Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duh! Begini Kondisi Tugu Batas Kotamadya Salatiga

22 September 2017   13:05 Diperbarui: 22 September 2017   13:48 4581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Begini kondisi tugu batas Kotamadya Salatiga (foto: dok pri)

Tugu batas Kotamadya Salatiga yang dulunya merupakan salah satu legitimasi wilayah, ternyata kondisinya sangat menyedihkan. Bangunan tembok yang menjadi pintu masuk tersebut, setelah terjadi pemekaran terabaikan bahkan sebagian besar  telah raib ditelan jaman.

Bangunan- bangunan setinggi sekitar 2,5 meter yang terbuat dari batu bata diplester dan memiliki ciri khas tiga buah batu di atasnya ini, sebenarnya dibuat di delapan pintu masuk. Sayangnya, saat ini hanya tersisa satu titik, yakni di Jalan Hasanudin, kondisinya sangat menyedihkan. Sementara enam tugu lainnya lenyap, satu di antaranya yang terletak di Jalan Soekarno- Hatta telah direnovasi.

Bentuknya sangat sederhana, mungkin waktu itu menyesuaikan dengan cekaknya anggaran yang dimiliki pemerintahan Kotamadya Salatiga. Di mana, selain dari arah memasuki wilayah Salatiga terdapat tulisan Kotamadya Salatiga, arah sebaliknya hanya bertuliskan Selamat Djalan (ejaan lama). Sedangkan di sekelilingnya dipenuhi belukar sehingga semakin memperlihatkan kekumuhannya.

Tugu yang tersisa di jalan raya menuju arah Kopeng, bukan hanya pihak pemerintah kota (Pemkot) Salatiga saja yang mengabaikan, masyarakat sendiri banyak yang tak paham atas keberadaannya. Bila menjelang hari ulang tahun kemerdekaan RI nyaris semua gapura kampung saja didandani, tugu ini sama sekali tidak tersentuh sapuan kuas cat. Akibatnya, selain tampak kumuh juga sangat kusam.

Tulisan Selamat Djalan di tugu yang tersisa (foto: dok pri)
Tulisan Selamat Djalan di tugu yang tersisa (foto: dok pri)
Padahal, jaman dulu, sebelum pemekaran wilayah, tugu- tugu itu menjadi salah satu ikon bagi warga Salatiga. Di mana, mereka merasa bangga tinggal di kota kecil ini sehingga bangunan tersebut biasa disebut batas kota. Sayang, sekarang setelah ada tugu pengganti, yang lama ditelantarkan kendati menyimpan sejarah panjang.

Tak ada literatur  yang mampu menjelaskan kapan tugu batas kota itu dibangun, hanya warga mengingat tahun 50 an bangunan- bangunan berornamen bebatuan sudah ada. " Saat saya masih berumur sepuluh tahunan, sering melewati tugu itu ketika pergi ke Getasan," kata Jumadi (65) warga Kalioso, Kutowinangun, Tingkir, Kota Salatiga.

Artinya, bila Jumadi sekarang berusia 65 tahun dan saat berusia 10 tahun telah melihat keberadaan tugu batas kota, maka bangunan sederhana itu sebenarnya layak masuk cagar budaya karena usianya di atas 50 tahun. Namun, entah kenapa selain diabaikan, juga banyak yang sudah raib akibat digerus jaman.

Tugu di dekat Damatex yang sudah diganti (foto: dok pri)
Tugu di dekat Damatex yang sudah diganti (foto: dok pri)
Salatiga Dea Schoonnste Staad Van Midden Java

Bila melongok sejarah masa lalu, harusnya tugu yang tersisa sudah selayaknya mendapat perhatian. Garis "demarkasi" yang dibuat oleh pemerintah dengan desain seperti galibnya bangunan jaman pemerintahan kolonial Belanda ini, sepertinya telah tidak dianggap. " Ya harusnya Pemkot Salatiga , dalam hal ini dinas terkait nguri- nguri (merawat) tugu yang tersisa," ungkap Jumadi perihatin.

Rasanya tak lengkap membahas tugu batas kota tanpa mengupas keberadaan sejarah Salatiga yang di jaman Belanda dikenal sebagai Salatiga Dea Schoonnste Staad Van Midden Java  atau Salatiga kota paling indah di Jawa Tengah. Di mana, di tahun 1917 pemerintah Hindia Belanda menetapkannya menjadi de gementee Salatiga  (Kotapraja Salatiga).

Melalui staadsbald atau lembaran negara bernomor 266 tahun 1917, berdasarkan animo masyarakat kulit putih yang lebih memilih Salatiga menjadi tempat tinggal dibandingkan daerah lainnya. Udara yang sejuk, keraifan lokal masyarakatnya hingga luas wilayah yang hanya 8 desa merupakan pertimbangan tersendiri untuk nyaman hidup di Salatiga. Sementara daerah di sekitarnya yang masuk wilayah Kabupaten Semarang terdiri atas perkebunan berbagai komoditi hasil bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun