Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sifat-sifat Ontologi Gautama Siddhartha

18 Maret 2020   17:10 Diperbarui: 18 Maret 2020   17:27 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Kajian Pustaka, dokpri

Gautama Siddhartha Sifat-Sifat Mengada

Gautama Siddhartha pendiri Buddhisme; Therevada [3 SM} menyanggah adanya Tuhan [niricvarya], atau alam [anatta], atau diri sendiri [an atmya]. Yang ada hanyalah kekosongan [Sunyata], dan semua yang tampak dalam indra hanyalah khayalan belaka. Mereka semua "pengada" adalah sama dalam hal tidak mengada;

Manusia dan dunia adalah abadi dalam "Brahman"; setelah selesai dalam proses empiris  dalam upaya menyelesaikan "empiris", mereka akan tenggelam kembali kedalam kebahagian abadi dengan kesatuan [manunggal]  kesatuan mutlak "Brahman";

Tidak ada apa-apa yang disebut tetap; seleuruh eksistensi ditandai dengan perubahan, dan kesementaraan [anatta] ilah bukan diri;  Nirvana merupakan kebijaksanaan dan kedamaian sempurna akan tetapi tanpa kegiatan, dan keteraturan;

Maka segala-galanya  tergantung dari segala-galanya; segalanya berantaraksi  satu sama lain dalam kesementaraan; khususnya manusia dalam hubungan dengan pengada-pengada lainnya mengalami suka duka, dan dengan demikian terbentuk "karma-nya";

Namun kenyataan demikian itu sebenarnya adalah khayalan [atau "maya"] belaka. Melalui kerja, displin, pemahaman, perbuatan yang sempurna, manusia harus mencapai pembebasan dari keterikatan pada penyebaban, dan akhirnya mencapai kebebasan "Nirvana";

Semua arti dan nilai adalah semu belaka. Hanya penyangkalan total dicapai/diperoleh kenyataan yang benar, ialah "Nirvana";

Yang Mutlak mengandung dalam kesatuan-Nya dua prinsip : [a] Keideaan; [b] Kerelaan; ataupun cahaya dan kegelapan; dalam Tuhan Kegelapan itu dikuasi oleh cahaya, Tetapi  dalam dunia dan manusia terlepaslah kegelapan dari harmoni, dan menjadi sengsara atau kejahatan.

Akibatnya adalah terjadinya kekurangan keteraturan, dan harmoni. Manusia itu bebas untuk memilih entah menjadi "aku" yang lepas dari harmoni, atau kembali ke dalam kesatuan Ilahi;

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun