Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Metafisik Dayak dan Potensi Gangguan Pemindahan Ibu Kota Negara

2 Januari 2020   13:45 Diperbarui: 2 Januari 2020   13:52 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Metafisik Dayak, dan Potensi Gangguan Pemindahan Ibu Kota Negara

Tulisan ini merupakan tulisan yang ke [30] pada kontemplasi untuk mencegah Kegagalan Pemindahan Ibu Kota Negara [IKN] ke Pulau Kalimantan. Sesungguhnya Indonesia adalah bangsa yang beruntung jika mau belajar banyak dari pengalaman sejarah tentang rasio instrumental dalam memahami fenomena pemindahan ibu kota Negara Indonesia. 

Pertama [1] Indonesia dapat belajar banyak pada sejarah Negara lain yang sudah terlebih dahulu bagimana pengalaman memindahkan ibu kota Negara dan Indonesia tinggal mengcopy faste pengalaman tersebut; ke [2] Indonesia beruntung memiliki Pulau Kalimantan yang kaya, budaya, keunikan dan letak startegisnya; ke [3] Indonesia memiliki sejarah panjang dalam bentukan Negara kesatuan integralistik dalam artian luas dan dalam termasuk budaya kearifan local, system nilai, rasional irasional dalam bersama-sama sebagai ikatan Indonesia bersatu dan maju;

Bertitik tolak pada 3 aspek ini maka tulisan ini adalah wacana [diskursus] cara memandang kemungkinan-kemungkian pada upaya mencegah Kegagalan Pemindahan Ibu Kota Negara [IKN] sebagai early warning system untuk Indonesia lebih baik dalam jangka 300 tahun, atau 3.000 tahun mendatang bahkan sampai kepada keabadian dalam waktu. Maka diskursus ini menggunakan rerangka pemikiran apa yang disebut ketidakmungkinan dipahami dalam waktu kekinian;

Tulisan ini adalah hasil survei etnografi saya selama [3 bulan] pada komunitas masyarakat Dayak Kalimatan pada ada khawatiran dalam pemindahan IKN ini, yakni pada terciptanya alienasi kebudayaan, nilai keluhuran wangsa tanah, dan wangsa air dan mempengaruhi struktur budaya mereka.

Alienasi suku dayak di sini adalah tergesernya warga Negara Indonesia [khususnya] suku dayak menjadi penduduk marginal, terpinggirkan, dalam menghadapi migrasi penduduk, pengetahuan, cara pikir, dan cara hidup masyarakat secara keseluruhan. Terutama pada penguasaan tanah, lahan, dan hak ulayat dayak, situs kesakralan alam, dan alienasi kebudayaan secara keseluruhan pada struktur kesadaran mental;

Dampaknya sudah jelas, dalam jangka panjang perbedaan cara pandang [world view] budaya tradisional ke modern ini mengakibatkan kemampuan menghilangkan budaya lama, menjadi transformasi nilai Indonesia secara umum di mana apapun didasarkan pada rasional, hukum positif, dan struktur ekonomi yang kuat [bermodal] akan menguasai, dan dikuasi; dan pada saat transformasi itu ada kekosongan nilai atau nilai lama sudah ditinggalkan, sedangkan nilai baru belum terbentuk [semacam grey area]; contohnya adalah budaya ladang berpindah, dan membuat pertanian dengan membakar lahan; atau pengambil alihan tanah air kampung dengan dalih pembangunan, atau pencucian otak dengan uang kekuasan, dan tindakan pelanggaran etika, dan hanya uang yang berbicara kebenaran palsu;

Dan persis di sini akan ada apa yang disebut analisis sosial, dan konflik sosial masyarakat atau potensi kerawanan sosial misalnya  budaya otak vs otot, dan jangkuan metafisik yang dapat menghambat pada keberhasilan pemindahan  Pemindahan Ibu Kota Negara [IKN] tersebut; dan mestinya hal itu tidak boleh terjadi.

Apa lagi ada persepsi dikalangan masyarakat akar rumput  "Dayak" selama pembangunan Indonesia  kurang berpihakkan pada masyarakat bawah, tidak mampu, tidak beruntung, dan kemeskinan; Jikapun ada pemilihan kepala daerah secara langsung itu pun tidak mempengaruhi secara signifikan pada akar rumput, dan pemberdayaan mereka; silakan cek infrastrukur data jalan raya antar Kabupaten, dan Provinsi atau antar Kecamatan di Kalimatan hampir 60% rusak dan tidak layak; dan saya dengan mudah memberikan data fakta empiric;

Maka pemerintah, harus serius menjaga keseimbangan, dan harmoni dalam perlakuan adat kebudayaan Indonesia secara umum, kearifan local terutama pada suku Dayak Kalimantan. 

Suku Dayak secara umum tidak pernah mengganggu orang lain siapapun datang ke Kalimantan bagian Indonesia, jika pun mereka dibohongin sampai berkali-kali juga tidak apa-apa; namun catatan etnografi saya memberikan informasi penting perlu kepada punggawa Negara jika sampai diganggu 7 kali dalam kebudayaan mereka, maka apa yang saya sebut kerawanan sosial, dan pembalikan sikap dapat menghacurkan semua tatanan nilai berbudi luhur; dan akibatnya sangat jelas menimbulkan chaos yang tidak dapat dikenalikan dapat membuat perpecahan antar anak bangsa, menimbulkan kerugian sosial ekonomi jangka panjang dan seharusnya tidak boleh terjadi di Negara Indonesia;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun