Mohon tunggu...
Bayu Kurniawan
Bayu Kurniawan Mohon Tunggu... -

Scouts Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

“Saat Kemauan Tidak Berpihak Pada Si Lemah”

18 April 2013   23:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:58 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PERAN AKTIF MAHASISWA DI BIDANG SOSIAL

“Saat Kemauan Tidak Berpihak Pada Si Lemah”


Mahasiswa merupakan sebuah kata yang mungkin “wah” untuk sebagian orang, wah dalam arti sesuatu yang sangat istimewa dan sangat diharapkan akan dirasakan oleh setiap individu. Sebuah sebutan yang tentunya harus ditebus dengan perjuangan, baik itu dengan pengorbanan materi dan non-materi. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita semua mengetahui bagaimana susahnya untuk melanjutkan pendidikan, adakalanya mereka yang beruntung dan ada pula yang harus merelakan kesempatannya melanjutkan di perguruan tinggi karena ekonomi yang pas-pasan dan beban keluarga yang harus dipikul. Mungkin banyak dari kita yang kurang menyadari akan semua nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kita hingga saat ini, nikmat yang tiada hentinya dan tidak ada tandingannya.

Beruntunglah untuk mereka yang terus memacu semangatnya untuk berjuang hingga akhir nafasnya, dengan tingkat ekonomi yang lebih demi selembar kertas yang sangat dibanggakannya. Hal ini sangat beralasan karena tidak semua orang dapat merasakan rasanya menjadi seorang “Maha”, yang notabenya hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.

Sebuah ungkapan yang secara terminologi melekat erat pada setiap diri muda anak bangsa yang memiliki semangat membara jika dipercikkan api motivasi dan masa dimana seorang pemuda berada dalam tahap persiapan menuju kehidupan yang lebih jauh lagi. Baik itu yang sudah siap ataupun masih bersiap, mahasiswa telah ditakdirkan untuk berjibaku dengan masalah dan tantangan hidup yang diwariskan oleh para generasi sebelumnya. Semua tantangan yang ada bukanlah pilihan, namun ini menjadi fardhu atau kewajiban yang harus dihadapi bagi mereka yang mengerti akan arti sebuah perjuangan untuk terus memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.

Perjalanan yang panjang telah dimulai oleh seorang mahasiswa sejak ia berniat memasuki dunia perguruan tinggi. Si bocah yang saat SD hingga SMA hanya bisa melihat para penguasa negeri duduk manis diatas penderitaan rakyatnya yang masih banyak berada dibawah tarif kemiskinan, yang hanya bisa memanfaatkan jabatan yang sudah diamanatkan oleh rakyat. Mungkin banyak dari para pejabat yang saat ini berada diatas sana, hanya bisa mem”Bulli” para rakyat jelata dengan omong kosongnya. Dan kini saatnya mahasiswa memberikan perannya di lingkungannya. Lingkungan kampus contohnya dapat memberikan pendidikan emosional dan spiritual bagi diri mahasiswa lain. Lalu dalam lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal dapat membantu membentuk kesadaran bermasyarakat dengan merekonstruksi kondisi - kondisi dimana peran sosial potensial dalam diri individu dapat tersalurkan.

Semakin tingginya tingkat apatisme (acuh) dalam diri generasi muda maka tidak lain dan tidak bukan menjadi ciri kehancuran akan semakin dekat. Apakah cukup tenaga orang tua saat ini untuk membalikkan keadaan yang terus bergelombang saat ini. Musim kemarau dan penghujan dalam demokrasi kehidupan bangsa mengajarkan kita bahwa sangat sulit untuk tersenyum dalam keadaan yang serba sulit saat ini. Oleh karena itu, di tengah kegalauan yang kian memuncak dan apatisme yang melonjak tajam. Peran perguruan tinggi sangatlah diharapkan. Perguruan tinggi harus menjalankan Tri Darmanya, untuk mewujudkan generasi pemimpin masa mendatang yang cerdas, bermoral, dan yang pasti peka akan kehidupan disekitarnya.

Perguruan tinggi mempunyai tiga aspek yang wajib dipenuhi, aspek pertama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan wujud bakti perguruan tinggi untuk bangsa. Sebagai tempat pendidikan dan pembentukan moral anak bangsa , perguruan tinggi dituntut komitmennya untuk memberikan sumbangan terhadap pembangunan manusia yang berkelanjutan. Aspek kedua , adalah penelitian. Penelitian dilakukan setelah seorang mahasiswa mendapatkan pendidikan yang dirasa cukup, maka mereka dapat mengembangkan penelitian yang bertujuan menghasilkan suatu bentuk referensi ilmiah yang baru dan bermanfaat. Terakhir, bakti perguruan tinggi adalah ilmu yang bermanfaat, yakni bagaimana ilmu yang telah didapatkan dari pendidikan dan penelitian tersebut dapat disumbangkan kepada masyarakat. Artinya apa yang dikembangkan dalam kehidupan kampus memiliki hubungan dengan sistem yang berada di luarnya.

Begitu banyak peran yang harus dijalankan oleh mahasiswa. Setidaknya berusaha untuk berperan aktif dalam kegiatan yang berpacu pada Tri Darma Perguruan Tinggi. Kesuksesan yang akan diraih di akhir hanyalah milik mereka yang pandai dalam memanage peran tersebut. Dan sangatlah fatal akibatnya bagi mereka yang hanya menonton dan bertanya namun tanpa usaha yang jelas untuk diri mereka. Peran utama mahasiswa jelaslah sebagai sebuah kewajiban individu kepada orang tua masing – masing. Selembar sertifikat ijazah dengan nilai memuaskan merupakan suatu kebanggan yang dihadiahkan kepada kedua orang tua tercinta.

Dalam perkembangannya, peran mahasiswa sebenarnya terbagi menjadi berbagai macam. Namun saat ini saya akan menitikberatkan pada contoh kasus peran mahasiswa dalam hal sosial dan politik. Kedua buah peran ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab berbagai peran sosial yang dilakukan mahasiswa tidak luput sebagai bentuk peran politik aktif mereka terhadap keadaan bangsa. Melalui organisasi - organisasi kampus dan kemahasiswaan, mahasiswa membantu masyarakat menyelesaikan perkara sosial yang ada dalam masyarakat. Peran sosial ini dapat berupa melakukan kegiatan bakti sosial untuk yang tertimpa musibah bencana, baik alam ataupun Human Error. Peran sosial dan politik mahasiswa diharapkan selalu muncul di saat yang tepat untuk membela kepentingan rakyat.

Contoh permasalahan sosial yang paling konkret adalah mengenai anak jalanan. Jumlah anak jalanan di Jakarta cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dinas Sosial DKI Jakarta mencatat, saat ini ada 7.300 anak jalanan di Jakarta. Jumlah itu meningkat sekitar 10 persen dari tahun lalu. Padahal bagi anak jalanan yang berasal dari Jakarta, pemerintah melakukan pendekatan dengan cara menempatkan petugas di titik-titik yang menjadi tempat berkumpulnya anak jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun