Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menulis Itu Semestinya Memerdekakan

17 Agustus 2018   07:29 Diperbarui: 17 Agustus 2018   22:16 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Alexander Solodhukin on Unsplah

Bagi saya menulis semestinya adalah salah satu jalan untuk memerdekakan perasaan yang terbelenggu. Sesungguhnya kita lebih sering terbelenggu oleh perasaan, sedangkan pikiran selalu bebas, bahkan cenderung liar. 

Contohnya, kita bebas berpikir menjadi orang kaya, tetapi perasaan kita mengatakan hal berikut: Apa mungkin? Ah, pasti hanya mimpi! Aku tidak akan mampu .... Dan seterusnya.

Namun, pikiran boleh juga menjadi mampat karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kita. Mereka yang memaksakan pikiran mampat untuk menulis itulah yang menghasilkan karya astul alias asal tulis.

Salah satu aktivitas untuk membebaskan perasaan adalah dengan menulis. Adapun kemampatan pikiran dapat diterobos dengan membaca. Karena itu, mereka yang rajin menulis semestinya orang-orang merdeka dan yang rajin membaca semestinya orang-orang yang berpikiran terbuka.

Namun, memang tidak selalu terjadi demikian. Jika seseorang menulis lebih pada untuk mencari-cari kesalahan orang lain, mencari-cari pembenaran atas kekeliruan yang dipikirkannya, atau mencari-cari perhatian agar orang lain bersimpati dan terpengaruhi, ia bukanlah orang yang merdeka. Alih-alih memerdekakan perasaannya dengan menulis, ia justru terjebak di labirin kesalahan berpikir.

Biasanya yang menulis demikian itu tidaklah membaca. Kalaupun membaca, yang dibacanya mungkin "sampah". Namun, jangan salah juga, penulis-penulis hoaks boleh jadi mereka yang gemar membaca bacaan bermutu atau sangat literat. Lalu, mengapa mereka menulis hoaks? Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang ....

Memang tujuan menulis itu ada banyak sekali macamnya. Sah-sah saja orang bertujuan menulis untuk ini atau untuk itu, bahkan semata demi uang karena yang dipikirkannya hanyalah kemerdekaan finansial. Akan tetapi, di balik semua yang dia tuliskan tentu ada sesuatu yang semestinya ia perjuangkan. Sesuatu yang ia yakini pantas untuk disampaikan ke publik karena memberi manfaat. 

Contohnya, media sosial seperti Facebook membuat orang selalu menulis---menulis sesuatu yang ada di benak dan perasaan mereka. Terkadang meskipun tidak ada gagasan, melihat kolom status hari ini masih kosong, seseorang tetap memaksakan menulis sesuatu meskipun itu tidak penting-penting amat. Daripada tidak ada status ya lebih baik ada status.

Di sisi lain, ada banyak orang yang selalu terlecut setiap hari untuk menulis di media sosial. Ada saja bahan yang dapat diolahnya menjadi status yang menarik, apalagi topik-topik hot seperti politik, agama, tingkah laku selebritas, hingga topik-topik ringan keseharian. Terkadang kemerdekaan menulis semacam ini menawarkan banyak peran untuk "bersandiwara" di panggung media sosial. 

Menulis yang memerdekakan itu berubah menjadi sekadar kosmetik untuk bersolek atau bersalin rupa menjadi orang lain, apakah itu ahli politik, ustad, rohaniwan, jomlo simpatik, tukang (serba)tahu, penyair, penyiar, hamba yang daif, dan sebagainya.

Apakah seseorang lantas merasa puas setelah menulis di Facebook atau media sosial lainnya? Kebanyakan memang demikian, apalagi setelah mendapatkan like dan komentar sehingga menulis di Facebook menjadi candu yang membuatnya terbelenggu harus nyetatus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun