Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Begini Ritual Ruwat Bumi di Kota Paling Toleran

27 Februari 2017   17:37 Diperbarui: 1 Maret 2017   00:02 1869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta kirap mengusung Dewi Welas Asih (foto: dok pri)

Ribuan warga Tionghoa, Senin (27/2) siang menggelar ritual kirap budaya ruwat bumi dan tolak balasa keselamatan, kedamaian serta keutuhan NKRI. Dalam hajatan yang berlangsung di kota Salatiga tersebut, praktis berjalan lancar kendati diwarnai kemacetan lumayan parah.

Dalam gelaran ruwat bumi dalam rangka ulang tahun Dewa Bumi ini, pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma (Kelenteng) Hok Tek Bio Kota Salatiga sengaja mengundang beberapa kelompok kesenian seperti Liong sam sie, wayang orang, reog Ponorogo, drum band dan tak ketinggalan ikon kota Salatiga, yakni drum blek yang sesudah kirap diberi waktu masing- masing 15 menit untuk unjuk kebolehan.

Merah putih tetap didahulukan (foto: dok pri)
Merah putih tetap didahulukan (foto: dok pri)
Kirap sendiri berlangsung sejak pk 10.00, dimulai dari depan Kelenteng Hok Tek Bio di jalan Let Jen Sukowati bergerak menuju lapangan Panca Sila, jalan Adi Sucipto, jalan Moh Yamin, jalan Diponegoro, jalan Jendral Sudirman dan kembali ke lokasi start untuk meneruskan ritual lainnya. “ Mungkin acara akan berakhir sekitar pk 15.00,” kata salah satu panitia bernama  Zhen- Zhen saat saya ajak berbincang di jalan Jendral Sudirman.

Seperti galibnya kirap- kirap di tahun lalu, ruwatan bumi di kota paling toleran se Jawa versi Setara Institute tersebut, diawali barisan pengebar bendera merah putih, disambung barisan pembawa panji, Liong , Barongsai, rombongan pengusung dewa dewi, drum band TNI, reog hingga drum blek. “ Khusus Liong, kami sudah mengeluarkan edaran agar warga yang dilewati tidak memberikan angpo. Bagi yang akan memberi, nanti kami beri kesempatan di depan Kelenteng,” ungkap Zhen Zhen.

Reog Ponorogo ikut tampil (foto: dok pri)
Reog Ponorogo ikut tampil (foto: dok pri)
Menurutnya,pelarangan  pemberian angpo di sepanjang perjalanan ini, sebenarnya bermaksud untuk lebih melancarkan arus lalu lintas. Sebab, berdasarkan pengalaman, barisan kirap sering terhenti karena mulut  Liong mengambil amplop berisi uang yang biasa diletakkan di tempat- tempat yang agak sulit.

Kedamaian di Republik ini

Berdasarkan pantauan di lapangan sendiri, barisan kirap sepanjang hampir 1 kilometer ini, awalnya berjalan lancer karena adanya rekayasa arus lalu lintas. Namun, memasuki kawasan Jendral Sudirman atau pusat kota, belakangan jadi tersendat. Pasalnya, kendaraan yang sebelumnya dilarang memasuki jalan protokol itu, tiba- tiba diijinkan masuk. Akibatnya, peserta kirap dipaksa berbagi ruas jalan.

“ Ini gimana sih ? Tadi kendaraan dialihkan rombongan bisa berjalan lancar, sekarang malah dibuka, akibatnya peserta berulangkali berhenti,” kata salah satu peserta sembari menambahkan dirinya bersama rekan- rekannya sudah kelelahan karena menempuh perjalanan hampir 3 kilometer.

Peserta kirap harus berbagi dengan mobil (foto: dok pri)
Peserta kirap harus berbagi dengan mobil (foto: dok pri)
Sebelumnya route kirap sebenarnya akan menempuh jarak sekitar 5 kilometer, namun, melalui berbagai pertimbangan akhirnya dipangkas hingga tinggal 3 kilometer. Kendati telah diperpendek jarak tempuhnya, namun, bukan berarti kirap bisa berlangsung cepat. Terbukti, mulai start pk 10.00, rombongan baru memasuki halaman Kelenteng Hok Tek Bio pk 14.30. Artinya, guna menempuh 3 kilometer harus memakan waktu hingga 4,5 jam.

Menurut Zhen- Zhen,  hajatan ini sebenarnya merupakan wujut rasa syukur terhadap Dewa Bumi karena telah memberikan banyak kenikmatan, rejeki, kesehatan terhadap umat di bumi. Harapannya, ke depan kesejahteraan selalu melingkupi seluruh umat, tak hanya di kota Salatiga saja, namun juga di seluruh Reppublik Indonesia.

Drum band TNI ikut ambil bagian (foto: dok pri)
Drum band TNI ikut ambil bagian (foto: dok pri)
“ Doa kemakmuran dan kesejateraan kita panjatkan untuk seluruh masyarakat di Republik ini agar semua diberi kesehatan, rejeki dan dijauhkan dari segala bentuk bencana mau pun pertentangan umat. Prinsipnya, kita meminta agar Negara Republik Indonesia senantiasa damai,” jelasnya sambil berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun