Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menghindari Berpikir Lompat Waktu (2)

29 September 2018   21:58 Diperbarui: 29 September 2018   22:28 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebiasaan mengumpat dan mencela seseorang sebagaimana diuraikan dalam artikel terdahulu, tampaknya merupakan suatu perbuatan yang mengasyikkan dan memuaskan bagi pelakunya. Dan bahkan bagi yang sudah membudaya, tidak lengkap rasanya hidup ini bila dalam periode waktu sejak bangun tidur hingga tidur lagi dalam satu hari, tidak mengumpat dan atau tidak mencela pihak lain. Padahal Tuhan telah memberi petunjuk bahwa perbuatan mengumpat dan mencela itu, merupakan perbuatan yang tidak baik bagi dirinya sendiri. Surat Al Humazah ayat 1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. 

Mengapa demikian? Karena memang sudah menjadi tekad iblis, setan dan sebangsanya, untuk menjerumuskan manusia kelembah sesat. Maka dilakukan bujukan dan rayuan atau dorongan - dorongan dengan berbagai daya dan upaya, serta dari segala lini kehidupan agar manusia yang rendah kadar ketaqwaannya, memandang perbuatan maksiat di muka bumi, tampak indah dan bergemerlapan bak fatamorgana di padang pasir. Oleh karena itu, sebagai pemeluk agama apapun agamanya, hendaklah berusaha keras dan gigih untuk meningkatkan kadar ketaqwaan, demi mengendalikan hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya tadi. Memang usaha ini sangat berat, mengingat godaan iblis, setan dan sebangsanya, yang tidak lain merupakan musuh manusia yang senyatanya.  Surat Al Hijr ayat 39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. 

Lalu siapa yang dapat merubah kebiasaan tersebut, agar seseorang terhindar dari kecelakaan dihadapan Tuhan? Pemuka agama? Bukan. Penyampai Risalah? Bukan. Ustadz? Bukan. Ulama? Bukan. Kiai? Bukan. Nabi? Juga bukan. Kalau begitu Tuhan? Sama sekali bukan. Yang dapat merubah tidak lain adalah manusianya sendiri, dan Tuhan tinggal mengabulkan upaya manusia tersebut. Surat Ar Ra'd ayat 11. Bagi manusia ada malaikat - malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Jadi sudah jelas, siapa yang dapat merubah kebiasaan mengumpat, mencela dan atau kebiasaan buruk apapun yang terdapat dalam diri seseorang? Tidak lain adalah diri orang itu sendiri, karena telah difirmankan Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.  Caranya, dengan niat yang paling dalam ( bukan hanya dibibir ) dan tekad kuat mau merubah kebiasaan yang ada dalam diri sendiri; Tuhan tinggal meridho'i atau tinggal menyetujui / mengabulkan atau istilah kekiniannya Tuhan tinggal ketok palu saja. Insya-Allah, hilanglah kebiasaan -- kebiasaan buruk yang telah membudaya dalam diri seseorang tersebut.

Sebagai ilustrasi, berikut kisah nyata penulis secara singkat. Mulanya penulis bukan perokok, tetapi akibat pengaruh teman kos saat kuliah di Yogyakarta, maka jadilah penulis seorang perokok. Mulanya setiap makan siang dia datang dan berkata, kalau habis makan terus merokok itu rasanya nikmat betul. Sini minta uangnya nanti kubelikan rokok 2 batang, satu untuk kamu dan satunya lagi untuk saya yang membelikan, katanya. Mulanya biasa -- biasa saja, tidak ditanggapi serius. Tetapi karena setiap habis makan, teman selalu datang dan berkata hal yang sama, lama -- lama merasa tidak enak juga dan memberinya uang untuk membeli rokok 2 batang.

Karena kejadian tersebut berlangsung setiap hari, lama kelamaan menjadi kebiasaan akhirnya jadilah penulis seorang perokok dan cukup serius, sehingga dalam satu hari menghabiskan rokok kretek 2 bungkus. Tetapi bila ditanyakan, apa sih enaknya merokok. Penulis hanya menjawab tidak tahu apa enaknya merokok, yang penting habis makan harus merokok. Kalau sehabis makan tidak merokok, sepertinya ada sesuatu yang kurang. Hanya itu saja yang dapat dirasakan, artinya secara psikhis ( kejiwaan ) penulis telah tergantung dengan rokok. Analog dengan hal tersebut, adalah kebiasaan mengumpat, mencela dan kebiasaan buruk lainnya. Bila ditanyakan kepada pelaku apa sih nikmatnya mengumpat, mencela dan atau melakukan kebiasaan buruk lainnya itu? Jawabannya paling banter, puas dan bangga dapat mengumpat, mencela dan atau melakukan kebiasaan buruk lainnya kepada pihak lain.

Kebiasaan - kebiasaan tersebut tentunya akan terus mengikuti, manakala seseorang tidak menyadari dan melakukan langkah tindak untuk menghentikannya. Memang berat untuk menghentikannya, mengingat musuh yang harus diperangiadadidalam diri sendiri, berupa hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya. Tetapi seberat apapun godaan iblis, setan dan sebangsanya itu, harus dihadapi demi terpeliharanya kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hati orang itu sendiri. Karena itu Tuhan berfirman untuk melakukan jihad, demi terselamatkannya kesucian dirinya sendiri. Surat Al 'Ankabuut ayau 6. Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Bagaimana cara menghadapi atau melakukan jihadnya? Sebagai illustrasi dan gambaran nyata, berikut cara yang penulis lakukan untuk menghentikan kebiasaan merokok. Saat itu, penulis sedang mengikuti penataran SEPALA ( Sekolah Pimpinan Administrasi Lanjutan ) di Yogyakarta. Selama penataran, bukannya berkurang merokoknya tetapi malah sebaliknya. Karena bisa dikatakan setiap malam melembur mengerjakan tugas, diselingi dengan bermain gaple dengan sesama peserta penataran. Dalam keadaan begini malam-malam kehabisan rokok, tegesan ( puntung rokok ) diambil dan dirokok kembali. Tidak hanya itu, kalau puntung -- puntung rokok sudah tidak ada, ada teman yang membawa tembakau, penulis juga ikut melinting tembakau menjadi rokok dan dirokok. Maklum dalam kondisi seperti ini, rokokpun menjadi milik bersama.

Sehari sebelum penataran berakhir, penulis masih merokok seperti biasa. Malam hari menjelang penutupan penataran, dalam bungkus rokok kretek isi 12 masih tersisa 2 batang. Malam itu juga penulis berniat dalam hati karena Allah, setelah ini tidak akan merokok lagi, sambil meletakkan bungkus rokok yang masih berisi 2 batang bersama korek apinya. Rokok penulis berikan kepada teman, dan sejak saat itu berhenti merokok sampai sekarang diusia 70 tahun, meski pernah diselingi merokok sekali tetapi tidak lama. Hal yang sama, penulis lakukan untuk menghentikan kebiasaan mengumpat. Puji syukur penulis sanjung agungkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat niat tulus, Tuhan mengabulkan penulis menghentikan kebiasaan - kebiasaan buruk tersebut.

Sekilas cerita nyata tadi, merupakan cara menghentikan kebiasaan -- kebiasaan buruk yang ada dalam diri penulis, dan penulis yakin para pembaca budiman juga mempunyai cara yang jitu untuk menghentikan kebiasaan buruk yang ada dalam dirinya. Seberat apapun godaan tadi, harus dilawan demi terpeliharanya diri seseorang dari kebiasaan buruk. Bila hal ini dapat dilakukan dan berhasil, insya-Allah Tuhan memasukkan orang dimaksud kedalam kelompok orang yang dapat memelihara rohani atau batiniyahnya dari kebiasaan buruk.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Tuhan selalu memelihara kesehatan dan kebugaran jasmani dan rohani manusia? Karena hakekat manusia diciptakan, adalah sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Oleh karena itu perintah dan petunjuk-Nya telah diberikan, bahkan  sebelum manusia itu dilahirkan sebagai rambu - rambu agar sang khalifah dapat berkiprah dimuka bumi ini, sesuai dengan sifat dan kehendak Allah Tuhan Yang Maha Suci. Surat Al Baqarah ayat 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguh-nya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun