Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jurus Politik Sandiaga

8 September 2018   11:42 Diperbarui: 8 September 2018   11:57 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 Untuk ukuran politisi Sandiaga Uno terlalu lembut. Bahasa lainnya,  nggak tegaan. Sandiaga yang biasanya kerap menebar senyum ramah, nampak  sekali dia agak tegang ketika semalam membacakan sikap politik parpol  koalisi PAS perihal rupiah yang nyungseb.

 Untuk menjadi agamawan  pun dia terlalu santun. Agamawan yang masuk politik juga nggak gitu-gitu  amat. Kyai Ma'ruf saja pernyataan pertamanya setelah diangkat jadi  cawapres Jokowi berani menyindir lawan politiknya yang dikatakan kurang  relegius karena nggak berani mengangkat cawapres ulama. Sandiaga nggak  bakal berani nyindir lawan politiknya.

 Soal kepolosan, sebut saja  keluguannya dalam politik ada kemiripan dengan Kyai Ma'ruf.  Pak Kyai  dengan entengnya mengimbau kader NU yang tersebar di berbagai parpol   agar mau kembali ke pangkuan PKB. Tentu saja bikin parpol  koalisi pro  Jokowi  yang ada NU-nya gerah

 Berkali-kali Sandiaga menyatakan  ingin berpolitik santun. Mana ada politik santun? Politik santun itu  jebakan betmen lawan politik yang diartikan Sandiaga secara harfiah.  Bagi lawan politik, politik santun itu tidak mengeritik lawan politik,  kalau diserang jangan membalas, kalau dihadang terima dengan sabar.  Difitnah ini itu diam saja.

 Barangkali Prabowo membaca gelagat  itu. Makanya Sandiaga yang disuruh membacakan pernyataan sikap  politik  koalisi oposisi terhadap terpuruknya rupiah, di tengah pernyataan  politisi koalisi pro pemerintah yang minta politisi oposisi agar  berpuasa bicara soal rupiah. Ketegangan Sandiaga membaca pernyataan  politik itu barangkali karena Sandiaga masih terngiang ucapan Surya  Paloh yang memberi peringatan pada oposisi agar jangan berkomentar soal  rupiah demi demokrasi. Padahal oposisi puasa bicara atas nama demokrasi  saja sudah membingungkan. Kalau untuk nasionalisme okelah.

Makanya atas nama nasionalisme, Sandiaga dengan polosnya mengajak para  pengusaha menukarkan dolar miliknya menjadi pecahan rupiah. Sandiaga  mulai duluan memberi contoh. Dia tidak menyangka ajakannya itu malah  menuai caci maki dari pendukung lawan politiknya. Seolah meroketnya  dolar Amerika penyebabnya adalah karena Sandiaga Uno untuk ukuran  Cawapres terlalu ganteng. Ketika besoknya Pak Moeldoko mengikuti jejak  Sandiaga Uno atas nama nasionalisme juga, menukarkan dolar ke rupiah  juga, tim hore Capres petahana mendadak sakit gigi. Bungkam limabelas  ribu bahasa. 

Politik santun dalam bahasa lawan politik adalah,  mereka boleh kita tidak boleh. Selagi Kyai Haji Ma'ruf Amin bersafari  politik minta dukungan ke sejumlah pesantren dan majelis ta'lim,  Sandiaga Uno bersafari ke sejumlah perguruan tinggi. Sekjen PPP  mengeritik Sandiaga yang dianggapnya tidak santun dalam berpolitik  karena sudah berkampanye sebelum waktunya, ke kampus pula yang mesti  steril politik praktis. 

Politik sejuk dalam bahasa lawan politik  adalah, mereka boleh menuduh macam-macam  kita tidak boleh membantah.  Kalau mau membantah, kita harus membuktikan bantahannya. Lha mereka yang  menuduh tanpa bukti, kita yang suruh membuktikan.

 Politik damai  dalam bahasa lawan politik adalah, dalam kontestasi pilpres setelah  berpelukan jangan berkampanye negatif. Kalau mereka boleh. Prabowo  mengembalikan makna pelukannya dengan Jokowi ke tempat semestinya.  Berpelukan bukan berarti berhenti bicara seolah tidak ada pilpres.  Pelukan bagi Prabowo adalah fair play. 

Boleh bersaing tapi tetap menjaga  persatuan. Sebelumnya, lawan politik mamaknai, setelah pelukan jangan  lagi bersaing. Terbukti saat jelang penutupan Asian Games, Prabowo  meluncurkan buku Paradox Indonesia yang berisi catatan kritis pada  pemerintah. Tanpa menunggu lama, lawan politknya menuduh Prabowo tidak  ikhlas sewaktu berpelukan. Mabuk kekuasaan. Kalau dipikir, bagaimana  mungkin mabuk kekuasaan, lha berkuasa saja belum. Ada juga yang mabuk  kekuasaan itu, dikasih kesempatan sekali, pingin nambah lagi.

Tapi bukan berarti kesantunan politik ala Sandiaga Uno salamanya bikin  gemes. Ada juga manfaatnya. Misalnya sesaat sejumlah gubernur dilantik  presiden, sejumlah gubernur bukannya berlomba-lomba bicara soal program  membangun daerahnya, tapi kompak "deklarasi" akan mendukung Jokowi. Tapi  Gubernur Sumut, gubernur pilihan Sandiaga Uno tampil beda. Dia tidak  bicara dukung mendukung yang kepagian, dia lebih banyak bicara soal  membangun daerahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun