Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ribuan Warga Salatiga Tersihir oleh Puluhan Group Drumblek

22 Agustus 2016   14:22 Diperbarui: 22 Agustus 2016   14:44 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trio mayoret drumblek (foto: dok pri)

Puluhan group Drumblek, atau Marching  band tradisional yang menggunakan barang bekas dalam setiap penampilannya, ternyata mampu menyihir ribuan warga Salatiga. Tak hanya masyarakat biasa, Pj Walikota Drs Agus Rudianto pun ikut turun ke jalan sembari berjoget.

Dalam karnaval untuk memperingati hari ulang tahun kemerdekaan RI ke 71, sebenarnya pihak panitia menghadirkan beragam kesenian seperti reog, barongsai hingga Marching band. Celakanya, Drumblek yang memang dibidani oleh Didik, warga kampung Pancuran, Kutowinangun, Tingkir, Kota Salatiga selalu menjadi primadona.

Pj Walikota Agus Rudianto turun panggung ikut berjoget (foto: dok pri)
Pj Walikota Agus Rudianto turun panggung ikut berjoget (foto: dok pri)
Drumblek, yang memang kesenian tradisional asli Kota Salatiga, sepertinya semakin hari bukannya redup. Namun, sebaliknya terus berkembang hingga merembet ke desa-desa di wilayah Kabupaten Semarang. Dalam tempo empat tahun terakhir, telah terbentuk puluhan grup yang memiliki penampilan ciamik. Seperti galibnya sebuah Marching band, Drumblek memiliki atribut lengkap. Yang membedakan terletak pada drum serta peralatan lainnya.

Untuk drum, para pemain Drumblek menggunakan drum plastik bekas atau drum seng. Sedangkan peralatan lainnya biasanya terbuat dari bambu mau pun barang tak terpakai lainnya. Untuk tampil, biasanya satu group yang terdiri 50- 60 orang dipimpin 2-3 mayoret yang kece, berwajah cantik, body langsing dan berkulit mulus. Mayoret, kerap tampil atraktif sehingga mengundang decak kagum penonton.

Salah satu group drumblek beraksi di depan panggung kehormatan (foto; dok pri)
Salah satu group drumblek beraksi di depan panggung kehormatan (foto; dok pri)
Seperti layaknya sebuah group Marching band, selain memainkan lagu-lagu yang menghentak sepanjang perjalanan, mereka juga mengenakan kostum serba heboh. Setiap mereka turun ke jalan, praktis ribuan warga Salatiga mengelu-elukan kehadirannya. “ Saya sengaja menonton karnaval ini, karena saya juga Pembina Drumblek di kampung saya,” kata Dwi Santoso, warga Sruwen, Tengaran, kabupaten Semarang ketika diajak berbincang.

Menurut Dwi, kendati Drumblek berasal dari Salatiga, namun,pertumbuhannya di Kabupaten Semarang relatif cepat.Saat ini, hampir seluruh desa  yang ada di kabupaten tersebut telah memiliki group Drumblek dan kompetisi kerap digelar minimal 3 bulan sekali. “ Bahkan hari ini, juga berlangsung festival Drumblek di Kopeng,” jelasnya.

Group lainnya beraksi di depan panggung kehormatan (foto; dok pri)
Group lainnya beraksi di depan panggung kehormatan (foto; dok pri)
Terkesima

Menjelang karnaval dimulai, terdapat banyak orang seperti Dwi yang berbaur dengan ribuan warga Salatiga. Mereka memadati jalur yang dilalui peserta pawai yang mengenakan beragam kostum. Mengambil start di lapangan Panca Sila dan finish di lapangan yang sama, barisan pertama terdiri atas pembawa bendera merah putih, disusul rombongan lainnya.

Sebenarnya beberapa group reog yang pemainnya didominasi anak muda juga menerima sambutan hangat dari penonton, kendati begitu, keberadaan Drumblek dengan irama khasnya tetap menjadi yang nomor satu. Di sepanjang route karnaval yang mencapai sekitar 4 kilometer, praktis sambutan meriah warga tertuju pada kesenian asli Salatiga tersebut.

Bambu pun jadi alat musik (foto: dok pri)
Bambu pun jadi alat musik (foto: dok pri)
Tiga orang gadis cantik, berpakaian sexy dengan tongkat mayoret di tangannya meliuk- liuk memberi aba- aba, sementara di belakangannya  barisan anak muda menabuh berbagai alat musik hingga berkumandang instrument lagu Anak Sekolah yang biasa dinyanyikan Chrisye.  Tuntas membawakan irama pop, langsung disambung tembang dangdut berjudul Kopi Dangdut.

Pokoke joget (foto: dok pri)
Pokoke joget (foto: dok pri)
Begitu pun dengan group Drumblek lainnya, mereka silih berganti membawakan  berbagai instrument perjuangan, pop, jazz, dangdut hingga campursari. Bak tersihir, ribuan penonton yang ada di pinggir jalan langsung terkesima. Ada yang secara tak sadar ikut bergoyang mengikuti irama tetabuhan. Asyik, seakan pada lupa bahwa perekonomian tengah lesu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun