Mohon tunggu...
Baizul Zaman
Baizul Zaman Mohon Tunggu... Dosen - -

lahir di pulau Muna, Desa Pure, Kelurahan Labunia, Tahun 1988. Setelah tamat Sekolah di SMA 2 RAHA, saya melanjutkan kuliah di STMIK Dipanegara Makassar sampai tahun 2010. Tahun 2013 melanjutkan Studi S2 Bidang Teknik Informatika Universitas Hasanuddin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Langkah Strategis untuk Melawan Hoaks

17 Juli 2018   14:58 Diperbarui: 17 Juli 2018   15:14 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : sabilulatif.net

Hoax itu mengerikan. Ia bisa menyesatkan siapa saja yang mengkonsumsinya. Bahkan, pada beberapa kasus bisa memicu terjadinya konflik sosial. Untuk itu, maka menghancurkanya sampai ke  akar-akarnya menjadi sebuah keharusan yang mesti dilakukan secepat mungkin. Jika terlambat maka bisa berpotensi merusak tatanan kehidupan masyarakat.

Untuk menghadang laju penyebaran hoax di media sosial tentu tidak semudah yang dipikirkan. Kita diperhadapakan pada berbagai macam tantangan yang cukup sulit. Salah satunya adalah rendahnya literasi digital masyarakat. Untuk itu, maka perlu upaya yang sungguh-sungguh dan kerjasama dari berbagai pihak agar upaya mencegah hoax ini bisa dilakukan dengan maksimal.

Dalam pada itu, jika posisi saya sebagai Menteri Agama maka ada tiga langkah strategis yang akan saya lakukan sebagai upaya untuk menghentikan laju penyebaran virus hoax ditengah-tengah masyarakat. Ke tiga upaya itu adalah sebagai berikut :

Pertama, Mengumandangkan gerakan anti hoax dari rumah-rumah ibadah. Kenapa rumah ibadah? Karena di sanalah tempat pembinaan umat yang sesungguhnya dimulai. Melalui gerakan ini, maka saya akan mengistruksikan kepada seluruh pengurus rumah ibadah, baik itu umat Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan lainnya untuk mengintensifkan satu kajian khusus yang mengetengahkan pembahasan tentang hoax. Dengan harapan, dari kajian ini bisa memberikan pemahaman yang paripurna kepada umat akan bahaya hoax, jenis dan bentuknya serta upaya taktis untuk menangkalnya.

Kedua, Menggalakkan gerakan satu hari satu kebaikan atau bisa disingkat "One Day One Good". Gerakan ini akan saya instruksikan untuk dimulai dari lingkungan Kementrian Agama. Kemudian, saya akan mengajak institusi-institusi lainnya serta para pemimpin daerah untuk melakukan hal yang sama. Dengan harapan, gerakan ini bisa menjadi pemicu semangat setiap orang untuk giat menebar kebaikan dan kebenaran di media sosial.

Ketiga, membentuk gerakan masyarakat yang sadar literasi digital, atau disingkat "GERMASASIL". Melalui gerakan ini, saya akan menggandeng KUA yang ada di setiap daerah untuk menjadi ujung tombak penggerak literasi digital bagi masyarakat yang ada di sekelilingnya. Dengan program ini, maka KUA tidak hanya difungsikan untuk mengurus persoalan agama saja. Namun, KUA berperan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat khususnya dalam memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana menebar kebaikan.

Pada dasarnya hoax tidak bisa dihilangkan. Ketika hoax menyebar melalui dunia maya, maka jejaknya akan terus ada di sana, sampai sumber utamanya dihapus (inipun jarang terjadi). Untuk itu, tiga langkah strategsi yang saya paparkan di atas adalah sedikit upaya yang bisa dilakukan dalam rangka menggeser dominasi hoax dengan hal-hal yang mengandung kebaikan dan kebenaran. Semakin banyak kita menebar kebaikan dan kebenaran di dunia maya, maka hoax akan semakin tenggelam dan pada akhirnya tidak mendapatkan lagi tempat yang strategis untuk bisa diakses dengan mudah di dunia maya.

Untuk itu, maka kita harus bersama-sama melakukanya. Tidak cukup hanya satu orang saja yang melakukan itu. Jika sudah ada  satu orang atau misalnya menteri agama  yang mengatakan tidak kepada hoax, maka itu perlu diikuti oleh jutaan rakyat lainnya. Dengan demikian, maka kita bisa menggeser dominasi hoax di dunia maya dengan hal-hal yang mengandung kebaikan dan kebenaran.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun