Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Metafisik: Rebo Pahing 17 April dan Pemilu [3]

17 April 2019   02:30 Diperbarui: 17 April 2019   02:38 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rabu, 17 April 2019, Rebo, Pahing; pada hitungan weton Jawa, weton Rabu Pahing mempunyai jumlah neptu 16. Nilai neptu ini didapatkan dari jumlah nilai hari Rabu (7) dan nilai pasaran Pahing (9). Dengan menggunakan tafsir Hermeneutika, lalu siapa yang menjadi pemenang dalam pemilihan "Presiden dan Wakil  Presiden  pada 17 April 2019". Pertanyaan konyol, jika ditanya kepada para akhli metafisik. Maka pada tulisan ke [3] terakhir tentang Metafisik: Rebo, Pahing 17 April 2019 Dan Pemilu menjelaskan sebagai berikut:

Ke [1] Capres 01,  lahir pada 21 Juni 1961, pada Rabu Pon;   Capres 02, lahir 17 Oktober 1951;  adalah Rebo Pon. Maka pada hitungan Jawa, weton calon presiden [01,02] Rabu Pon memiliki jumlah neptu 14. Neptu tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan antara nilai hari Rabu (7) dan nilai pasaran Pon (7). Berdasarkan Kitab Primbon, Betaljemur Adammakna, mereka yang lahirnya Rebo Pon memiliki pemikiran yang kuat, pekerja keras, disiplin, dan bertanggung jawab pada tugas.

Ke [2] Metafisik dan makna hermeneutika [Hari Rebo]. Secara episteme hari rabu berasal dari Dewa Woden diberikan menjadi Wednesday (Rabu). Atau modern Rabu berasal dari Old English wadnesdaeg menjadi "Wednesday" atau Woden's day artinya  hari penyembahan dewa woden, atau wooden    diartikan sebagai  oden atau odin (representasi dewa kayu tumbuhan yang kuat, ulin, jati, beringin dan seterusnya). Dewa Odin atau "Wotan" atau "Wodan",  disembah oleh manusia mencari martabat gengsi, kehormatan, dan bangsawan, namun sering dikutuk karena menjadi penipu yang berubah-ubah dalam omongan dan tindakan; Watak hari rabu adalah pemersatu di balik berbagai bidang kehidupan yang dengannya   terkait: perang, kedaulatan, kebijaksanaan, metafisik, sastra puisi, alfabet rahasia, , tiang gantungan dan bawah tanah atau kematian.

Ke [3] Odin atau Rebo Pon adalah dewa yang disebutkan secara jelas di sepanjang catatan sejarah Bangsa Jerman , dari pendudukan Romawi di wilayah Germania melalui ekspansi suku pada Periode Migrasi dan Zaman Viking . Pada periode modern, Odin terus diakui di cerita rakyat pedesaan Eropa Jerman. Referensi untuk Odin muncul di nama tempat di seluruh wilayah yang secara historis dihuni oleh orang-orang Jerman kuno, dan hari Rabu [Wednesday" atau Woden's day] menyandang namanya dalam banyak bahasa Jerman, termasuk bahasa Inggris, dan menyebar diseluruh dunia sebagai representasi nama dewa [odin]. Odin adalah terdaftar sebagai nenek moyang ilahi dari keluarga yang tak terhitung jumlahnya dari seluruh Eropa Utara. Odin  dipandang  manusia sebagai melihat dewa-dewa mereka sebagai kekuatan vital yang menyatukan kosmos. Pada mitologi dan agama "Norse", Odin adalah kekuatan vital "nafas kehidupan," atau sesuatu yang hampir mirip dengan "Keinginan untuk Berkuasa" Nietzsche.

Ke [4] Metafisik dan makna hermeneutika [Hari Rebo Pon] atau ["nama hari kerja dan kerja"] berasal pada kata hari Rabu [Wednesday" atau Woden's day atau "Dutch woensdag", Wodensdag,]  kemudian Gereja Latin diubah menjadi ('pertengahan minggu') diambil dari Dies Mercurii ("Day of Mercury"). [Hari Rebo Pon] atau adalah watak Wodin atau Woden, Wuotan, wodanaz, wodaz, wodjana, memiliki 170 watak.  Kata sifat  wodaz (atau wodo, widodo, wondo,) selanjutnya dinamai  pikiran, kecerdasan, jiwa, indera,  Bahasa Inggris Kuna di sebut ellen wod ' semangat ', dengan lawan kata atau dasanama Jawa Kuna [Hari Rebo Pon] dalam bahasa Belanda Tengah kegilaan '(bahasa Belanda modern: Woede 'kemarahan'), dan Old High German adalah 'sensasi, agitasi kekerasan;

Lalu bagimana pendasaran episteme sehingga memungkinkan tafsir metafisik, semiotika, hermeneutika skor akhir dua manusia sakti bertarung Capres 01,  lahir pada 21 Juni 1961, pada Rabu Pon;   Capres 02, lahir 17 Oktober 1951 juga weton pada Rabu Pon;  atau dua calon memiliki Weton double Rebo Pon. Berikut ini pendasaran metafisik dalam kajian filsafat yang dipakai dalam deduksi tulisan  adalah:

Ke [1] Apapun konsep dalam kejadian [event] atau [Hari Rebo Pon] dapat dipahami dengan meminjam apa yang dikatakan dalam filsafat Semiotika Ferdinand de Saussure pada (1) signifier (penanda), (2) signified (petanda), (3) form (bentuk) atau content (isi). Maka kesadaran atau pikiran atau rasa Jawa Kuna adalah (1) signifier (penanda). Sementara benda di alam atau buana agung adalah signified (petanda).

Ke [2] Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900) tentang tema Zarathustra guru kekembalian yang sama secara abadi; Apapun konsep dalam kejadian [event] atau [Hari Rabu Pon Pahing] filsafat Jawa Kuna atau Indonesia Kuna pada reinkarnasi transposisi siklus pada tatanan abati: biji, buah, mati, biji buah, mati. Atau istilah manuswa, manjalma, menitis, punarbhaya, dan tidak ada keterbaharuan unik dan baru. Diakhir sejarah akan ada rekonsiliasi kekembalian yang sama secara abadi atau (lihat pemikiran "Roh Absolud" GWF Hegel, 1770-1831).

Ke [3] kejadian [event] atau [Hari Rabu Pon Pahing] filsafat Jawa Kuna atau Indonesia Kuna adalah pertarungan pada teks metafora  Narasi Ajisaka, memiliki 2 abdi dalam penderek (abdi dalem) bernama Dora, dan Sembada, Dua dua sama benar, sama sama kuat, dan sama sama mati. Teks Ajisaka menghasilkan (being) dalam kebudayaan Jawa Kuna atau Indonesia Kuna menghasilkan bahasa dan  susunan abjad Jawa Kuna yang berjumlah 20 huruf dengan susunan 5 huruf pararel yang berbunyi: (1) Ho No Co Ro Ko artinya: ada dua utusan., (2) Do To So Wo Lo artinya: kedua utusan saling berselisih, (3) Po Do Jo Yo Nyo artinya: kedua utusan itu sama-sama saktinya, (4) Mo Go Bo Tho Ngo artinya: kedua utusan itu sama-sama tewasnya. Maka [born of tragedy] pada  3 orang sakti Ajisaka, Dora, dan Sembada adalah simbol dokrin siklus (reinkarnasi). Maka Ada karena sudah dikenakan bahasa, tidak ada artinya belum dikenakan bahasa.

Ke [4] Kejadian [event] Pemilu atau [Hari Rabu Pon Pahing] dalam bahasa teori "Deus Sive Natura" pantheisme rasionalis Spinoza (1632-1677), teori Bultmann (1884-1976) bahwa demitologisasi (eksegesis) semua terarah pada dogma tertentu, kemudian di cari epsitimologi (prasangka), pemikiran Ricoeur (1913-2005), tentang "simbol menimbulkan makna". Dan GW Leibniz (1646-1716) bahwa di alam semesta ini ada banyak monad-monad "substansi" yang disebut sebagai ranah fisika dan metafisika. Monad disini alam ini mewariskan daya purba ("force primitive") yang bukan material tetapi bersifat spiritual ". Newton (1643-1727)  merumuskan teori universal gravitasi, berkeyakinan bahwa "alam adalah buah kehendak bebas Tuhan, mendapatkan kepastian matematis".

Maka konsep metafisik ini bila dikaitkan dengan mental filsafat Mataram Kuna atau  dalam struktur mental cara pandang dunia metode Jawa selalu mengambil posisi dokrin: "keselarasan" atau harmoni, kecocokan, maka lelaku hidup menjadi tanpa konflik. "keselarasan" artinya tidak menyingggung tiga hal tatanan alam, tatanan masyarakat, dan tatanan alam gaib;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun