Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Episteme Makhluk Astral [6]

20 Juni 2019   18:02 Diperbarui: 20 Juni 2019   18:05 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Episteme Makhluk Astral [6]

Untuk memahami Episteme Makhluk Astral  pada tulisan ke [6] saya menyajikan studi kasus. Pertanyaannya adalah mengapa kemacetan terkadang terbentuk tanpa alasan?; apalagi konon dari mulut ke kuping terdengar ceritra disebutkan di jalan tol banyak bekas pemukiman Makhluk Astral yang pernah menghuni, atau tidak dipindahkan secara layak saat pembangunan jalan tersebut;

Tulisan ini adalah hasil riset etnografi Makhluk Astral pada Jalan Tol Cipularang (CIkampek - PUrwakarta - PadaLARANG) pada bulan Juni 2013-2014 lalu.  Jika kita  pernah berkendara di jalan raya   terutama tol Jalan Tol Cipularang (CIkampek - PUrwakarta - PadaLARANG), Anda mungkin pernah melihatnya merasakan lalu lintas melambat menjadi perayapan, lalu berhenti seluruhnya. 

Beberapa menit kemudian  mulai bergerak lagi, dan kemudian tiba-tiba, bisa  bergerak dengan kecepatan penuh 100km/jam.  Dan tidak ada penyebab apa-apa; why...apalagi kondisi paling aneh: tidak ada konstruksi, kecelakaan, atau penjelasan lain yang mungkin untuk lalu lintas. Mengapa ini terjadi;

Ternyata, beberapa kelompok peneliti yang berbeda telah menggunakan perhitungan matematis dan eksperimen dunia nyata untuk mencoba menjawab pertanyaan ini. Dan mereka pikir mereka punya jawabannya. Mereka juga memiliki saran tentang cara menghentikan kemacetan ini.

Mengapa kemacetan lalu lintas terbentuk; Jika ada cukup mobil di jalan raya, gangguan kecil apa pun pada arus lalu lintas dapat menyebabkan reaksi berantai yang menguat sendiri: satu mobil sedikit rem, dan yang di belakangnya rem sedikit lebih banyak untuk menghindari menabraknya, dengan pengereman pada akhirnya memperkuat sampai menghasilkan gelombang lalu lintas yang berhenti atau melambat.

"Gelombang lalu lintas ini muncul gangguan kecil dalam arus lalu lintas yang seragam, seperti benjolan di jalan, atau gangguan penglihatan, gangguan tubuh dan pikiran tiba-tiba saat berkendara, atau tiba-tiba marah-marah dengan pasangan didalam mobil menimbulkan pengereman setelah beberapa saat" satu mobil sedikit rem, dan yang di belakangnya rem sedikit lagi menimbulkan efek berantai. Tetapi jawaban paling primordial adalah faktor X yang tidak mampu dijelaskan dengan akal sehat, dan sampai hari ini belum ada jawaban finalitas. Saya hanya dapat menyebutnya sebagai faktor ["gelombang lalu lintas"] yang muncul diluar kesadaran manusia, tanda makluk atau energi lain datang;

Meskipun mobil meninggalkan gelombang lalu lintas ini, gelombang itu sendiri tidak menghilang: lambat laun melayang mundur, berlawanan dengan arah lalu lintas. "Panjangnya biasanya 100 hingga 1000 meter, dan biasanya dimulai dengan kendaraan yang mengalami peningkatan kepadatan mendadak di awal, dan penurunan kecepatan.

"Lalu, setelah itu, mereka perlahan berakselerasi lagi." Pengetahuan bisa menjelasakan kondisi proses kelambatan dan kemacetan tiba-tiba  dengan mengembangkan konsep gelombang ini dalam fisika yang diaplikasikan dengan menggunakan algoritma komputer yang mensimulasikan perilaku mengemudi.

 Diandaikan simulasi  menginstruksikan 24 pengemudi untuk mengemudi pada kecepatan yang sama (20,6 mph), dan menjaga jumlah ruang yang sama antara mobil, di jalan melingkar kecil. Maka terbentuklah  gelombang lalu lintas terbentuk.

Jawabannya adalah akibat badan pengandara masuk unsur Astral, tetapi yang muncul adalah menyalahkan kemacetan lalu lintas akibat driver individu. Model menunjukkan  kemacetan ini lebih cenderung terbentuk ketika orang mengemudi secepat mungkin, lalu akhirnya mengerem ketika diperlukan untuk menghindari menabrak mobil di depan mereka, memicu reaksi berantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun