Museum Gula Gondang Winangoen (MGGW) yang berada di Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, bisa jadi merupakan tempat yang istimewa. Betapa tidak, ini merupakan museum gula satu-satunya di Indonesia dan apa pun yang terkait dengan industri gula tersimpan di dalamnya.
Karena sudah berjanji dengan Manajer Operasional Pabrik Gula Gondang Baru (PGGB) Joko Indarto untuk bertandang ke museum, akhirnya, Minggu (22/1) siang, usai menengok kerabat di Jatinom, Klaten, saya menyempatkan diri memenuhi janji yang terlanjur saya ucapkan. Usai mengontak pria berumur 30 tahun itu, saya segera merapat ke lokasi yang terletak di pinggir jalan raya Klaten-Jogja.
“Salah satunya film Soekarno besutan Hanung Bramantyo,” ungkapnya.
Di halaman museum, terlihat beragam alat produksi dari mulai penggilingan berbahan batu, kayu hingga logam. Sementara untuk mendukung transportasi, nampak gerobak sapi, lokomotif uap beserta lorinya. "Susah membayangkan zaman dulu sebelum ada pabrik gula, bangsa kita sudah merintis pembuatan gula dengan menggunakan peralatan dari batu,” kata Joko sembari menunjuk gilingan tradisional.
Sisi menarik yang ada di MGGW, tempat ini adalah satu-satunya di Indonesia. Artinya, kendati di negara kita terdapat banyak pabrik gula, namun, yang menyimpan berbagai benda mau pun barang kuno terkait pembuatan gula hanya ada di Klaten. “Di Asia, setahu saya hanya ada dua. Satu di Indonesia, satunya lagi di Taiwan,” ungkap Joko.
Untuk mengunjungi MGGW, pengunjung hanya dikenakan biaya sebesar Rp 5.000, kebetulan bagi Kompasianer bebas bea. Selain bisa mempelajari seluk beluk pembuatan gula, di museum yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Soepardjo Rustam pada tahun 1982 ini, juga menyediakan kereta berlokomotif diesel berkeliling areal pabrik dengan harga Rp 7.000 per orang. Kebetulan saat itu terdapat anak-anak yang berkunjung, sehingga mereka menikmati jalannya kereta lengkap bersama keceriaan ala anak-anak.
“Penjelasan yang paling gampang, dimulai dari penanaman tebu, masa penen, selanjutnya dikirim ke stasiun penimbangan, terus digiling, kemudian masuk stasiun pemurnian. Dilanjutkan ke stasiun penguapan, kemudian masuk ke stasiun kristalisasi, berlanjut ke stasiun putaran dan terakhir ke tahab finishing yakni stasiun penyelesaian,” jelas Joko.