Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Wajib Militer di Indonesia; Kenapa Tidak?

31 Mei 2013   20:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:43 1858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Kabar yang sedang terdengar santer saat ini adalah tentang adanya rancangan undang undang tentang  kewajiban keikutsertaan warga negara yang minimal berusia 18 tahun untuk menjadi Anggota Komponen Cadangan. Dalam hal ini, pelatihan wajib militer menjadi sarananya.

Sejatinya,  untuk ikut menjaga pertahanan dan keamanan di Indonesia adalah mutlak kewajiban seorang warga negara di Indonesia, sekaligus hak.  Banyak pro dan kontra mengenai pelaksanaan wajib militer sendiri dan beberapa justru menganggap bahwa wajib militer itu tidak perlu karena  tidak menginginkan peperangan.

Tunggu dulu.

Program wajib militer memang dirancang untuk memberikan kesiapan kepada siapapun warga negara yang sudah dewasa untuk ikut membawa sebuah kewajiban akan pertahanan negara. Pelatihan bak militer lengkap dengan pengenalan senjata dan strategi pun menjadi sebuah pembekalan. Kelak, bila hal terburuk terjadi, maka warga negara tersebut sudah siap untuk mengemban tugas membantu TNI dalam hal pembelaan kepada negara.

Apakah hanya itu fungsinya?  Tentu saja bukan.

Wajib militer sendiri  sebetulnya merupakan pembentukan karakter, watak dan kedisiplinan dalam pribadi dan tentunya bernegara. Bukan semata mata hanya kesiapan untuk sebuah perang atau keamanan saja.   Itu yang terpenting sebetulnya. Tidak pula hanya bertujuan untuk memiliterisasi warga sipil.

Pendidikan karakter berkebangsaan. Itulah yang memang diperlukan saat ini. Saatnya pembuktian , meninggalkan titik nyaman pola pikir kebanyakan untuk menjadi lebih disiplin.  Contoh yang paling mudah saja, siapa disini yang berani menyangkal bahwa kebiasaan jam karet bukanlah budaya Indonesia?  Bangsa Indonesia, lemah karena kebiasaan ini. Disiplin nampaknya sulit menjadi bagian dari kehidupan kita sehari hari.

Di jalan raya, misalnya.

Belum lagi di alam demokrasi yang bebas seperti sekarang ini, ideologi asing manapun dengan bebas masuk menghujam ke pemikiran pemikiran yang ada saat ini. Tentu baik, untuk membuka sebuah wawasan atas pemikiran yang 'baru', namun disisi sebaliknya karakter bangsa pun tetap harus terbentuk dengan sebuah penerapan pendidikan yang baik.

Memulai di usia 18 tahun ? Menjadi sangat baik untuk meningkatkan kualitas mereka yang kelak akan mengisi Indonesia dengan baktinya.  Jelas, lebih baik daripada pendidikan karakter 'mentah' yang didapatkan saat ini dari televisi, internet dan segala informasi yang masuk di era keterbukaan seperti saat ini.

Toh lebih baik cukuran crew cut cepak daripada rambut polem miring gak karuan ala boyband Korea kan? :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun