Mohon tunggu...
Bang Komar
Bang Komar Mohon Tunggu... -

Palang Pintu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keberanian Menunggu Ajal

20 September 2017   06:26 Diperbarui: 20 September 2017   06:40 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu lalu saya kehilangan orang dekat. Beliau adalah Guru saya di Sekolah Dasar, yang mengajarkan saya membaca, menulis dan berhitung. Beliau seusia Indonesia Merdeka. Sebelum meninggal, beliau sangat jarang sakit. Bahkan Kartu Kuning (kartu asuransi kesehatan untuk PNS) tidak pernah beliau pergunakan.
Itu saya ketahui ketika membesuk beliau ketika dirawat di rumah sakit. 

Saat itu beliau bercerita ini pertama kali Ibuk dirawat. Ibu belum pernah mempergunakan Kartu Kuning.  Waktu itu beliau direncanakan akan dioperasi tetapi harus menunggu beberapa hari karena ada beberapa kondisi tubuh beliau harus distabilkan sesuai persyaratan seseorang harus dioperasi. Kondisi itu ternyata membuat beliau resah. Beliau tidak betah menunggu lama untuk dioperasi.

Ketika mendapatkan kunjungam dokter, beliau langsung menyampaikan,; "Pak Dokter apa lagi yang ditunggu? Operasi saja sekarang!" 

Seminggu setelah membezuk itu saya mendapat kabar bahwa beliau meninggal. Diantara kesedihan saya ada syukur karena sempat membesuk beliau. Sangat banyak orang Bagak bahkan berteriak-teriak Saya tidak takut mati! ketika sedang bertemgkar dengan lawannya. Tetapi saya melihat Beliau-lah orang yang benar-benar tidak takut mati.  Ah, atau lebih tepatnya Beliau adalah orang yang telah siap untuk mati, telah siap ketika ajal itu datang.

Keberanian beliau, kesiapan beliau untuk mati tidak pernah secara dikatakan dengan bahasa lisan. Tetapi apa yang beliau lakukan membuktikan bahwa beliau benar-benar siap. Mungkin saja karena usia beliau yang telah melebihi angka 70.  Beliau mempersiapkan Kain Kafan dan kelengkapan jenazah lainnya. Ya, Beliau siapkan semua itu untuk jenazah beliau nantinya. Bukan karena khawatir nanti ketika meninggal tidak ada ahli waris atau sanak saudara yang akan menyediakan perlengkapan itu. Bukan.

Anak-anak Beliau sangat mapan secara ekonomi. Dan beliau sendiri adalah orang yang dihormati dilingkungannya sehingga bawaan orang yang takziah akan melebihi kebutuhan untuk satu jenazah. Keberanian beliau menunggu ajal bukan pula sebagai bentuk orang yang pasrah apalagi berputus asa hingga terpakaa menunggu ajal. Beliau tetap melakukan aktifitas seperti orang yang akan berumur panjang. Berkebun, menanam tanaman tetap bersemangat beliau lakukan. Tidak peduli apakah buah dari tanaman yang beliau tanam itu akan dapat beliau nikmati.

Terimakasih Ibu Guru, sampai akhir hayat masih memberikan Ilmu yang luar biasa.

Lubuk Basung, 19 September 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun