Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tato Bukan Bagian dari Kriminal

18 Januari 2020   15:11 Diperbarui: 18 Januari 2020   15:17 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang kriminolog dan ahli forensik asal Italia Caesare Lambroso, pada tahun 1876 pernah mengemukakan sebuah teori menarik mengenai pelaku kejahatan yang dia tuangkan di bukunya yang berjudul Criminal men. Dari buku tersebut ia mengungkapkan bahwa seorang kriminal atau pelaku kejahatan bisa di kenali dari aspek fisiknya.dengan melihat ciri-ciri fisiknya saja kita sudah bisa mengenal seseorang, apakah orang itu jahat atau baik.

Lambroso menuliskan ciri-ciri fisik seseorang pelaku kejahatan sebagai berikut :
1.Wajah asimetris
2.Rahangnya besar
3.Tulang pipi tinggi
4.Tonjolan melengkung pada alis
5.Rongga mata yang besar
6.Penglihatan yang tajam dan tebal
7.Telinga berbentuk gagang wajan
8.Garis-garis tegas pada tepak tangan
9.Suka menato tubuh dan memiliki kegemaran berpesta gila

Dalam teorinya tersebut, merupakan sebuah penelitian panjang yang diperkuat berdasarkan pengalaman dia sehari-hari selama dia memulai karirnya di Rumah sakit jiwa,  dia mulai tertarik pada kejahatan dan membuat perbedaan antara orang gila, penjahat, dan orang normal dengan memeriksa sebagian kecil narapidana di penjara Italia.

Pada tahun 1982 di masa pemerintahan orde baru, tatto dipandang buruk pada zaman itu dan fenomena tersebut melekat sehingga masyarakat membuat kesimpulan bahwa orang bertatto adalah bagian dari kriminal, di tambah lagi dengan maraknya aksi kejahatan dan premanisme  yang membuat masyarakat dan pemerintah resah, sehingga pemerintah orde baru  saat itu mengambil langkah tegas dengan mengadakan operasi celurit atau biasa dinamakan dengan  Petrus atau penembak misterius terhadap orang yang memiliki ciri-ciri fisik yaitu Bertatto.jelas, dari kejadian tersebut menciptakan pro kontra karena di dalamnya merupakan bentuk pelanggaran ham.

Wajar saja lah, peristiwa tersebut menciptakan stigma buruk dan negatif di masyarakat Indonesia yang sudah mengakar di dalah diri masyarakat yang menjunjung tinggi nilai nilai agama.

Semenjak saya mengizinkan artis tatto menatto lengan kanan saya pertama kalinya  pada 2008 silam, di situ saya harus mempersiapkan segala resiko moral yang akan saya alami di kemudian hari, di karenakan cap tatto masih di cap buruk pada zaman itu, saya harus memikirkan cibiran dari lingkungan luar maupun lingkungan keluarga saya sendiri.

Setelah saya menggunakan tatto di sekujur tubuh saya mulai dari lengan,badan hingga leher, tak ayal masyarakat luas memperlakukan saya dengan cara yang tidak adil semena-mena, itu wajar menurut saya, sekali saya belajar untuk mengambil langkah positif saat berhadapan dengan mereka, lama kelamaan sikap itu membentuk kepribadian saya yang kebal akan cibiran tentang tatto saya, tak cukup dengan itu, dipikiran saya terlintas, "saya bertatto, bila saya tidak bisa bersikap dengan baik saat bersosialisasi dengan masyarakat, otomatis stigma negatif tentang tatto akan tetap melekat pada diri saya sampai kapanpun"

Hal tersebut menjadi acuan bagi diri saya pribadi, bagaimana cara mengubah, setidaknya berjuang melawan stigma buruk tersebut. Puji tuhan,lewat perjuangan saya, saya bisa di terima di tengah-tengah masyarakat lewat tanggung jawab saya saat di pekerjaan, prestasi saat di kelas, dan bersikap dan bertutur kata sesuai nilai-nilai yang berlaku dimana pun saya berada.semua itu hanya butuh waktu dan perjuangan, sambil menyelam sambil mengedukasi. Begitulah prinsip saya, mengedukasi yang saya maksud bukan lewat perkataan, namun dengan sikap dan tanggung jawab yang saya miliki, sehingga perlahan stigma buruk tentang tatto yang saya miliki memudar.

Terkadang customer baru, teman baru, bahkan dosen yang baru saya temui, mereka menganggap saya orang yang paling beringas dan sangar, apa lagi dengan cuek dan enggannya hidup saya kepada orang yang baru, sehingga menciptakan kesan angker dalam pribadi saya, namun, setelah mereka mengenal kehidupan saya sehari-hari, mereka mengambil kesimpulan bahwa 'apa yang mereka lihat hanya tampilan luarnya saja' dan ada yang mengatakan juga, tampang Metallica hati Rinto Harahap.

Saat ini, di awal 2020, saya merasakan pola pikir masyarakat semakin terbuka.di karenakan banyaknya sumber dan informasi yang mereka serap yang menciptakan pudarnya stigma buruk masyarakat tentang tatto.

Itu hanya sebagian kesaksian pribadi saya, bagaimana saya merubah citra buruk tatto di masyarakat, di dunia luas, masih banyak tokoh-tokoh yang memiliki tatto yang memiliki segudang prestasi khususnya di Indonesia, beliau beliau lah yang menjadi Insprirasi di hidup saya bahwa pada zaman ini penampilan nomor 2, selama kita masih bisa memberikan sebuah nilai Integritas yang baik kenapa tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun