Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Jangan Menyerah Karena Kegagalan

26 Mei 2015   22:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:34 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14326561581859101210

Perkenalkan nama saya Bagus Iman Rahmad B, salah satu mahasiswa sekolah kedinasan di Indonesia. Ini sedikit cerita saat pencarian sekolah selama dua periode atau dua tahun pengejaran yang tidak akan aku lupakan disisa hidupku, hehehe bahasanya sudah lebay banget. Ok kita lanjutkan, sampai akhirnya bisa dapat sekolah yang banyak diimpikan oleh banyak lulusan baik itu dari SMA maupun dari SMK. cerita ini aku tujukan kepada pembaca yang lagi galau mencari Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS), atau Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) yang diimpikan, dan juga kepada pembaca yang belum mempunyai motivasi kedepan, apa maksudnya dengan “Belum mempunyai motivasi kedepan”. Dibaca dulu nanti tahu sendiri apa jawabannya. Semoga setelah membaca sebuah tulisan yang tidak begitu bagus ini bisa memotivasimu sampai mencapai sekolah yang yang menjadi impian kalian dan juga kalian bisa menetapkan impian anda diantara bintang-bintang yang bersinar setiap malam kalau tidak mendung, hehehe.

Kita mulai dari ketika aku menginjak SMP, ketika SMP aku sering mendapat pertanyaan “Dimana kamu akan kuliah nanti?”. Ya benar sudah ada yang memberi pertanyaan itu, padahal waktu itu masih SMP yang masih polos tentang dunia luar, yang masih polos tentang SMA, apalagi mendapat pertanyaan tentang rencanaku kuliah. Pastinya aku hanya asal jawab aja lah. Pada saat itu, aku menjawab dengan bangga menjawab bahwa aku akan menjadi mahasiswa dimana aku kuliah sekarang dan sekarang alhamdulillah terwujud, setelah mendapat pertanyaan itu aku masih belum tau, “apakah aku bisa mencapainya atau tidak?”. Singkat cerita perjuangkanku di SMP sudah berakhir dan waktunya melangkah dimasa yang banyak orang menyebut masa yang indah dalam hidup seseorang yaitu SMA.

Waktu SMA pun sudah tiba, diawal SMA aku sudah lupa akan pertanyaan dimana aku kuliah sewaktu aku menjalani masa SMP. Mungkin karena aku terlalu mudah merasa puas dengan apa yang aku dapatkan, mungkin karena aku telah diterima disalah satu sekolah favorit di daerahku, atau mungkin aku sudah nyaman dengan apa yang aku dapatkan sekarang. Itulah yang membuat aku melupakan mimpiku itu sampai aku menginjak semester akhir di SMA. Sewaktu SMA aku sangat minim atau bahkan tidak ada dengan apa itu prestasi. Mungkin para pembaca bertanya-tanya, “Mengapa bisa begitu?”, terus, “apa saja yang aku lakukan dan apa kegiatanku di SMA dulu?, Mengapa prestasiku minim waktu SMA dulu?”.

Sedikit keluar dulu dari topik dulu ya, ini sedikit cerita waktu aku di SMA. Jika ada cerita yang baik bisa diambil dan kalau ada cerita yang buruk juga harus diambil, diambil hikmahnya maksudnya, hehehe. Aku sarankan sebelumnya jangan membaca tulisanku ini, jika para pembaca tidak suka jawaban yang berbellit-belit atau mungkin terkesan lebay atas pernyaan di paragraf diatas. Ok, kita jawab pertanyaan yang pertama “Apa yang aku lakukan di SMA dulu?”. Waktu SMA dulu aku hanya ikut-ikutan melakukan kegiatan apa yang dilakukan teman-temanku dan itupun aku lakukan dengan setengah hati, singkatnya hanya itu yang aku lakukan tidak ada lagi, mungkin dari pembaca ada pertanyaan mengapa aku melakukan sesuatu hanya ikut-ikutan. “Aku juga kurang tau alasannya mengapa ! ! !”, mungkin ini alasan yang tepat untuk pertanyaan itu, Di SMA aku tidak memiliki tujuan kedepan yang memotivasiku agar bisa mendapatkan prestasi dimana setelah lulus dari masa ini aku baru memimpikannya. “Telat banget ya?”, hehehe dan itu tidak akan terulang lagi untuk yang kedua kalinya dalam hidupku, baik itu motivasi dari keluarga, teman, atupun dari dalam diri sendiri. “Kok bisa begitu?”, itu karena aku mudah puas dengan apa yang telah aku dapat di SMA. Pertanyaannya apa yang aku dapat di waktu itu, sehingga membuatku puas. Aku hanya bisa meraih masuk disalah satu SMA favorit di daerahku, padahal hanya itu yang aku dapatkan. Kita tanpa motivasi kedepan atau tujuan kedepan, hidup kita akan terasa kurang lengkap untuk menapaki jalan kedepan yang banyak masalah yang menghampiri kita.

Ini sedikit contoh pengalamanku di SMA yang tanpa motivasi dan tujuan kedepan. Aku menjadi siswa yang biasa-biasa saja dalam hal akademik maupun dalam hal nonakademik atau bahkan menjadi dibawah siswa yang biasa, itu menurut pendapatku. Ketika awal semester di SMA aku menjalani kehidupan SMA seperti siswa-siswa lain yaitu berangkat, pulang, berangkat, pulang, tanpa belajar atau melakukan sesuatu yang menjadi minat dan bakatku. Diwaktu itu aku mengikuti ektrakulikules Inggris club dan juga komunitas pecinta desain grafis dan photograph, padahal minatku bukan dibahasa, terus bagaimana dengan komunitas itu?, aku juga tidak berbakat menggambar baik itu dengan tangan maupun dengan media elektronik. Terus, “Mengapa aku memilih kegiatan itu sewaktu SMA?”. itu karena, pemikiranku waktu itu hanya ingin terlihat keren kalau bisa menguasai bidang itu yang selama ini menjadi kelemahanku. Yang sebenarnya aku lebih suka pecinta alam atau mencurahkan isi hati dalam sebuah tulisan daripada mendesain ataupun mendalami Bahasa Inggris. Dan dalam hal akademik prestasiku juga sangat buruk, aku sering tidak belajar ataupun memperhatikan dalam kelas waktu pelajaran dan bila waktu ujian tiba yang bisa membantuku mengerjakan ujianku adalah sebuah catatan yang kau buat malam sebelum ujian, itu aku gunakan untuk memuluskan ujianku itu. Dalam hal integritasku, waktu itu sangat buruk kalau boleh menilai integritasku sendiri aku memberikan nilai 30 dari 100 poin, kalau disamakan dengan nilai di STAN sudah dapat E dan sudah ke DO, tapi untungnya itu masih SMA bukan di STAN. Singkatnya, selama tiga tahun aku hanya melakukan hal-hal itu yaitu pergi ke sekolah, pergi ke ekstrakulikuler, mencontek, keluar malam.

Dan, “Apakah hasilnya baik?”, jawabannya kalian pasti sudah mengetahuinya. Aku mendapat hasil yang cukup buruk sekali, di semester pertama masih terlihat bagus walaupun hanya dapat urutan ke-15 dari 35 siswa, disemester kedua turun jadi urutan ke 17 dari 35 siswa, disemester ketiga turun lagi yaitu dapat urutan 20 dari 34 siswa, semerter keempat dapat urutan 23 dari 34 siswa, semester kelima turun lagi menjadi urutan ke 25 dan disemester keenam mencapai urutan terburuk yaitu urutan sekitar 27 dari 34 siswa. Sampai akhirnya, aku sadar dan terbangun dari mimpi buruk yang nyaman sekali di SMA ketika tahun pertama pencarian perguruan tinggi gagal semua. Dari pengalamanku itu, aku mendapat sebuah pelajaran yang dapat aku ambil dari kehidupan SMAku. Itu adalah “Jangan melakukan sesuatu yang itu bukan sesuai dengan apa yang kamu tidak sukai atau sesuai possion kamu, jangan merasa tidak enak menolak ajakan dari siapapun jika itu merusak masa depanmu karena teman sejatimu adalah dirimu sendiri dimana kamu melakukan semua itu dengan sepenuh hati dan jangan mudah merasa puas dengan apa yang telah kamu dapat”. Itu sedikit gambaran bagaimana aku menjalani kehidupanku di SMA.

Kok palah membahas banyak tentang kehidupanku di SMA yang suram itu, OK kita kembali ke topik yaitu pencarianku perguruan tinggi semasa SMA dan setelah masa SMA berakhir. Pencarianku itu aku mulai dari semester kelima dengan mengikuti SNMPTN Undangan tahun 2013 dengan peraturan baru dari kemendikbud yang memperbolehkan semua siswa sma mengikuti jalur SNMPTN yang sebelumnya peraturannya jika akreditasi SMA sama dengan A dapat kouta 50% dari jumlah siswa dst. Dengan kesempatan itu aku tidak menyia-nyiakan hanya untuk mendaftar SNMPTN dengan memilih jurusan Statistika UNDIP. Aku kurang tahu mengapa dulu aku memilih jurusan itu, padahal aku tidak begitu suka dengan pelajaran matematika dan hasilnya dari trek rankingku di SMA yang mempunyai nilai cukup buruk sudah pasti kalian tau, “Bagaimana hasilnya kan?”. Mungkin pemikiran dari pembaca banyak yang benar, aku dinyatakan gagal di SNMPTN Undangan. Dan disesi berikutnya aku mencoba peruntunganku di salah satu sekolah kedinasan yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), kalau motivasiku masuk STIS adalah dapat uang saku setiap bulanya, tetapi karena semasa SMA aku sering tidak memperhatikan pelajaran, keseringanku menyontek, dan jarang membuka buku ditambah lagi, waktu USM STIS kurang persiapan akhirnya ketika aku melihat pengumuman aku dinyatakan gagal lagi. Selanjutnya, ada pendaftaran SBMPTN, aku pun juga daftar dan mengikuti tes SBMPTN ditahun 2013 itu. Aku mencoba membuka-buka dan mempelajari materi ujian SBMPTN yang banyak dari materi tesebut yang sulit aku pahami dan ketika pengumuman hasil SBMPTN keluar kalian juga pasti sudah mengetahuinya aku dinyatakan gagal lagi untuk yang ketiga kalinya. STAN tahun 2013 pun tak luput dari pengejaranku, STAN ditahun ini membuka pendaftaran setelah ditahun 2012 tidak menerima seleksi penerimaan mahasiswa baru. Aku pun mengikuti USM tersebut hasilnya juga sama dengan tes-tes yang lain yaitu dinyatakan gagal lagi dan ini yang keempat kalinya. Kemudian, masih belum menyerah juga, aku mendaftar di ATKP Surabaya yaitu sekolah penerbangan dibawah Kementrian Perhubungan, kali ini aku berusaha dengan sungguh-sungguh dan hasilnya masih tetap gagal lagi untuk yang kelima kalinya.

Setelah banyak kegagalan yang aku terima ditahun pertamaku mencari sekolah, Apakah aku merasa sedih?, merasa hampir frustasi?, apa yang salah dengan diriku !, apa yang beda dengan temanku, yang menurut pemikiranku berada dibawahku dalam hal akademik tapi sudah dapat perguruan tinggi. “Apakah itu yang aku rasakan”, sudah pasti itulah yang aku rasakan dan aku tanyakan didalam diriku saat itu. Mungkin juga sama yang dirasakan oleh para pencari PTN/PTK/PTS. setelah kegagalanku itu, aku intropeksi diri dari segi persiapan, dari segi kemampuanku, dari segi biaya, dari segi doa, dan juga dari segi yang lainnya juga. Dari segi persiapan aku belum siap sama sekali untuk mengikuti berbagai macam tes yang aku ikuti dan hasilnya gagal total karena waktu SMA hanya main-main saja. Dari segi kemampuanku dalam bidang akademik aku tidak terlalu pintar bahkan cenderung bisa dikatakan bodoh karena aku kurang dan bahkan tidak mengasah potensi akademik sewaktu di SMA dulu. Dari segi biaya aku termasuk anak orang yang kurang mampu dalam ekonomi dan aku juga sangat mengecewakan kedua orang tuaku karena dengan kondisi perekonomian mereka yang sedang dalam kondisi buruk aku menghambur-hamburkan uang untuk tes sini-sana yang sebenarnya uang tersebut, bisa digunakan untuk keperluan yang lain. Dari segi doa waktu itu, alhamdulillah sudah cukup bagus, dulu aku sering mengikuti doa bersama di SMA, dan sering sholat dhuha, sholat tahajut, dan pastinya kalau sholat wajib alhamdulillah terpenuhi walaupun belum bisa dikatakan ikhlas hanya karena Allah. Dan dari segi lainnya aku tidak mengkonsultasikan dengan guru BK dan tidak meminta saran orang tua kemana aku harus melangkah ataupun mencari informasi dari mahasiswa tempat perguruan tinggi yang menjadi tujuanku.

Terus apa yang aku lakukan setelah itu dan sampai akhirnya bisa menjadi mahasiswa PTK terfavorit di Indonesia. Ini baru permulaan perjuanganku yang sebenarnya walaupun mungkin kedengarannya sudah terlambat, tetapi momen inilah yang menyadarkanku dari tidurku yang panjang. Setelah mengalami kegagalan yang bertubi-tubi, singkat cerita aku disarankan oleh keluarga dari bapak dan ibukku untuk kuliah di PTS dekat tempat tinggalku. Orang tuaku pun setuju dengan saran tersebut dan ditahun 2014 aku boleh mencoba lagi PTN/PTK/PTS yang aku inginkan. Dan ketika mendekati daftar ulang, orang tuaku memberiku dua pilihan yang penting dalam hidupku, yang pertama aku boleh memilih PTS tersebut tapi ditahun 2014 aku tidak boleh mengejar PTN/PTK/PTS yang menjadi tujuanku, pilihan yang kedua boleh mengejar PTN/PTK/PTS yang menjadi tujuanku tapi tidak boleh menjalani kuliahku di PTS tersebut. Bagiku itu bukan pilihan yang sulit, tetapi kalau aku tidak mengambil PTS tersebut apa yang aku lakukan selama satu tahun ini dan jika tahun depan tidak diterima yang menjadi tujuanku, itu berarti aku menyia-nyiakan umurku satu tahun, tetapi dalam pikiranku waktu itu lebih baik aku mengejar cita-citaku dari SMP dengan sepenuh hati daripada aku menyesal ketika tua nanti, aku pun memutuskan untuk memilih pilihan kedua itu.

Setiap pilihan pasti ada akibatnya, itulah yang terjadi padaku saat itu. Ketika aku memilih tidak melanjutkan kuliah, aku dianggap anak yang kurang mensyukuri apa yang telah didapat, aku dianggap anak bodoh yang terlalu mempunyai keinginan yang tinggi, aku dianggap orang anak yang tidak mengerti dengan keadaan orang tuaku yang serba susah, dan ditambah lagi aku merasa minder dengan teman-temanku yang sudah dapat perguruan tinggi yang diinginkannya. Singkat cerita, aku sempat bekerja selama 3 bulan untuk memenuhi uang jajan selama satu tahun dan sebagian lagi untuk biaya less. Setelah persiapan dengan matang waktu pendaftaran pertama pun telah dibuka yaitu di AMG (Akademi Metereolgi dan Geofisika) yang aku peroleh informasinya dari temanku yang sudah kuliah disana. Akupun mendaftar dan mengikuti ujian tahap pertama yaitu tes TKD, yang diselenggrakan di Surabaya tapi lagi-lagi aku gagal lagi untuk yang kesekian kalinya, kali ini adalah kegagalan yang paling menyakitkan, “Mengapa?”, itu karena aku sudah mempersiapkan jauh-jauh hari masih tetap gagal juga. Dan ketika aku memberitahukan kabar tersebut kepada kedua orang tuaku tentang kegagalaku itu, dari raut wajahnya kelihatan sangat kecewa. Kemudian pendaftaran SBMPTN pun dibuka dan dilanjutkan lagi dibukanya pendaftaran USM STAN 2014. Di SBMPTN aku mendaftar di UGM dan ITS dan mendaftar di STAN juga. Pelaksanaan SBMPTN aku lakukan dengan percaya diri dan menjalani tesnya dengan baik juga aku percaya bahwa tahun ini aku akan diterima di UGM atau ITS. Rentan seminggu pelaksanaan USM STAN pun dilaksanakan dengan perasaan yang kurang percaya, bahwa aku akan diterima di STAN. Singkatnya pengumuman SBMPTN pun keluar pada tanggal 17 Juli 2014 dengan perasaan yang percaya diri aku membuka pengumuman tersebut dan ketika aku melihat hasilnya aku dinyatakan gagal lagi tapi itu tidak membuatku kecewa, karena sebelumnya aku sudah dinyatakan lolos USM STAN tahap pertama dimana pengumumannya dimajukan seminggu dari tanggal 18 juli menjadi tanggal 11 juli 2014. Singkat cerita aku mempersiapkan dengan sepenuh hati untuk tes USM STAN tahap kedua dan waktu pelaksanaan tes tahap kedua berjalan lancar tanpa ada hambatan apapun. Setelah tes USM STAN tahap kedua aku masih mendaftar lagi di Akademi Perkereta Apian Indonesia di Madiun. Pada saat malam sebelum pelaksanaan tes tahap pertama di API pengumuman STAN pun keluar alhamdulillah apa yan aku nantikan selama ini akhirnya terwujud juga, aku dinyatakan diterima menjadi mahasiswa STAN tahun 2014 dengan jurusan D-1 Pajak. Keesokan harinya, Aku masih tetap mengikuti tes tahap pertama di API, ketika pengumuman keluar aku juga dinyatakan lolos tahap pertama di API, tetapi tidak aku teruskan tahap tes berikutnya.

[caption id="attachment_367893" align="aligncenter" width="403" caption="STAN"][/caption]

Pesan yang ingin aku bagikan kepada para pembaca adalah dalam mengejar sebuah cita-cita, perguruan tinggi, mimpi, atau apapun itu. Tidak pernah melihat siapa kita, tidak pernah melihat dari golongan kita, tidak pernah melihat dari seberapa buruk masa lalu kita, tidak pernah melihat dari dan dimana kita dilahirkan, tidak mempermasalahkan apapun yang kita miliki, ataupun yang lain. Tetapi kita hanya perlu percaya, bertindak, berdoa, dan memperjuangkan angan-angan tersebut dengan semangat pantang menyerah. Jika kita menyerah ditengah jalan sesuatu yang kita perjuangkan itu, tidak akan pernah kita raih. Padahal jika kita memperjuangkan sedikit lagi mimpi tersebut akan kita genggam. Seperti ceritaku diatas pada masa SMA aku tergolong anak yang tidak pintar, tidak berprestasi, tidak memiliki motivasi, dan berasal dari keluarga yang kurang mampu, juga dalam mencari perguruan tinggi banyak mengalami kegagalan, tetapi aku tidak menyerah karena aku percaya bahwa jika aku berusaha dengan keras dengan semangat pantang menyerah dan berdoa. Sang Maha segalaNya akan memberikan petunjuk dan jalan terbaikNya.

Kegagalan memang menyakitkan, tetapi itu adalah jalan yang harus kita lalui jika kita ingin menggenggam kesuksesan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun