Mohon tunggu...
Irham Bashori Hasba
Irham Bashori Hasba Mohon Tunggu... Lainnya - Sekilas Tentang Irham Bashori Hasba

Irham Bashori Hasba adalah pegiat sosial masyarakat, suka ngamati dan menuliskannya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

TAN; Sebuah Novel: Berjuang Tanpa Pamrih

23 Agustus 2017   11:13 Diperbarui: 23 Agustus 2017   22:37 1550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Pengunduran diri anggota-anggota bermental lemah adalah kelaziman. 
Kepergian mereka bukan untuk ditangisi, justru mesti disyukuri. 
Karena dengan begitu segenap sumber daya organisasi dapat memperkuat kesatuannya"

TAN; Sebuah Novel; 131

Beberapa saat sebelum dilahirkan, Ibrahim telah diramalkan oleh seorang tua misterius -- yang mengatakan kepada ayahnya takkala paceklik kekeringan datang -- bahwa dia akan menjadi pembawa perubahan besar kepada dunia. Disaat itulah, sang ayah "Sutan Rasyad" menaruh kepercayaan dan harapan besar kepada Ibrahim sejak sebelum dilahirkan sampai dia menjadi buronan politik dan sampai akhir hayatnya.

Tan Malaka merupakan nama pena Ibrahim ketika dia mengungkapkan kondisi sosial masyarakatnya ketika itu yang tercengkram oleh kolonialisme. Pada usia mudanya, Tan Malaka telah diangkat menjadi Datuk Pamuncak dalam adatnya di Minangkabau, namun karena kecintaannya untuk belajar dan semangat untuk melakukan perbaikan dan perubahan pada masyarakatnya, dia harus melepasnya dan bahkan rela diusir dari tanah adat -- tanah kelahirannya, untuk menimba ilmu di sekolah guru Rijkweekschool di negeri Belanda -- negeri yang telah menjajah negerinya.

Berada di lingkungan baru memberi warna berbeda bagi TAN. Dia berinteraksi dengan banyak orang dan membaca berbagai macam literatur ilmu pengetahuan di negeri Belanda, namun ketertarikannya pada dunia pergerakan yang begitu besar dengan semangat menghapus penindasan yang dilakukan kaum kolonial kepada bangsanya di Hindia menggerakkan TAN untuk memilih menulis dan berorganisasi sebagai awal pergerakan dan perjuangannya. Alur novel ini tidak selamanya menegangkan -- Hendri Teja membubuhkan sekuel romansa percintaan yang jarang ditemukan dalam banyak tulisan tentang kisah Tan Malaka -- dengan munculnya sosok Fenny van de Snijder dalam kehidupan TAN -- perempuan kulit putih yang begitu dicintainya.

Pertemuan TAN dengan aktivis gerakan dan para pelajar Hindia yang lain menginspirasinya dan memberinya sebuah kekuatan luar biasa dengan banyak tulisan karyanya yang begitu cerdas, lugas, dan kritis kepada bangsa Nederland dan Eropa yang telah menindas pribumi jajahannya, serta gagasan pentingnya berorganisasi untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam kisah ini, TAN berhasil berinteraksi dan bersama teman seperjuangan mendirikan PPHN (Perhimpunan Pelajar Hindia Nederland), sebuah organisasi yang berusaha memperjuangkan rakyat Hindia dari cengkraman pemodal kaum kolonial. Akibat pergerakannya, TAN pada akhirnya harus tersingkir dari Nederland sebelum lulus dan kembali ke Hindia menjadi guru di Deli dibawah perusahaan gula Goed Bericht.

Gagasan yang meluncur pesat dari benak TAN berupa rakyat Hindia harus belajar dan bangkit membuatnya cukup sibuk mempersiapkan kurikulum Sekolah Rakyat yang digagas dan dirancangnya untuk mendidik rakyat buruh perkebunan perusahaan gula Goed Bericht di Deli menjadi lebih cerdas, berujung pada ditetapkannya TAN sebagai buronan akibat dituduh menghasut buruh yang melawan dengan membakar perkebunan tebu akibat marah karena menanggung derita wabah tuberkolosis yang membuat banyak anak-anak buruh perkebunan tewas sementara tidak ada bantuan obat dari perusahaan gula Goed Bericht. Suka duka di Deli juga diwarnai dengan kesedihan mendalam sosok TAN karena perginya sang ibu menghadap penciptanya dan ketidakhadirannya menambah larut seorang TAN.

Dalam pelariannya dari Deli, Tan kembali mengunjungi tanah kelahirannya di Minangkabau dan berujung pada dia harus diusir untuk kedua kalinya oleh tetua adat. Namun dalam kerentaannya sang ayah dan adik tercintanya masih menaruh kepercayaan besar pada TAN bahwa dia akan memberi perubahan besar bagi dunia, seiring dengan rencananya untuk mengunjungi pulai Jawa melalui Batavia guna melanjutkan petualangan dan perjuangannya membela bangsanya yang terus tertindas.

Kisah perjuangan TAN di Jawa dimulai ketika dia sampai di Batavia dan bertemu dengan Alimin yang menghubungkannya dengan Semaun, salah satu tokoh Serikat Islam yang cukup berpengaruh ketika itu. Pertemuan mereka dengan para kaum pergerakan memberikan kesempatan kepadanya untuk mewujudkan gagasan membuat sekolah rakyat, sekolah yang bertujuan untuk mencerdaskan dan memerdekakan Rakyat Hindia dari cengkraman kaum Kolonial menuju kemerdekaan yang sebenarnya. Berdirinya Sekolah Rakyat rancangan TAN yang menekankan independensi dan kemandirian secara mutlak dari pemerintah gubernment sekaligus penjajah melambungkan namanya dalam kancah pergerakan nasional sebab Sekolah Rakyat banyak diadopsi dan bermunculan di setiap daerah. Meski sempat gagal menjadi Ketua Umum Serikat Islam karena pemerintah gubernmen tidak menginginkannya, TAN melalui rekomendasi dari Semaun berhasil menjadi presiden PKH (Partai Komunis Hindia) dan berhasil dimajukannya dengan pesat serta menyatukan Islam dan Komunis. 

PKH kemudian menjadi organisasi yang begitu ditakuti oleh Pemerintah Hindia Belanda secara khusus dan Kerajaan Belanda pada umumnya, sehingga setiap pergerakannya tidak lepas dari pantauan pemerintah.  Dalam kisah ini Fenny van de Snijder kembali muncul -- perempuan yang dicintainya TAN dahulu -- namun dengan status sebagai istri Hendrik, temannya di Belanda yang telah menjadi komandan PID (kepolisian ketika itu). Petualangan ini menempatkan cinta segitiga antara TAN, Fenny dan Hendrik yang berakhir dengan dijebloskannya TAN ke penjara untuk pertama kali setelah terjebak oleh peristiwa pesta Topeng yang digagas oleh Fenny.

Dua tahun berada di penjara tidak serta merta menjadikan pemikiran TAN punah, justru semakin terasah dan bersemangat untuk berjuang dalam keterasingan. Berkat peristiwa Gempa bumi, TAN berhasil kabur dari penjara yang sekaligus menyelamatkan nyawanya. Pelarian TAN sampai di Bogor dan menemui Haji Abdul Hasan -- seorang Tionghoa yang menjadi tokoh berpengaruh dan cukup disegani di PKH -- untuk meminta bantuan mencarikannya tempat yang aman dan kondusif untuk berfikir sebelum kembali ke Batavia. 

Berkat bantuan Haji Abdul Hasan -- meski harus dibayar dengan nyawanya sendiri karena dibunuh Belanda dan menjadi penyesalan mendalam seorang TAN yang menyebabkan Haji Abdul Hasan terbunuh -- TAN bertemu dengan Enur -- gadis cerdas dan pemberani yang menjadi cinta keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun