Mohon tunggu...
Bahtiar Ali Rambangeng
Bahtiar Ali Rambangeng Mohon Tunggu... profesional -

Pendidikan dasar saya dibentuk dari keluarga, kemudian di KOSKAR akar tumbuhnya pandangan dunia, KOSKAR komunitas sederhana namun mencintai ilmu. Alam dan lingkunganlah tempat terbaik belajar karena disana interaksi langsung terjadi baru kemudian belajar dari buku. Penataan pengetahuan akan lebih baik dengan terus menulis, itulah salah satu alasanku terus menulis essay sederhana sekaligus belajar jadi peneliti.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengamati Membentuk Kecerdasan, Pengalaman Membentuk Insting

25 Februari 2013   15:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:42 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13618194891868911763

[caption id="attachment_245645" align="aligncenter" width="300" caption="Mengamati atau Menertawakan?"][/caption] Manusia selalu terbagi dalam berbagai kategori dan klasifikasi, kalasifikasi itu tergantung pada posisi mana dia menempatkan dirinya. Seorang Petani yang selalu menggarap Sawah berbeda dengan ilmuan pertanian sebab ilmuan lebih banyak melakukan pengkajian mendalam untuk memahami pertenian dibanding menjadi seorang petani, bedanya dengan Petani Sawah dia bekerja bukan soal ilmu tetapi memperoleh ekonomi untuk hidup. Seorang pakar pertanian ikut bercocok tanam bukan soal tanaman itu dapat membuatnya sejahtera tetapi bagaiman tanaman itu menjadi sebuah objekt yang bisa dia pahami secara utuh sedangkan petani sudah sejak kecil menjadi penggarap sawahnya sehingga dirinya dan sawah sudah sulit dibedakan. Pengetahuan Petani soal sawah dan bercocok tanam dibentuk dari pengalaman yang sudah lama sehingga dia sudah menyatu atas pengetahuannya tersebut, dia menjadi paham pertanian bukan karena teori tetapi interaksi langsung. Petani berpengetahuan menjiwai pengetahuannya bahkan menyelaminya secara utuh tanpa teori tapi mengerti. Dia sudah meresakan apa yang terjadi dan apa masalah pertaniannya. Disinilah letaknya perbedaaan seorang petani dan seorang ilmuan pertanian, seorang ilmuan banyak dibentuk dari bangku akademis, teori, buku dan termasuk turun ke lapangan sehingga banyak ramuan pengetahuan yang dipahaminya.

Meski seorang ilmuan bisa dikategorikan cerdas dari pada petani namun pada kenyataannya penjiwaannya secara utuh masih kalah dengan petani. Kecerdasan ilmuan bisa membantu mengembangkan pertanian, tetapi semua bentukan kecerdasannya juga kadang harus belajar dari para petani begitu juga petani untuk mengembangkan lahannya agar produkti butuh tekhnologi terbaru temuan para ilmuan. Tapi, pada aspek fundamental petani menjadi lebih memiliki pengalaman mendalam bahkan banyak teori yang justru berbenturan dengan kebutuhan petani sebab, sebuah teori tidak akan mungkin menjadi kebenaran mutlak atau mewakili semua fakta meski dia lahir dari fakta kajian langsung tetapi pada fakta lain bisa jadi tak berlaku.

Dari ringkasan tulisan di atas, maka penulis mencoba memberikan pengertian dua jenis bentukan pembentuk manusia, pengalaman dan pengamatan. Pengalam membentuk insting sedangkan pengamatan membentuk pengetahuan dan intellgence bukan berarti pengalaman tanpa pengetahuan namun kecendrungan defenisi umumnya begitu.

Membentuk Insting dan Kecerdasan

Kepemimpinan dibentuk dari pengelaman lapangan, seorang pemimpin memiliki kemampuan lapangan menata manajemen, mengarahkan, hegemoni di dengarkan tidak terjadi secara instan tetapi modal ini tercipta dari banyaknya interaksi. Interaksi dan prakteklah yang mendidik seseorang menjadi pemimpin tak ada pemimpin yang lahir dengan baik tanpa proses pengalaman yang matang. Jika ada pemimpin yang terbentuk secara instan akan cepat berbuah namun buahnya akan cacat, rusak dan bisa jadi layaknya buah mangga yang belum masak sebelum waktunya. rasanya tentu kecut dan tidak menyenangkan lidah saat mengecapnya, disinilah pentingnya proses politik, proses sosial sebagai pembentuk dasar seseorang menjadi pemimpin tangguh.

Pengalaman mengasah kemampuan membedakan manusia lewat interaksi. Seseorang yang berpengalaman dalam meminpin baik perusahaan, maupun organisasi atau lembaga negara akan muda memahami mana yang siap bekersama, mana yang tidak siap bekersama sebab itu terbentuk dari proses yang panjang. Proses itu muda teridentifikasi karena adanya penalaran yang dikuatkan oleh insting batin.

Pengidentifikasian muda dilakukan atas berbagai karakter jika memang sudah terbiasa, memang banyak orang kadang mukanya manis namun kadang menusuk dari belakang khususnya dalam konteks politik. Banyak yang tidak bisa membedakannya, namun bagi yang sudah berinteraksi dalam ruang yang lebih besar itu bukan masalah untuk dipahami sebab sebelumnya sudah ada dasar pengetahuan. Dasar pengetahuan inilah yang akan menjadi dasar pertimbangan sekaligus diolah dalam bentuk interaksi yang membentuk nalar konstruktif soal kesimpulan-kesimpulan atas si A dan si B.

Pengasaan diri lewat pengalaman inilah yang sekaligus membentuk pengetahuan, pendalaman karakter orang lain, membentuk kalsifikasi semua orang itu berbeda bakat dan minatnya bahkan keinginannya akan kemana akan muda terindentifikasi jika memang sudah terbiasa berinteraksi secara baik. Biasanya seorang pemimpin organisasi akan terbentuk kemampuannya membedakan mana yang cuman ingin mempermainkannya dan mana tidak, itu bisa diketahui lewat konflik batin, konflik terbuka maupun interaksi yang memperlihatkan beban psikologis dari proses komunikasi dan penampakan simbol-simbol tertentu.

Watak insting sebenarnya tidak lahir begitu saja, meski manusia diaktegorikan makhluq terbaik tetapi instingnya hanya akan bekerja maksimal setelah melalui proses sosial yang panjang. Insting dalam hal ini adalah kemampuan supra rasional seseorang untuk mengetahui apa-apa yang menjadi benak seseorang pada diri, akan situasi yang akan terjadi bahkan terkadang menjadi sangat filosofis. Ini menunjukkan insting juga terbentuk memang dari interaksi sekaligus dia bagian dari pengetahuan yang dalam.

Sebagai seorang yang belajar soal-soal filsafat sebab memang itulah bidang saya selama ini. Kearifan atau hikmah terbentuk sebenarnya bukan karena banyakmnya teori yang dipelajari dari para filosof tetapi sejauh mana interaksi yang membuat diri kita terbentur dari hukum-hukum sosial, benturan dengan sesama manusia bahkan konflik berdarah semua itu akan menguji pemahaman dan isnting kita. Ketika ini yang membentuk pemahaman kita maka terjadilah yang namanya kesadaran mendalam yang tidak terpisahkan antara fakta, pengalaman, dan batin seseorang. Mungkin ini bisa termasuk pengetahuan yang mendekati kesempurnaan dalam ranah saya sebab sudah menggunakan beberapa perangkat potensi dalam diri manusia baik potensi akal, hati, indera maupun perabaan yang sifatnya insting.

Berbeda dengan pengataman, seseorang yang terbiasa mengamati sebuah persoalan biasanya dia hanya melahirkan pengetahuan dan solusi-solusi atas fakta yang di pantaunya. Sementara pembentukan jiwa kepemimnan, sikap manusiawi dan instingnya tidak sepenuhnya terjadi sebab pengamatan lebih dominan membentuk logika, nalar dari pada hati dan mental. Nalar akan menghitung layaknya tebak-tebakan logis atas situasi sosial yang dinalarnya kemudian melahirkan kerangka rumusan masalah sampai pada solusinya namun pada aspek lainnya pengetahuan ilmiahnya miskin penjiwaan.

Pengetahuan ilmiah dan pengamatan dua hal tak terpisahkan. Seorang ilmuan akan melakukan kajian mendalam lewat pengamatan, data, informasi maupun bentuk kuisioner lewat wawancara langsung dengan yang bersangkutan. Tetapi pengetahuan ini tidak terpola membentuk diri bahkan seakan berjarak. Sementara pengamatan lebih cenderung membangun asumsi pribadi untuk menafsirkan sebuah fakta, Makam pengetahuan ilmiah masih di atas pengatamatan sebab pengamatan lebih subjektif sementara ilmiah sudah melibatkan objek lains secara baik.

Meski pengamatan dan pengetahuan ilmiah itu sukses membangun kesadaran intelek sseseorang namun pada aspek kebatinan, akal supra natural tidak terbentuk darinya. Akal supra natural inilah yang saya maksudkan insting yang sejatinya dibentuk lewat interaksi langsung secara mendalam dan proses panjang dengan fakta dan manusia lainnya.

Rawa Bambu, 25 Februari 2013, pukul 22.11

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun