Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tiga Ritual Jelang Ramadhan di Salatiga

26 Mei 2017   16:53 Diperbarui: 26 Mei 2017   18:12 2360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ritual cuci karpet masjid ramai- ramai (foto: dok pri)

Seperti kota atau daerah lainnya, umat Muslim di Kota Salatiga, Jawa Tengah juga selalu menyambut gembira datangnya bulan suci Ramadhan. Ada tiga  ritual yang biasa dilakukan masyarakat sebelum menjalani ibadah puasa 30 hari. Seperti apa tradisi sarat keagamaan tersebut, berikut catatannya.

Seperti galibnya umat Islam di seluruh dunia, maka masyarakat Kota Salatiga bisa dipastikan selalu menunggu datangnya bulan Ramadhan. Sebab, selain untuk mengekang hawa nafsu, berpuasa juga dimaksudkan guna menyucikan diri agar mampu menghapus dosa- dosa selama 11 bulan. Di sini, terdapat ritual- ritual tak resmi menjelang menjalankan perintah Allah.

Ritual pertama adalah menyuci karpet masjid, biasanya hal ini dilakukan sepekan sebelum memasuki bulan puasa. Kenapa harus dicuci ? Karena biasanya karpet memasuki Ramadhan saban malam selalu dimanfaatkan oleh umat nyaris selama 20 jam. Padatnya penggunaan tempat ibadah, tentunya kurang afdol bila karpetnya terlihat kotor.

Jaman dulu, sebelum karpet menjadi trend, masjid- masjid mau pun mushola hanya menggunakan tikar tradisional (bahasa Jawa kloso). Memasuki bulan Ramadhan, maka ada istilah  ngumbah kloso atau menyuci tikar. Biasanya aktifitas ini dilakukan di beberapa pemandian seperti Muncul, Senjoyo mau pun Kalitaman. Secara berjamaah, puluhan pemuda masjid beramai- ramai membersihkan karpet sekaligus mengeringkannya.

Warga Tuntang, Kabupaten Semarang menyuci karpet (foto: dok pri)
Warga Tuntang, Kabupaten Semarang menyuci karpet (foto: dok pri)
Di pemandian umum, beberapa hari sebelum hari pertama puasa, saban hari selalu terlihat kelompok pemuda yang datang silih berganti untuk menyuci karpet. Terkadang, mereka harus menunda jadual karena tempat- tempat seperti Sendang Senjoyo mau pun pemandian Muncul ternyata penuh, sehingga tidak ada tempat lagi untuk menjemur.

Sedangkan ritual lainnya adalah ziarah makam kerabat atau dalam bahasa Jawa disebut bezik kubur. Ada semacam kepercayaan bahwa di bulan Ramadhan aktifitas ini tidak boleh dikerjakan, terkait hal tersebut, biasanya beberapa hari sebelum menjalani ibadah puasa, masyarakat ramai- ramai mendatangi tempat keluarganya dimakamkan. Selain mengirim doa, juga memohon pada Allah agar almarhum/ almarhumah diampuni segala dosanya.

Pertanyaannya, benarkan ziarah ke makam kerabat dilarang selama bulan suci puasa ? Sebenarnya tak ada  perintah secara khusus untuk berziarah kubur menjelang bulan Ramadhan sebenarnya nyaris tidak ada dalil yang bersifat eksplisit. Sehingga hukumnya tidak secara khusus disunnahkan, apalagi diwajibkan.  Jadi, semisal tidak melakukan ziarah pun, dianggap sah adanya. Hanya rasanya kurang afdol saja.

Ziarah leluhur yang dilakukan warga (foto: dok pri)
Ziarah leluhur yang dilakukan warga (foto: dok pri)
Padusan

Ziarah makam leluhur, bisa dilakukan setiap saat, baik di bulan Ramadhan mau pun di hari biasa. Yang dilarang keras saat ziarah adalah , berdoa atau memohon kepada ahli kubur agar mendapat rejeki yang banyak,  mendapatkan jodoh untuk pasangan hidup,  naik pangkat / jabatan,  dimenangkan dalam pemilu / pilkada, dan juga untuk mendapatkan bocoran nomor judi buntut. Artinya, ziarah hanya khusus memanjatkan doa kepada Allah agar roh leluhur diberikan jalan yang lempang di alam sana.

Kendati tidak semua umat muslim melakukan dua ritual tersebut, namun, aktifitas wajib harus digelar, yakni padusan. Istilah padusanberasal dari kata adus (mandi), artinya merupakan membersihkan diri agar dapat menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan. Pengertian membersihkan diri, tentunya meliputi mandi sekaligus keramas guna menghilangkan hadast besar dan kecil. Sebenarnya ritual padusan bisa dilakukan di mana pun.

Kendati  banyak warga yang memiliki tempat-tempat khusus untuk padusan, namun,  Sendang Senjoyo, Desa Tegalwaton, Tengaran, Kabupaten Semarang yang sarat lagenda kerap dijadikan lokasi idola. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Jumat (26/5) siang hingga sore hari, Sendang Senjoyo dipadati ratusan orang. Tua-muda hingga anak-anak bercampur baur untuk membersihkan dirinya masing- masing, sekalian cuci mata tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun