Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terima Kasih , Pak SBY

18 Oktober 2014   09:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:35 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14135736621406163151

Masa purna bakti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera usai.

Awal yang baik, dramatis pada saat pengangkatan Beliau yang penuh dengan dukungan simpatik. Terutama dari kaum hawa, yang melihat sosok yang kharismatik. Tahun demi tahun, kejadian demi kejadian.

Berbagai kasus tak selesai mendera baik dari lingkungan terdekat, partai yang dinaunginya dan bahkan dirinya sendiri. Ada sedikit rasa ketidak puasan melihat nya. Namun dalam hati tetap berprinsip : bedakan SBY seorang pribadi dan Presiden Republik Indonesia. Karena saat melihat sosok pribadinya, silahkan mengkiritisinya. Namun Presiden sebagai lambang negara RI ? Nanti dulu. Ada ewuh pekewuh dan kecintaan terhadap Bangsa ini yang sedikit menahan kearah sana.

Dia tetap Presidenku. Sementara sebagian orang telah benar benar antipati terhadap dirinya.

Ketimpangan hukum menjadi satu penyebab ketidak puasan. Beliau yang terkesan berhati hati dan terlihat 'lemah', seringkali menjadi bulan bulanan media. Tak begitu disukai didalam negeri, namun hubungan baik ke luar negeri dibina dengan sangat baik. Sering menghindari konfrontasi, bahkan di saat rakyat yang berjibun ini haus pengakuan dan kesetaraan dari negara negara lain, dan seringnya pada negeri Jiran yang konon sering bikin ulah, dan hanya dibalas dengan senyum 'prihatin' dan upaya diplomasi.

Kasus kemanusiaan. Penyelewengan yang di 'bungkus' atas nama agama. Seperti sengaja dibiarkan saja.

Slentingan keras "negara otopilot" pun terdengar.  Wakil Presiden pun seperti ada dan tiada.

Apakah tidak ada kebaikan dari Beliau sama sekali, yang sanggup membuat berkata secara ikhlas berterima kasih atas pengabdiannya? Tentu ada lah.

Pembelajaran akan sebuah kebebasan berpendapat. Dimana komunikasi berupa kritikan tak sekedar sental sentil namun terkadang malah terlalu kurang ajar terhadap lambang negara bernama Presiden? Beliau membiarkan saja. Bahkan mencoba membuka komunikasi melalui media sosial. Burung Biru dan Buku Wajah pun di buka. Makian tetap datang bertubi tubi, namun tetap dihadapi dengan tenang.

Bahkan Ibu Negara pun membuka diri melalui hobi ( yang kadang kadang pada saat protokoler kenegaraan terkesan kebablasan,maaf) namun berusaha apa adanya sebagai seorang (Ibu) Ani Yudhoyono. Bukan seorang Ibu Presiden. Membuka diri seperti itu?Menurut saya secara pribadi itu adalah satu terobosan.

Bersikap seakan akan mengalah demi Bangsa. Itu juga satu nilai yang sebetulnya cukup melegakan. Kondisi investasi di Indonesia sebetulnya cukup dan sangat baik di masa Presiden SBY. Hanya untuk mencapai sebuah kata kesejahteraan ekonomi secara merata? Memang tidak mudah melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun