Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Mati

28 Agustus 2019   18:35 Diperbarui: 28 Agustus 2019   18:37 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1

Di sore hujan yang serba hitam, Gini berurai disisi tanah basah berselimut bunga. Gaun hitamnya tetap saja tak mempan untuk menyembunyikan keelokan paras ditengah duka. Mami papi memeluknya erat bersebelahan. Hujan memang mengguyur meski tak membasahi sangat.  Melepas kepergian abadi sang kekasih hati, Kenai, lelaki tampan cinta mati Gini. Sayang, Kenai terlalu segra, usai teramat lekas. Jadilah Gini berderai bersimpuh di gundukan kembang berselang warna tanah. Usia belia emang jauh dari urusan mati selain kehidupan. Tapi kan, kehidupan itu sendiri proses menuju kematian? Namun tetap aja, kematian muda selalu spesial. Konon seseorang yang mati muda, kelak diatas sana akan selalu menjadi pusat perhatian para tetua, sepuh dan pensiunan.

Gini tak henti menangis, memikul beban cinta yang tak lagi bersama lelaki Kenai, sejak kini Gini akan membawa cinta dua kali lipat di kalbunya. Berat banget. Goodbye Kenai my love.

Orang orang mulai menutup payung segera setelah hujan merintik, berpamitan memeluk si gadis duka. Menanda bahwa prosesi penguburan sudahlah surut, selain mentari pun mulai membenam, buat merebahkan malam sebagai penyambung hari ini dan hari esok. Gini pun pamit kepada haribaan kekasih Kenai, sedihnya tidak terperi dan hancurnya berkeping.

2

Dua tahun kemudian berlalu. Gini masih saja bersambang rapi tanpa rongga, ke makam Kenai yang selalu resik dan semerbak semriwing. Saban minggu dia menumpahkan cintanya di rerumputan hijau tempat berbaring lelakinya. Gini tak bisa melepaskannya, cintanya terlalu lekat.

Padahal sudah sederet perjaka rupawan silih berganti bersikeras merebut hatinya, namun nonik cantik ini bergeming. Tak ada yang bisa menggantikan Kenai, sepertinya sampai kapanpun.

"Kadar bakal datang sore ini Gin" mami mengucap di meja makan disatu pagi sebelum Gini cabut ke kantor. Membikin wajah tirusnya terperangah. "Ngapain?" anaknya kurang berhasrat.

"Ya, dia kan baru selesai spesialis..". "Oh.." Gini minim respon.

"Ya, dia kan anak teman papa, mau say hello aja.." sang mami keukeh. Gini tak menyahut, malah melahap roti  tawar lapisnya dengan mulut selebar.

"Kamu pulang sore kan?" mami mengail kepo, sedang permaisurinya asyik mengunyah keju batang dan rotinya, seperti  dara kelaparan. "Hey..?" suara mami mengeras. "Iya, iya.. mami sayang" Gini menyaut dengan mulut penuh. Lalu mencium ibunya dan segera menderu dengan mobil mini bermesin besarnya. Ruuummm...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun