Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Destinasi Wisata Ndeso di Pinggang Merbabu

21 Juli 2017   17:08 Diperbarui: 31 Juli 2017   09:42 2430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara pandang setinggi 8 meter di Gedong Pass (foto: dok pri)

Destinasi wisata ndeso, selama setahun terakhir sepertinya terus menggeliat dengan dimotori warga kampung setempat. Salah satu yang tengah berbenah adalah Gedong Pass yang terletak di Desa Tajuk, Getasan, Kabupaten Semarang yang mempunyai ketinggian 1700 mdpl. Seperti apa rasanya berada di pinggang Gunung Merbabu, berikut penelusurannya.

Untuk menuju Dusun Gedong, dari Kota Salatiga sebenarnya hanya memakan waktu maksimal 30 menit. Di sini, ada dua jalur yang bisa dipilih. Mau melewati jalan yang penuh tantangan atau jalan mulus. Bila memilih jalur lumayan ekstrim, maka lewatlah Dusun Cingklok. Sebab, di perbatasan, bakal menemukan jalan makadam dengan tanjakan tajam yang memiliki sudut kemiringan sekitar 70 derajat.

Namun, bagi yang mencari aman, malas adrenalinnya terdongkrak, maka disarankan melalui jalan aspal yang berada di samping Koramil Getasan, terus lurus menuju Desa Ngaduman, ambil kiri akan tiba di Dusun Gedong. Sepanjang perjalanan, sebatas mata memandang maka akan disuguhi pemandangan yang serba hijau. Kendati kondisi jalan penuh tanjakan, namun, relatif mulus hingga lokasi.

Watu Gajah yang katanya angker (foto: dok pri)
Watu Gajah yang katanya angker (foto: dok pri)
Karena penasaran dengan jalur yang agak kurang aman, maka, saya sengaja memilih jalan perkampungan di Dusun Cingklok, Desa Tajuk. Di sini kondisi jalan relatif mulus, semisal ada beberapa ruas jalan yang tidak diaspal, tetapi telah dicor beton sehingga tak mengganggu pengguna kendaraan. Hingga memasuki pertengahan, mendadak menemukan sebongkah batu ukuran raksasa. "Itu namanya Watu gajah," kata seorang laki- laki yang tinggal dekat batu aneh tersebut.

Konon, batu besar itu usianya sudah ratusan tahun dan tak pernah bergeser dari tempatnya. Yang lebih menggelikan, Watu Gajah diyakini angker. Ada cerita yang menyebutkan orang yang berfoto berlatar belakang batu bakal menuai apes. Karena pingin membuktikannya, saya pun sempat berselfie di lokasi ini. Faktanya, aman-aman saja.

Selepas Dusun Cingklok, maka tantangan yang sebenarnya terlihat di depan mata. Di tengah hutan pinus, terdapat jalan makadam yang menanjak tajam, diperkirakan memiliki sudut kemiringan 70 derajat. Bila menggunakan motor matic berboncengan, alamat tak bakal sampai Gedong Pass. Demikian pula sebaliknya, semisal kurang waspada, dijamin rem blong. Keren sungguh.

Begini medan makadamnya naik tajam (foto: dok pri)
Begini medan makadamnya naik tajam (foto: dok pri)
Pemandangan Luar Biasa
Lolos melalalui tantangan sepanjang sekitar 2 Km, akhirnya tiba juga di Dusun Gedong. Karena berada di ketinggian 1700 mdpl, ditambah cuaca agak mendung, maka udara dingin langsung menyergap kulit. Untungnya, tubuh sudah dibalut jaket, sehingga tipisnya oksigen praktis tidak terasa. Di sini, kendaraan roda dua hanya diparkir di halaman rumah milik warga. Kendati begitu, tetap saja ditarik uang parkir seikhlasnya.

Hanya berjarak sekitar 100 meter, terdapat lahan kosong yang berada di bibir tebing pertanian. Oleh warga yang tergabung dalam Karang Taruna, didirikan menara sekaligus gardu pandang setinggi 8 meter. Meski bangunannya cukup sederhana, berbahan material kayu dan bambu, namun, ketika naik ke atas, maka bakal terlihat pemandangan yang luar biasa.

Berasa di awan saat nangkring di gardu pandang (foto: dok pri)
Berasa di awan saat nangkring di gardu pandang (foto: dok pri)
Pengertian luar biasa di sini, karena sejauh mata memandang, kita mampu melihat Kota Salatiga, Ambarawa, Rawa Pening, Ungaran, Bandungan bahkan bila cuaca cerah Kabupaten Boyolali pun tertangkap mata. Sungguh, kita serasa berada di awan sehingga beragam benda terlihat sangat kecil. Allah sungguh maha besar.

Di Gedong Pass sendiri, sering dijadikan lokasi perburuan sunrisedan sunset oleh para fotografer yang profesional mau pun amatir. Mereka rela menginap semalam berbalut dingin untuk menemukan gambar indah di pagi hari. Salah satu fotografer yang ketagihan adalah Romansa, warga Kota Salatiga. Ia yang saya beri tahu keberadaan tempat ini dua bulan lalu, nyaris saban hari bertandang ke sini.

Di menara pandang mampu melihat segala penjuru (foto: dok pri)
Di menara pandang mampu melihat segala penjuru (foto: dok pri)
"Di sini ada keramahan, kedamaian dan ketenangan yang sesungguhnya om, makanya saya betah berlama- lama di Dusun Gedong," jelasnya sembari menambahkan saat pertama kali berkunjung menggunakan motor matic, dirinya juga mengalami rem blong ketika perjalanan pulang.

Perihal keramahan, kedamaian dan ketenangan yang disampaikan pria berambut gondrong tersebut memang benar adanya. Sepanjang perjalanan hingga tiba di Gedong Pass, seperti galibnya warga pedesaan, mereka selalu ramah menyapa siapa pun. Sepertinya keramahan itu terjadi secara alami tanpa dipaksakan, begitu pun situasi ketenangan, karena memang jauh dari hiruk pikuk kota, otomatis suasananya sangat hening.

Batu yoni dan lingga yang ada di lokasi (foto: dok pri)
Batu yoni dan lingga yang ada di lokasi (foto: dok pri)
Sementara di areal juga banyak tergeletak batu yoni dan lingga yang diduga usianya sudah ratusan tahun, sayangnya, tidak ada satu pun warga yang mampu menjelaskan keberadaan bebatuan tersebut. Mereka hanya mengaku, batu- batu berbentuk mirip lumpang itu sudah ada sejak mereka belum lahir. Begitu pun pihak Cagar Budaya, sepertinya belum menyentuh peninggalan peradaban masa lalu ini. Terbukti, sama sekali tak terlihat pengumuman mau pun keterangan tertulis di dekatnya.

Satu jam terlewatkan begitu saja di tempat ini, rasanya ingin lebih berlama- lama. Sayang, karena masih ada acara lainnya, maka dengan terpaksa harus meninggalkan Gedong Pass. Padahal, hanya berjarak sekitar 2 Km terdapat tiga air terjun yang masih perawan. Kendati pernah mengunjunginya, namun, keinginan kembali bertandang sementara ditunda dulu. Toh, dua hari lagi bisa mengunjunginya kembali.

Jalur pulang di antara lembah hijau (foto: dok pri)
Jalur pulang di antara lembah hijau (foto: dok pri)
Untuk pulang ke Kota Salatiga, saya sengaja memilih jalur lain, yakni melalui Desa Ngaduman yang disebut-sebut sebagai desa tertinggi di Jawa Tengah. Di sini, jalanan sangat mulus, di mana meski melalui hutan pinus dengan turunan yang tajam, namun, relatif lebih aman disbanding jalur berangkatnya. Itulah penelusuran hari ini mengenai destinasi ndeso yang belakangan terus menggeliat di wilayah Kabupaten Semarang. Anda berminat berada di antara awan ? Silahkan mengunjunginya, yang pasti upaya warga dusun dalam membangun kampungnya layak diapresiasi. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun