Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bulungan, Kesultanan yang Berjaya di Utara Kalimantan yang Hampir Dilupakan

16 Januari 2020   01:06 Diperbarui: 16 Januari 2020   01:13 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat datang di Indonesia, 

Negara yang kaya akan budaya warisan nenek moyang yang sampai saat ini masih tersimpan rapi, Dahulu, Nusantara memiliki Banyak Kerajaan dan Kesultanan yang lama berdiri di Bangsa ini sejak Berabad-abad lamanya, ada yang sebelum masehi ada dan pula yang berdiri di zaman modern.

Salah satunya sebuah kesultanan yang berdiri sejak abad ke-16 yang berada di ujung utara Kalimantan yaitu kesultanan Bulungan.wilayah kekuasaannya meliputi seluruh wilayah provinsi kalimantan utara seperti Tarakan, Kabupaten Tana Tidung, Malinau, Nunukan, Sabah Malaysia, bahkan sulu Filipina.

Kata "Bulungan" berasal dari kata Bulutengon (bahasa Bulungan) yang memiliki arti "bambu betulan atau "benar-benar bambu" istilah ini di ambil dari legenda sejarah Bulungan.

Asal-Usul kesultanan Bulungan

Berawal dari cerita seseorang yang bernama Kuwanyi, dia adalah seorang  pemimpin Dayak Hupan atau biasa di kenal Dayak Kayan. Dikarenakan kehidupan sehari-hari penduduk kurang baik, maka mereka pindah ke hilir sebuah sebuah sungai besar yang bernama sungai kayan.sebelum mereka berpindah, sebelumnya mereka mendiami sebuah perkampungan kecil yang berada di sungai payang, sebuah cabang sungai pujungan.

Saat kuwanyi pergi berburu ke dalam hutan, dia tidak menemukan satu pun hewan buruannya kecuali seruas bambu besar yang disebut bambu betung dan sebutir telur yang terletak di atas tunggul kayu jemlay.setelah menemukan benda tersebut di dalam hutan, dia langsung membawa pulang ke rumah.terkejut lah kuwanyi dan istrinya saat melihat bambu itu mengeluarkan seorang anak laki-laki dan dari telur yang di pecahkan keluar seorang anak perempuan.

Dari kejadian tersebut, mereka tidak menganggap bayi itu adalah sebuah musibah, malah mereka menganggap bahwa bayi tersebut merupakan karunia para dewa.setelah munculnya bayi-bayi itu, mereka langsung menamakan mereka, yang anak laki-laki bernama Jau Iru dan yang perempuan di beri nama Lemlai suri

Setelah wafatnya Kuwanyi, Jau Iru lah yang mengantikan kedudukan sebagai ketua adat suku Bangsa  dayak hupan.Jau Iru mempunyai seorang anak putera yang bernama Paran Ayi.Paran Anyi memiliki seorang putri yang bernama Lahai Bara dan kemudian menikah dengan Wan Paren, buah dari perkawinan antara Lahai Bara dan Wan Paren, lahirlah seorang putera yang bernama si Barau dan seorang puteri bernama Simun Luwan.

Dikarenakan adanya perselisihan dan konflik dengan saudaranya, maka pergilah Simun Luwan dari tempat asal nenek moyang  mereka .setelah menikah dengan Sadang, dari hasil pernikahan tersebut, Lahirlah seorang anak perempuan yang bernama Asung Luwan.dan Asung Luwan kawin dengan seorang bangsawan dari Brunai, yaitu Datuk Mencang

Setelah perkawinan tersebut, Datu Mencang lah yang menjadi pemimpin yang bergelar Kesatria wira pada tahun 1555 sampai 1595 dan kemudian , secara turun temurun terjadilah pergantian kepemimpinan di Bulungan, mulai dari dari Wira Kelana, Wira Keranda dan Wira Digedung yang di teruskan Wira Amir pada tahun 1731-1777.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun