Terus terang, saya bukanlah seorang kader Partai Keadilan Sejahtera atau PKS, bukan seorang PKS lover, juga bukan simpatisan PKS. Tetapi juga bukan seorang PKS hater. Saya malah adalah seorang sekretarisranting salah satu Parpol kelas menengah lain.
Seumur-umur, saya tidak pernah menyimak platform sebuah Partai Keadilan Sejahtera. Bahkan tidak pernah mengetahui tentang seorang LHI sebelum ia didugakorupsi lalu ditangkap KPK. Buat saya, PKS sama saja seperti parpol-parpol lainnya.
Yang saya kenal adalah para kader PKS yang tinggal di lingkungan saya. Mereka umumnya adalah muslim yang taat, jujur, selalu berprasangka baik, ramah, penuh perhatian dan suka menolong. Kader PKS perempuan di tempat saya, pasti selalu berjilbab jika keluar rumah.
Saya juga kenal salah satu pimpinan ranting PKS yang tidak pernah mau dibayar bila diundang mengisi acara tausiyah, peringatan maulid atau israk mi’raj Nabi SAW dan kegiatan dakwah lainnya. Jika ia dipaksa menerima, maka ia pun menerima, lalu kembali ia sumbangkan kepada panitia acara.
Hanya saja beliau kurang populer, karena tidak pandai melucu di hadapan pendengar ceramah. Kadang heran juga, ustadz koq harus pandai melawak. Hingga kadang ada ustadz yang mati-matian melontarkan joke-joke hanya agar populer lalu sering kebagian job ceramah.
Saya lihat para kader PKS itu juga punya mental berbagi yang cukup baik. Mereka selalu guyub bergotong royong mengumpulkan dana bila mengadakan acara amal, atau bila ada yang kemalangan, merka tidak ada yang cuma berdiam diri. Mereka selalu membawakan makanan untuk ahli musibah, juga buat para tamu yang datang dari jauh.
Saya juga kepingin para kader parpol saya bisa seperti mereka, tetapi memang lain lubuk lain ikannya. Lain pendekatan, lain hasilnya.