Setelah menikmati sengsaranya memiliki jalan penghubung antar desa yang selama 14 tahun rusak parah hingga disebut sebagai jalan "gula kacang", akhirnya, Jumat (18/8) pagi, berhembus berita bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang akan memperbaiki infrastrukrur Dusun Tegal Ombo, Krandon Lor, Kecamatan Suruh tersebut.
Perihal kabar yang menyebut bahwa akses utama warga Dusun Tegal Ombo akan diperbaiki oleh Pemkab Semarang ini, awalnya disampaikan oleh tokoh masyarakat yang bernama Bastian Tito. Dirinya yang mendapat penjelasan dari sumber di kalangan birokrat, buru- buru meneruskan berita gembira itu pada warga. "Pembangunan jalan penghubung dengan Desa Suruh akan dilakukan awal tahun 2018," jelasnya.
Tak pelak, usai mendengar berita yang ditunggu- tunggu selama belasan tahun tersebut, puluhan warga segera menggelar ritual syukuran. Seperti galibnya warga pedesaan, syukuran dilakukan dengan cara sederhana. Sembari membawa nasi tumpeng berikut lauknya, mereka lesehan di akses vital yang kondisinya memang remuk tak berbentuk.
Dipimpin salah satu warga yang selama ini getol berjuang demi adanya perubahan di dusunnya, warga memanjatkan doa dan diakhiri aksi potong tumpeng selayaknya orang kenduri. "Kami akan menunggu hingga awal tahun 2018, kalau ternyata tidak direalisasi, jangan salahkan kami kalau nantinya ada aksi lanjutan," jelas salah satu warga tanpa bermaksud mengintimidasi.
Usai memanjatkan doa serta potong tumpeng, masih dengan cara lesehan tanpa tikar, puluhan warga segera makan siang bersama. Menurut mereka, bukan menu makanannya yang membuat nikmat, namun yang berbeda, karena mereka tidak lagi merasa menjadi anak tiri di negeri sendiri. Pasalnya, hampir 14 tahun keberadaan  mereka telah terabaikan.
Konon mereka sudah membuat berbagai pengaduan ke para petinggi Pemkab Semarang mau pun Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, hasilnya? Tetap tidak ditanggapi. Karena merasa putus asa, akhirnya salah satu warga mengontak saya agar persoalan ini bisa diangkat di Kompasiana.
Hingga saya mendatangi lokasi, ternyata apa yang disampaikan warga benar adanya. Di mana, jalan penghubung antara Dusun Tegal Ombo menuju Desa Suruh (ibu kota kecamatan) itu rusak parah, bahkan lebih parah dibandingkan makanan khas Salatiga yang bernama gula kacang.Â
"Kalau kita lewat jalan yang lebih halus, maka jarak tempuhnya lebih panjang sekitar tujuh kilo meter," ungkap Sulistyono warga Desa Purwodadi yang mendampingi saya.
Saat memandang akses pedesaan sepanjang 3 kilometer, yang terlihat di depan mata hanya bebatuan dan lobang-lobang yang siap menjebloskan roda kendaraan dalam perangkap. Sulit membayangkan semisal ada warga Dusun Tegal Ombo berada dalam keadaan darurat serta membutuhkan bantuan medis, pasalnya ketika usai diguyur hujan, keadaannya sangat pas untuk kegiatan offroad. "Kalau musim hujan, setiap hari warga yang melintas pasti ada yang jatuh," ungkapnya.