Kasus penelantaran yang dilakukan Utomo Purnomo (UP) dan Nurindria Sari (NS), warga Perumahan Citra Grand Cibubur, Cluster Nusa II Blok R, RT 03 RW 11, Kelurahan Jatikarya, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat memasuki babak baru. Pasangan suami istri (Pasutri) tersebut, ternyata merupakan pecandu narkoba.
Terungkapnya kecanduan narkoba atas Pasutri ini, terjadi Jumat (15/5) ketika pihak Subdit Renakta Polda Metro Jaya melakukan penggeledahan di tempat kejadian perkara (TKP). Dari penyisiran yang digelar di rumah kontrakan tersebut, diketemukan narkoba jenis sabu dan bong untuk menghisap. Kendati keberadaan barang laknat itu tak bisa dijadikan pembenar semua tindakan UP dan NS, namun, narkoba memang jahat.
Pasangan UP dan NS merupakan figur  yang cukup mapan dari segi status sosial, ekonomi mau pun pendidikannya di mata masyarakat. Namun, ketika otaknya sudah dirasuki pengaruh negatif  narkoba, dampaknya keduanya kehilangan akal sehat sehingga tega menelantarkan anak- anaknya yang nota bene sangat membutuhkan perhatian sepenuhnya.
Jelas sudah narkoba mampu merubah seseorang yang berpendidikan menjadi orang jahat. Meski UP mau pun NS berdalih bahwa narkoba jenis sabu itu hanya dipergunakan secara pribadi, tapi faktanya mampu mencuci otak keduanya hingga dengan sengaja berbuat keji terhadap anak- anaknya. Sebenarnya, sejauh mana efek narkoba bagi tubuh pemakainya ?Â
Efek Penggunaan Sabu
Sabu, dikenal dengan berbagai sebutan seperti Ubas, Crystal, Coconut atau SS Mecin berupa bubuk  kristal. Cara penggunaannya sangat mudah, sabu dibakar lalu dengan menggunakan mediator air selanjutnya dihisap melalui  alat berupa bong. Meski yang dihisap berupa uap, namun, di dalam paru- paru, uap sabu nakal mengeras lagi.
Sesaat usai menghisap sabu, maka badan terasa panas hingga selalu kehausan. Kuat melek berhari- hari, tidak merasa lapar, betah ngobrol, penuh semangat, tak bisa diam, gairah seks meningkat drastis dan paranoid. Ketika efeknya mulai menurun, maka keinginan untuk menghisap sabu kembali muncul. Syahwat mengkonsumsi sabu sangat sulit dibendung, sebab bila ditahan, tubuh akan mengalami sakauw.
Ketika pengguna mengalami sakauw, akibat yang dirasakan pada tubuhnya diliputi rasa gelisah, tak mampu berfikir rasional, malas bekerja, tidak bisa tenang, mudah marah, cepat lelah, depresi berat dan cenderung bertindak semaunya sendiri. Dari akibat sakauw tersebut, maka semakin kuat dugaan UP mau pun NS melakukan tindakan di luar nalar akibat penggunaan narkoba jenis ini.
Yang lebih fatal adalah dampak jangka panjang penggunaan sabu, sebab, efek negatif uap yang dihisap langsung merusak organ- organ vital seperti otak dan syaraf yang berhubungan dengan pernafasan. Karena bagian otak terserang, selanjutnya syaraf yang mengendalikan pernafasan bisa saja setiap saat mogok memberikan instruksi untuk bernafas. Hasilnya, nyawa bakal melayang.
Semisal nyawa masih betah bertengger dalam tubuh, tapi tetap saja otak susah diajak berfikir rasional, euforia meningkat, harga diri melonjak, denyut jantung semakin cepat, tekanan darah meningkat dan selalu diliputi paranoid. Yang lebih mengkhawatirkan bagi pemakai yang sudah lama menggeluti narkoba, ada perasaan curiga terhadap setiap orang, berubah menjadi agresif, didera rasa gelisah yang berkepanjangan, terdapat gangguan irama jantung serta tersendatnya aliran di pembuluh darah.
Demikian sedikit informasi tentang jahatnya dampak penggunaan sabu yang di kota besar memang relatif mudah didapatkan. Jangankan seorang dosen biasa, seorang profesor pun bakal melakukan hal- hal yang di luar nalar bila bergaul erat dengan narkoba. Untuk itu, sebaiknya bagi kita- kita yang merasa masih waras, hendaknya menjauhi barang laknat tersebut. Karena, ketika nyawa kita enggan melayang, salah- salah hidup kita bisa berpindah ke bui. (*)