Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Serat Wulang Reh (6-8)

1 Juni 2013   16:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:41 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sambungan dari Serat Wulang Reh (1-5)

Tembang Dhandhanggula

6

Nora kena lamun den antepi, yen ucula sing patang perkara, nora enak legetane, tan wurung tinggal wektu, panganggepe wus angengkoki, nora kudu sembahyang, wus salat katengsun, banjure mbuwang sarengat, batal karam nora kanggo den singgahi, mbubrah sakehing tata. (Wulang Reh)

(Tidak bisa dijadikan pegangan, bila keluar dari empat perkara, kelihatan tidak cocok, dan melupakan hukum, anggapannya sudah memahami, tidak harus mengingat Yang Kuasa, sudah merasa dekat, selanjutnya tidak mengikuti peraturan, tidak tahu batal dan haram, itu semua merusak tata perilaku)

7

Angel temen iya jaman samangkin, ingkang pantes kena ginuronan, akeh wong njaja ngelmune, lan arang ingkang manut, yen wong ngelmu ingkang netepi, ing panggawening sarak, denarani luput, nanging ta asesenengan, nora kena den wor kakarepaneki, papancene periyangga. (Wulang Reh)

(Memang sulit zaman sekarang, mencari guru sejati, banyak orang menjual ilmunya, dan jarang yang tepat, apabila ada yang benar-benar berilmu, dan memahami hukum, itu malah dibilang salah, namun itulah kodrat, kodrat manusia tidak bisa dijadikan satu, memang harus berbeda)

8

Ingkang lumrah ing mangsa puniki, mapan guru ingkang golek sabat, tuhu kewalik karepe, kang wus lumrah karuhun, jaman kuna mapan si murid, ingkang padha ngupaya, kudu angguguru, ing mengko iki ta nora, kyai guru naruthuk ngupaya murid, dadia kanthinira. (Wulang Reh)

(Yang terjadi zaman sekarang, guru mencari-cari pengikut, hal itu sudah terbalik kejadiannya, dengan zaman dahulu, zaman dulu para murid, yang selalu berupaya, berusaha menemukan guru, sekarang tidak lagi, kyai dan guru berlomba memperbanyak guru)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun