Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bertandang ke Museum Gula Satu-satunya di Indonesia

22 Januari 2017   15:53 Diperbarui: 22 Januari 2017   16:27 2419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komponen mesin giling di MGGW (foto: dok pri)

Museum Gula Gondang Winangoen (MGGW) yang berada di Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, bisa jadi merupakan tempat yang istimewa. Betapa tidak, ini merupakan museum gula satu-satunya di Indonesia dan apa pun yang terkait dengan industri gula tersimpan di dalamnya.

Karena sudah berjanji dengan Manajer Operasional Pabrik Gula Gondang Baru (PGGB) Joko Indarto untuk bertandang ke museum, akhirnya, Minggu (22/1) siang, usai menengok kerabat di Jatinom, Klaten, saya menyempatkan diri memenuhi janji yang terlanjur saya ucapkan. Usai mengontak pria berumur 30 tahun itu, saya segera merapat ke lokasi yang terletak di pinggir jalan raya Klaten-Jogja.

Komponen mesin giling uap yang sudah uzur (foto; dok pri)
Komponen mesin giling uap yang sudah uzur (foto; dok pri)
Joko yang juga bertugas sebagai pengelola museum, kendati hari libur, namun sudah terlihat di kantornya. Tanpa menunggu lebih lama, ia mengajak berkeliling areal museum, termasuk rumah-rumah dinas yang sempat digunakan shoting beberapa film nasional.

“Salah satunya film Soekarno besutan Hanung Bramantyo,” ungkapnya.

Rumah dinas yang sering untuk shoting film (foto: dok pri)
Rumah dinas yang sering untuk shoting film (foto: dok pri)
Di MGGW Kabupaten Klaten, lanjut Joko, tersimpan berbagai benda kuno yang dulunya terkait dengan industri gula. Di mana, areal museum yang masih satu lokasi dengan PGGB, pengunjung selain dapat mengetahui secara detail proses pembuatan gula, juga bisa melihat mesin-mesin raksasa bertenaga uap alias berbahan bakar kayu. Bahkan, salah satu mesin giling tertua dibuat tahun 1884 oleh Perancis. Sementara untuk pengangkutan, lokomotif tertua adalah loko merk Linkehofman buatan tahun 1923.

Di halaman museum, terlihat beragam alat produksi dari mulai penggilingan berbahan batu, kayu hingga logam. Sementara untuk mendukung transportasi, nampak gerobak sapi, lokomotif uap beserta lorinya. "Susah membayangkan zaman dulu sebelum ada pabrik gula, bangsa kita sudah merintis pembuatan gula dengan menggunakan peralatan dari batu,” kata Joko sembari menunjuk gilingan tradisional.

Gedung MGGW di Klaten (foto: dok pri)
Gedung MGGW di Klaten (foto: dok pri)
Di Indonesia Hanya Ada Satu

Sisi menarik yang ada di MGGW, tempat ini adalah satu-satunya di Indonesia. Artinya, kendati di negara kita terdapat banyak pabrik gula, namun, yang menyimpan berbagai benda mau pun barang kuno terkait pembuatan gula hanya ada di Klaten. “Di Asia, setahu saya hanya ada dua. Satu di Indonesia, satunya lagi di Taiwan,” ungkap Joko.

Untuk mengunjungi MGGW, pengunjung hanya dikenakan biaya sebesar Rp 5.000, kebetulan bagi Kompasianer bebas bea. Selain bisa mempelajari seluk beluk pembuatan gula, di museum yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Soepardjo Rustam pada tahun 1982 ini, juga menyediakan kereta berlokomotif diesel berkeliling areal pabrik dengan harga Rp 7.000 per orang. Kebetulan saat itu terdapat anak-anak yang berkunjung, sehingga mereka menikmati jalannya kereta lengkap bersama keceriaan ala anak-anak.

Lokomotif uap yang dulu digunakan pabrik gula (foto: dok pri)
Lokomotif uap yang dulu digunakan pabrik gula (foto: dok pri)
Di ruangan dalam, pengunjung disuguhi replika mesin-mesin produksi, sehingga bagi anak sekolah, ada edukasi yang didapat ketika mengunjungi MGGW. Di mana, menurut Joko, proses pembuatan gula, ternyata tak sesederhana saat kita menikmatinya. Setidaknya untuk mewujutkan sesendok gula pasir, maka harus melalui sedikitnya 8 tahap.

“Penjelasan yang paling gampang, dimulai dari penanaman tebu, masa penen, selanjutnya dikirim ke stasiun penimbangan, terus digiling, kemudian masuk stasiun pemurnian. Dilanjutkan ke stasiun penguapan, kemudian masuk ke stasiun kristalisasi, berlanjut ke stasiun putaran dan terakhir ke tahab finishing yakni stasiun penyelesaian,” jelas Joko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun