadati kamp-kamp yang sangat tidak memadai dimana mereka dipantau secara ketat oleh pihak berwenang, diwajibkan untuk melakukan kerja paksa dan dilarang bepergian ke luar desa mereka tanpa izin.

Sekilas saja untuk diketahui sejarah etnis Rohingya mengapa bisa berada di Myanmar, Ribuan orang Muslim di tahun 1400-an bermigrasi untuk membentuk Kerajaan Arakan, dan masuknya tambahan terjadi pada abad ke-19 dan 20, ketika saat itu wilayah Bengal dan Rakhine diperintah oleh Kerajaan Inggris. Sejak Birma diberikan kemerdekaan pada tahun 1948, pemerintah telah menolak klaim kewarganegaraan Rohingya meskipun sejarah mereka di Negara Bagian Rakhine. 

Penguasaan etnis mayoritas Buddhis terhadap negara telah memperkuat perlakuan diskriminatif ini, dan undang-undang 1982 yang disahkan oleh junta militer secara formal melepaskan Rohingya untuk akses kewarganegaraan penuh. Baru pada 1990-an terbatas, status "kartu putih" sementara diberikan, melembagakan status mereka sebagai warga kelas dua.

edition.cnn.com
edition.cnn.com
Gerakan anti Rohingya meledak pada tahun 2012 ketika seorang wanita Budha diperkosa dan dibunuh, dan orang-orang Rohingya dituduh melakukan kejahatan tersebut. Desa Rohingya dibakar dan 280 orang tewas, mengakibatkan lebih dari 120.000 orang melarikan diri dari negara tersebut. Human Rights Watch menggambarkan hal ini sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan sebagai bagian dari kampanye pembersihan etnis yang dilakukan oleh Militer Myanmar dan sekelompok Budha ekstrimis.

Sebagai bukti lainnya bahwa kejahatan "Cleansing Ethnics" yang juga diwarnai isu agama dapat ditemukan di pintu masuk desa Thaungtan ada tanda baru, berwarna kuning cerah, yang menyandang pesan: "Tidak ada Muslim yang diizinkan untuk menginap. Tidak ada Muslim yang diperbolehkan untuk menyewa rumah. Tidak menikah dengan Muslim". Pos tersebut didirikan pada akhir Maret oleh penduduk Budha di desa tersebut di daerah delta Irrawaddy yang padat di Myanmar yang menandatangani sebuah dokumen yang menyatakan bahwa mereka ingin tinggal secara terpisah. Sejak itu beberapa desa lain di seluruh negeri telah mengikuti. Kecil tapi sangat aneh, pos-pos "hanya Buddhis" ini berfungsi sebagai simbol ketegangan keagamaan yang mengancam sebuah negara yang terlahir melalui proses demokratis.

Selain bukti-bukti yang telah disebutkan diatas, berikut adalah pemberitaan valid yang di rilis oleh media Internasional kredibel atas kekerasan yang disengaja yg dilakukan oleh Militer  dan kelompok Budha ekstrimist Myanmar:

1) Violence in Myanmar: 18,500 Rohingya flee in 5 days (dirilis oleh CNN)

2) Burma: Rohingya Muslim babies and children 'being slaughtered with knives', UN warns  (dirilis oleh Independen Inggris)

3)  Myanmar army allegedly left Rohingya refugees with bullet wounds and burns (dirilis oleh harian the guardian)

4) Burma Is Pursuing 'Ethnic Cleansing' of Rohingya Muslims, U.N. Official Says (dirilis oleh Time)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun