Mohon tunggu...
Bagindo Arrahman
Bagindo Arrahman Mohon Tunggu... -

Hidup adalah perjuangan dan perjuangan adalah syarat hak mutlak hidup.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tangis Bunda Pertiwi

12 Desember 2014   22:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:26 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418371889933012993

PERINGATAN DARI PENULIS

Tulisan ini berjudul TANGIS BUNDA PERTIWI.

Hikmah tulisan ini adalah bagi kaum birokrat agar mampu melakukan kerja sama lintas sektoral. Menggunakan dalil kode etik kepalsuan dalam bermusyawarah dan kekuasaan kepalsuan dengan menelikung alur sejarah adalah pembodohan missal dunia. Jika manusia berbicara sesuatu kemudian diubah dengan menjadi kalimat sesiwati maka sama dengan halnya memperlihatkan kelemahan dan pembuktian atas kriminalisasi saksi maupun korban. Hal itu BUKANLAH DEMOKRASI KEMASYARAKATAN namun demokrasi prayayi.

Dengan priyai birokrat, apapun yang digunakan adalah demi kekuasaan. Kejujuran akan dibungkam dengan kolusi 27 derajat. Kalimat factual akan dianiaya dengan Hiperbola. Jika demikian maka penulis akan menasehati bahwa atas ulah sistemik ini MATILAH DEMOKRASI MASYARAKAT. Ini terbukti bahwa kejadian jilid-3 menjadi semakin memanas antara kebenaran di atas kebenaran VS kejahatan di atas kebodohan. Ini terbukti bahwa kejadian 8 Desember 2014 seteleh SP-1 dikeluarkan kembali SP-2 dengan mengutip sepenggal demi sepenggal kalimat dan diolah dengan hiperbola berlebihan untuk dasar SP-2. Sedangkan setelah SP-1, korban tidak ada sama sekali berbicara. Mengapa SP-2 dikeluarkan kembali?

Silahkan keluarkan SP-1000 atau SP- Triliun maka adakah khalayak Demokrasi Indonesia mengerti bahwa demi pusara tanah kusir, wangi pusara menjadi sejadinya wangi air mata.

Untukmu wahai Negeri tercinta. Aku tidak tunduk dengan birokrat priyayi. Aku tunduk dengan pasal 1 Sumpah pegawai tentang Setia dengan PANCASILA dan UUD1945. Bukan pasal 3 yang kalian gaungkan mempertahankan ego sectoral. SP-2 ini adalah bukti rentetan panjang sejaran kelam birokrasi di institusi yang tidak malu. SP-2 adalah tangisan bunda suci pertiwi.

Dengan ini penulis hatur maaf dan terimakasih jika selama ini sudah makan dan minum dari republik. Hamba hanya mencintai INDONESIA yang mempunyai abdi-abdi Negara tidak serakah jabatan dan berjiwa Warga Negara Indonesia ( WNI ) Sejati serta birokrat yang tidak semena-mena menelikung alur kisah.

Di bawah ini adalah sinema kolosal yang terlewatkan tentang bagian kelam dalam pidato sebelum mutasi 6 Mei 2014. Entah mutasi ke negeri mana lagi akan dilakukan oleh birokrat yang tidak mengert mengapa pemuda terus menerus menjadi lilin di dalam Republik Indonesia ini?

Untuk isti terkasih, anak-anakku tersayang dan orang tua sepuh maupun mertua dambaan serta ipar terkabar. Sabarlah, jika apa yang kulakukan ini demi Negara maka aku akan lakukan dari cara yang tersulit agar pengalaman ini menjadi penambah khasanah pembelajaranku dan pembelajaran dunia bahwa negeri ini butuh panutan bukan butuh priyayi. Jika demikian maka untuk apa persatuan dan kesatuan jika keadilan itu hanya memihak kaum yang serakah dan penguasa kedinasan?

Janganlah bersedih keluargaku, ALLAH SWT, Tuhan YME tentu akan memberikan hal yang terbaik untuk kita semua. Aku bersumpah tidak akan kekal sebuah persatuan dan kesatuan tanpa memahami konsep hukum dari SOSIAL BUDAYA KEMAKMURAN KEADILAN PERSATUAN. Jika hanya menggunakan hukum maka aka nada hukum yang akan mengadili. Untuk tangis air mata keluargaku aku menulis dari hati kecilku bahwa SP-2 (Surat Peringatan) ke-2 adalah sebuah kebodohan kaum priyayi, raja-raja kecil dalam birokrat institusi tidak tahu malu.

Jangan menangis lagi wahai putriku….Jadilah sifat GANESHA.

Jangan menangis lagi putra pertamaku, jadilah SAMUDERA.

Jangan menangis lagi putra ke dua ku, jadilah SANJAYA.

Jangan menangis lagi istriku, Jadilah BUNDA KANDUNG PAGARUYUNG.

Jangan bersedih Arrahman, Jadilah PANCASILA.

SELAMAT MEMBACA...

==============================================================================

PIDATO PERPISAHAN MUTASI (VONISHMENT PELAPOR) KE KEDIRI.

Pada hari ini, 6 Mei 2014 perkenankanlah Saya menyampaikan pidato perpisahan dengan tuntunan tekstual. Jika selama ini aku berpidato tanpa teks maka hari ini cerminan bahwa teks ini adalah seirama sejalan fakta dengan alur, SATU KESATUAN dan bukan sendiri. Itu FAKTA namanya dan bukan FAKES.AKU TIDAK AKAN DAN BUKAN SERIBU KALI BUKAN MENCARI PENCITERAAN.

Pidato ini bukan bersanding namun membanding, bukan bersanding dan juga tanpa merinding. Dipastikan tidak ada air mata mencari dan curi-curi muka serta pembenaran diri dari taktis politis. Air mata hatiku ini bukan air bah mata buaya pejabat dan pejabatwati kepalsuan, karena pidato ini turun dari seorang manusia kecil yang tak mampu kupandang kecil bahkan mungkin aku lebih kerdil darinya.

Yang saya hormati Kepala UPT dan Jajaran Stasiun Meteorologi Selaparang, Ibu Catur Winarti dan Cs.

Yang saya hormati Kepala UPT dan Jajaran Stasiun Klimatologi Kediri, Bapak Wakodim dan Cs.

Hadirin semua yang hadir baik wujud maupun tak berwujud namun ada dan berada.

Saya bukanlah bernama Arrahman karena ia sekarang sedang meringkuk bekas hunus sayatan hati. Kini yang berbicara bukan juga Arrahman yang kita kenal. Saya yang mewakili pidato ini sebutlah dengan panggilan si-kecil, pemuda janggut nan tambun.

Mohon maaf jika pidato ini adalah mungkin barangkali pidato terakhir saya mewakili Arrahman di sini. Karena terakhir maka selamat mendengar, anggap sebagai sinema kolosal religi dan semoga berkenan di hati.

Assalamualaikum Wr. Wb

Seorang anak bayi dibesarkan dari keluarga yang sangat miskin harta dan malas rasanya jika sang pembaca pidato ini mengatakannya dengan bahasa penghalusan yakni dari kalangan ekonomi menengah kebawah karena faktanya memang saat itu RAYA KEMISKINAN dan BUKAN KAYA RAYA.

Anak ketiga yang hidup dan makan dari keringat sang ayah dengan mengais sisa-sisa sepatu bekas yang telah usang dan dibuang di emperan jalan, tepatnya tong sampah atau tempat pembuangan yang lolos dari api terbakar. Untuk kemudian sang ayah dengan ksatrianya berdiri tegap dari cemoohan dan hinaan orang-orang terkenal pada masanya. Ia bangkit memperbaiki satu persatu sepatu usang itu dan tambal sulam sol demi sol sulaman hingga terciptalah nilai seni yang futuristik. Terakhir demi anaknya yang sangat kelaparan, ayah tidak kehilangan akal untuk memasarkan sepatu olahannya dengan menambahkan pewarna agar Nampak indah mempersona.

“…Tahukah anda-anda semua pewarna apa yang digemari para pejabat masa itu…???”

Ayah ksatria itu membuat pewarna sepatu dengan mengais kotoran-kotoran tikus. Iya,,,sangat tepat sekali dinamakan taik-nya tikus atau fulp-nya tikus. Dengan sedikit intuisi karbon yang berasal dari pembakaran sampah ranting dan dedaunan maka kotoran-kotoran tikus itu diaduk campur dan ditambah beberapa formula kimia. Selanjutnya adonan senyawa itu diletakan di dalam alat penyemprot obat nyamuk baygon. Froses pewarnaan dengan menyemprotkannya dan kemudian dikeringkan maka sepatu yang dahulu dianggap sampah itu telah nampak anggun mempesona bagi siapapun. Sepatu siap dipasarkan dan menjadi penghasilan untuk menyuapi jabang bayi yang kuat makan/ kuat mendaran.

Silahkan menertawai sikap ayah yang ksatria, berani menegapkan dadanya dari cemoohan orang banyak mengais sepatu bekas. Silahkan menghinanya. Namun kini sepatu itu menjadi icon bagi seorang pengusaha dengan mengembangkannya sebagai semir kiwi. Dan tahukah saudara berapa modal untuk renovsi sepatu bekas-bekas itu…??? Jika sekarang tahun 2014 maka modal saat itu sebesar Rp.100,- (seratus perak) dan mampu menghasilkan keuntungan Rp.9000,- (Sembilan ribu rupiah) tiap pasang sepatu saat itu.

“…ADAKAH SAHAJA yang mencoba-coba menghina ayah sang ksatria itu…???”

Tidak ada satupun mahluk di dunia yang dirugikan oleh kreativitas ayahanda. Tidak jua HAK ASASI PARA TETIKUS dirugikan dengan kotorannya menjadi usaha yang menghasilkan uang serta menu makan sang jabang bayi. Negara Republik ini pun tidak ada yang berkeberatan karena usaha ini adalah HALAL dan tiada unsur politik maupun KORUPSI BERJAMAAH. Namun sebut saja gubernur Jakarta yang ke-1 serta ke-2 pernah belanja sepatu olahan ayahanda karena selain murah, kuat, tidak berbau, indah dan tahan api. Meski di jual di Kaki Lima emperan jalan pasar Kebayoran – Lama Jakarta Selatan, para pembeli laris dan tidak ada yang keberatan satupun dengan ilham pembuatan semir cap kiwi berasal dari sejarah ayahanda.

Giat itu dinamakan mencipta barang dari olahan tikus kiwi dan TIDAK SAMA dengan usaha TIKUS mencari galian uang, tambang.

Jangan tanyakan kepada jabangbayi yang kini sudah sebesar dan setinggi ayahnya bahwa jenis sepatu yang bagaimana yang belum dia pakai dan miliki…???

Dari sepatu yang berharga ecek-ecek hingga jutaan pernah pemuda pakai dan miliki. Tentu sepatu artist pernah ia miliki sebagai hadiah pejabat yang kagum dengan kegigihan ayahanda bahkan sepatu John F. Kenedy. Jadi sekarang jangan menghina jika pemuda sudah bosan memakai sepatu bahkan tanpa kaus kaki yang keren dan indah karena sepatu-sepatu manapun sudah pernah ia gunakan. Kini sepatu usang pemuda juga siap diadu tanding dengan siap dilindas ban truck fuso atau adu sepak ujung sepatu ke tulang kering. Mengapa…??? Karena sepatu butut ini dan sama dengan sepatu-sepatu kreasi ayahanda selalu berlapis baja. Silahkan kita beradu tulang kering dengan ujung sepatu butut ini…

“…Hadirin sidang dewan anggota paripurna meteorologi yang berbahagia…”

“…Sebelum kita sambut dengan meriah acara pelepasan pergi pemuda itu,,,mari kita simak kembali pidato kami…Semoga acara ini meriah dan membahagiakan hati-hati seluruh rekan UPT Selaparang sepeninggal pemuda berjanggut…”

Seorang pemuda kewalahan mencari jalan setelah tamat sekolah SMU ditengah kedua orang kandung yang kesakitan. Menjadi seorang dokter spesialis bedah syaraf hanya berjalan 1 (satu) semester. Tahun 2002, Seorang Rektor Universitas Bersandi Pesisir Beras Solok berkata seraya membentak mahasiswanya kemudian mengusir dengan keji. “…ini Jakarta bung,,,kalo gak punya duit, MISKIN jangan kuliah disini….”

Menjadi calon ahli Biologis hanya berjalan kurang dari sebulan di Universitas Negeri Jakarta ( UNJ ). Mejadi ahli bahasa asing hanya berjalan setahun setengah. Menjalani test Akademi Militer sebatas pantukhir meski telah lulus menjalani mesin sekarat baling-baling nyawa namanya saat itu. Mencoba test Akademi Kepolisian tersendat oli tentu bukan oli mesran namun sejoli dengan oli test Akademi Militer karena oli fulus namanya. Menjadi Aktuaria mendua dengan ikatan dinas. Menjadi penerbang sipil terjepit memorandum keluarga Cendana. Menjadi taruna palsu karena tertipu arti sebuah kata yaitu dikiranya ‘meteor’,,, itu diindikasikan sebagai penerbang Apolo astronot ,tidak tahunya penerbang balon alias PIBAL. Sommpreeet…”

Dan akhirnya menjadi supir angkutan umum, penjual asongan plastik, kondektur, operator mesin fotocopy jalanan, tukang sol sepatu, tukang pikul koli karung berisi sayur di pasar subuh kebayoran-Lama, pengamen jalanan lintas pasar Cipulir-pasar Senen hingga pilihan jadi waiter diskotik second floor café kemang. Dan tak luput menjadi seorang driver surat kabar lintas Jakarta-sumatera barat dengan sepede motor Honda Grand tua-tua keladi. Bahkan menjadi guru kontrak SLTP dan SMU serta guru les privat sederajat. Tak lupa sepeda ontel lintas Jawa Barat hingga Jogya,,,,”…Hayooo…sopo meluuuuu….” Hingga akhirnya tragedi 2003 adalah surga bagiku, truck fuso lintas Andalas – Djawa menemani matiku.

“…Semua itu karena duit, yang penting halal dan tak merepotkan siapapun dan tak jua merugikan negara…”

Begitupun seluruh saudara kandung semuapun hanya tinggal satu dari 9 (Sembilan) bersaudara karena dokter manapun tak mau menerima pasien yang miskin walaupun seorang kakek membawakan 2 ekor kerbau kelas super kokoh bertanduk tandingan, berisi otot sekal maupun 5 kuintal beras untuk barter biaya berobat cucu-cucunya tercinta. Semua usaha kakek berujung sujud simpuh memohon kepada Tuhan YME demi keselamatan cucu-cunya. Semua tak akan lekang dari ingatan, seorang kakek diusir dari Rumah Sakit. Memohon simpuh tangis kakek tercinta diatas sejadah memangku cucu terkasih hingga akhirnya ALLAH menyelamatkan nyawa seorang cucu lelaki bernama “Baginda” setelah hampir koma dan seorang saudara kandung.

Hidup selama itu tanpa memiliki harta. Tinggal di kolong jembatan layang fly over Kebayoran - Lama. Sekolah berjalan kaki. Menuju SLTP divonish kepala sekolah akan dikeluarkan dari sekolah karena terlambat SPP 5 bulan lamanya meskipun prestasi 5 besar satu sekolahan dan meskipun seorang atlit berbakat beladiri nasional. Hingga perjuangan berjalan kaki sikil tanpa bus Metro Mini dari rumah menjuju ke terminal Blok – M hingga ngetuk sikil lagi ke kantor Departemen Pendidikan Nasional untuk melamar kerja menjadi tukang sol sepatu membuat semua pejabat teras Dik-Nas menitikan air mata mengapa anak ini di vonish putus sekolah walaupun nasional mengenalnya…???

Intruksi-intruksi kalangan terkait untuk memaksa atasan dan pemberontakan lintas pejabat demi menyelamatkan anak kecil berujung sebuah proposal bebas biaya sekolah selama SLTP hingga lulus SMU. Ternyata sentuhan lembut pejabat itu dengan mengusap keringat anak kecil yang kelelahan bekerja menggosok sepatu seluruh staff karyawan berkata. “…Tuhan YME telah berkata lain bahwa anak ini adalah bukan anak sembarangan. Ia ada untuk Nusantara…”, tuturan almarhum salah seorang pejabat Diknas.

Tahun 2000, Rekan pemuda sebayanya di sekolah SMUN 29 Jakarta hampir tewas tertembus celurit. Ia-pun hamper, saat menyelamatkan nyawa seorang pelajar dari amukan tawuran pelajar. Pemuda berlari beradu tobak dan celurit sedangkan korban tetap berada di pundak, digendong hingga di tempat yang aman korban dilarikan seorang diri untuk mencari pertolongan. Sebuah mobil Taksi Blue-Bird dipaksanya untuk mengantar ke Rumah Sakit terdekat, Pertamina. Karena Taksi tidak mau membantu, pemuda murka hajar pintu mobil dan ancam supir dengan pukulan sehingga ia akhirnya iklash mengantarkan rekan yang bersimbah darah celurit di pangkuan pemuda ingusan. Kini rekannya yang selamat menjadi komandan distrik penerbang sipil armada……..

“…Hadiriin anggota dewan acara ceremonial ini yang berbahagia,,,pini sepuh dikdaya adil sentausa…”

Terpaksa melalui taruna palsu itupun tidak mudah. Meskipun dari 90 (Sembilan puluh) soal yang terdiri dari masing-masing 30 (tiga puluh) soal Matematika, Fisika dan bahasa inggris. Total soal yang tak mampu dijawabnya hanya 2 (dua) soal dan 2 (dua) soal lagi tidak ada jawabannya karena soal yang tak ada jawaban itu sudah pernah keluar di riwayat sipenmaru 1980-an. Seluruh test berhasil namun pantukir memaksa ia dilengserkan karena BUDAYA NEPOTISME titip menitip. Hanya seorang staf Widiaswara ( H. Suproni ) yang sama sekali belum pemuda kenal berani melindungi pemuda ini dan berujung pertarungan adu mulut dengan pejabat berkelas super berat/ Heavy Wight kertas beton. Negara tidak tahu yang melindungi pemuda ini dari sekongkolan nepotisme ialah sosok widiaswara yang sudah divonis stadium 3 (tiga) oleh tim dokter. Ternyata seminggu setelahnya, PAHLAWAN BIROKRASI GUGUR menghadap sang-khalik. Untukmu Wahai Hamba ALLAH, Aku angkat topi yang setinggi-tingginya. Jikapun aku disuruh sujud oleh ALLAH SWT, Tuhan YME untukmu, akan ku lakukan demi suci dan ksatria welasasihmu. Semoga engkau diperingan di alam sana atas persaksian budi baikmu.

Selama kuliah ia tak dianggap sama sekali oleh seluruh pejabat maupun seluruh Taruna-Taruni Palsu. Teman-temannya hanyalah sekelompok pengumpul benda/ besi bekas kiloan Wadassari, Pondok Betung, Bintaro Tangerang. Dari mulai kelaparan sebagai taruna dan perut ini memaksa hujan-hujanan setelah kuliah untuk mencabut akar singkong ambon hingga di hina sebagai taruna GILA.

Pemuda berkata; “…Semua dipersilahkan menertawaiku memikul singkong ini untuk menu makananku. Aku lebih baik begini untuk sekedar menghilangkan lapar dahagaku dari pada kalian yang terbiasa dimanja kedua orang tuamu dan nanti jika kalian penempatan bekerja dan tidak mendapatkan kenyamanan seperti orang tua kalian maka kalian akan mencoba menghalalkan uang Negara kalian jarah, KORUPTOR. Masih mending aku memikul singkong di sebelah pundak berlogo Polisi Taruna (Pol-Tar) ini dengan halal…”

Perlakuan apapun sudah kenyang di kelas palsu itu. Mulai dipukul senior dengan keroyokan hingga difitnah GILA dan sebagainya. Namun kampus palsu tak mengenal jerih payah pemuda mengangkat nama untuk yang pertamakalinya selama kampus itu didirikan naik dikancah nasional sebagai kampus unggulan atlit nasional beladiri. Untukmu Sensei Sujenro, Oshishinabo…! ( Jangan ajak aku kumite lagi sahabat, badanku sudah makin kurus gak berotot lagi )

Pemuda kurus nampak lelah menghadapi pertandingan kelas beratnya melawan tim UNS Solo yang gemuk berotot dan perkasa. Beberapa kali pemuda telak mendapat serangan namun detik-detik akhir denting, pemuda teringat kisah pilu kakeknya sujud simpuh saat pemuda kecil jelang koma di atas sejadah. Saat itu entah mengapa pemuda kurus mampu membuat lawan tangguhnya kalah “TKO” dalam beberapa detik, pingsan dan mendapat tandu darurat. Sepulang dari event nasional ( Meskipun kemenangan kumite beregu ), piala bergilir menjadi kagum pemimpin teras kampus taruna. Uang juta-an rupiah diterima oleh kampus sebagai pembinaan atlit sedangkan pemuda harus puas dengan cukup mendali emas dan bekas biru lembam sepak dan tinju lawan serta jaket kenang-kenangan dari pelatih yang dia-pun/ pelatih tidak mendapat apapun dari keberhasilan ini. Namun kelas ini hanya menanggapinya iri dan dengki. Pemuda tetaplah dianggap GILA karena ia berasal dari kalangan orang lain biasa yang tak ada silsilah familinya terkait instansi.

Semua terasa berkerlap-kerlip menjelang penempatan kerja selepas lulus dari taruna palsu. Keinginan bekerja untuk menafkahi kedua orang tua kandung dan bakti kepada seorang kakek tak akan hilang dari ingatan. Hingga saat penempatan bukan jemputan hangat yang didapatkannya namun dicurigai oleh pejabat titisan tuhan.

Mereka terus mengorek informasi. “…Anak siapa dan bawaan siapa dia bisa tiba di sini…karena Satker itu adalah termasuk satker yang paling diincar seluruh lulusan kepalsuan katanya…”

Setelah yakin bahwa pemuda ini bukanlah anak dari keluarga yang berpengaruh mulailah DISKRIMINASI dihidangkan sebagai menu setiap hari.

Di cap sebagai maling kipas angin di dalam mushola. Di cap sebagai maling besi tembaga panci evaporimeter. Di cap maling rokok surya dan menggeledah isi tas-nya yang ternyata isinya cuma buku dan tembakau cap kapal Rp.3000,- an per bungkus. Ditekan angka dupaknya saat ingin memasukan nilai laporan bulanannya. Di fitnah sebagai dalang aktor peletakan sepatu di atas atap genteng kantor. Di fitnah maling nokia. Di maki-maki dengan sebutan;…”…KAMU BUDEK YA MAN…”. Dan masih banyak lagi bentuk penghinaan maupun pelecehan lainnya. Bahkan ada pula yang melakukan perdukunan menyantet pemuda dengan leak kembang tabanan bahkan santet jarum. “…Mengerikan…hiiiiii….?”

“…Saudara-saudaraku yang tercinta biduwan-buduwati birokrasi…”

Namun yang masih jelas teringat jelas ialah memori seorang kakek renta yang singgah jauh-jauh dari Jawa menuju Selaparang- Lombok hanya untuk menjenguk cucunya terkasih namun yang didapati pemuda ini ialah sang kakek terjatuh setelah di sepak kejam oleh anak tuhan titisan tuhan yang agung dan atlit striker sepak bola handal se dunia mancanegara itu. Kakek terjatuh karena striker golongan PNS kelas IV melepaskan tendangan pinalti. Pemuda menangis di balik jendela melihat kakeknya muntah-muntah darah. Mereka saling tatap sendu. Kakek mencoba tersenyum diantara sakit yang dideritanya sedangkan pemuda menjadi cengeng menangis tak henti mengapa dan mengapa sang striker kini mengunci pintu rumah ini sedangkan dia sekarang sudah terlelap di atas kasur empuknya. Kakek menggigil kedinginan dan kelaparan di luar ditambah saat itu musim hujan. Hingga pagi pemuda dan kakek tak tidur dan saling tatap diantara jendela dan teras serta hujan lebatnya.

Esok paginya penjahat bajingan HAK ASASI MANUSIA ITU di sertai AHLI HUKUM SE-SAENTRO JAGAD RAYA MENDUNIA ANGKASA TIADA TANDING membuat pernyataan bahwa pemuda itu telah membawa GELANDANGAN di rumah sang raja anak tuhan titisan dewata.

Pemuda berkata; “…alangkah teganya kalian memfitnah manusia pilihan itu,,,ia adalah kakekku dan aku ada sampai kini karena tangis sujudnya di atas sejadah. Koma jelang kematian itu ialah do’a sang kakek di hadapan ALLAH SWT…”

Hingga beberapa bulan setelah CPNS, pemuda pulang ke Jawa menghadap enyang putri. Dan ternyata pemuda baru mengetahui bahwa setelah kakeknya kehujanan dan menderita bekas tendangan striker malam itu ia betul-betul sangat lapar dan ingin makan dari jerih keringat cucunya walaupun sebutir nasi. Namun kakek sadar cucunya tak mampu berbuat selain menangis dikarenakan sang raja mengunci seluruh PINTU serta MEMBAWA KARDUS Air mineral semuanya di dalam kamarnya. Dan kakek tahu bahwa cucunya belum menerima gaji maka kakek pergi ke pasar Kebon Roek Ampenan Lombok untuk menjadi tukang pikul barang hingga berbulan-bulan lamanya kakek dapat pulang ke Jawa dengan menaiki bis hasil keringat memikul barang di pasar.

Pemuda-pun baru sadar bahwa beberapa karung gabah kakek sebagian dijual kakek untuk ongkos menuju selaparang hanya untuk menyempatkan menjenguk pemuda. Dan setelah kakek menceritakan semua tentang pemuda dan BAJINGAN BANGSAT BIADAP itu sang kakek sakit parah serta akhirnya meninggal dunia menghadap ILLAHI dengan tersenyum sambil memeluk poto pemuda saat kecil….

Semua eyang putri sampaikan kepada pemuda dan dihadapan kesepuhan sunan. Semua kesepuhan sunan menantang perang tanding untuk membalas semua ini kepada striker handal yang katanya anak tuhan dan memiliki ilmu leak kembang itu. Namun pemuda simpuh menangis memohon agar jangan diteruskan niatan itu. Pemuda dipeluk oleh kasepuhan ksatrian dan memeluknya erat dihadapan keris dan tombak panggilingan mukso sanjoyo peninggalan kakek tercinta. Sesepuh mengerti jiwa pemuda dan memilih menahan diri.

Belum cukup sampai disitu. Sepulang ke selaparang, pemuda masih terus di fitnah secara keroyokan. Pemuda hanya berpur-pura bego ikut sana ikut sini. Bahkan dianggap sebagai sosok yang sulit untuk dibina oleh kaum birokrat yang katanya sudah terbina,,,nyatanya yang menyatakan pandai membina juga semestinya berkaca diri. Mereka lebih terhina dari sengkongkolan pengkhianat keuangan Negara. Jika kelompok menginginkan citra pemuda dijelekan, pemuda hanya berkata; “…Enggeh, Monggooooo klo begitu…???”

Sebuah kisah di stasiun TV“….masih mendingan seorang penjual tahu keliling yang terpilih aklamatis menjadi anggota dewan dari pada anda yang bisanya ngomong dan penjilat. Dia itu benar, jujur dan belum bisa apa-apa. Namun seorang yang jujur jika diajarkan menjadi apapun pasti bisa dari pada yang sudah menjadi sesuatu dan tidak bisa melakukan apapun selain menjilat dan berbohong…”

Belum lagi bagaimana seorang istri tercinta di hina lidah api oleh titisan TUHAN dan abdi-abdinya yang hanya memilih diam tak dapat berkutik dengan raja berkata menghina kaum hawa suci bunda suci. Hingga kelompok Raja Adityawarman XIV Pagarurung bumi Andalas mendengar berita penghinaan bunda suci. Hingga sedulur dayak pedalaman raja setan api mendengarnya. Hingga Banyuwangi siap mengguncang pulau jika penghinaan ini tiada ampun. Namun anak TUHAN TITISAN Tuhan hanya melenggang. Hingga beberapa saat tak kala pemuda sudah berusaha menahan saudara-saudaranya untuk tidak menuntut balasan, ada satu diantara kelompok yang menuntut anak tuhan leak kembang itu perang tanding dengan setan api dayak. Luput saja anak tuhan hampir tewas jika pemuda tidak melerai pertarungan mistis ini. Hingga anak tuhan berasalan pulang ke pulau sebelah daratan ini dengan alasan sakit. Kenyataannya mencari obat dari luka dalam yang diterimanya.

Hingga suatu saat pemimpin tertinggi pemerintahan di sadap oleh Negara tetangga. Dan itu melalui jalur piranti mega proyek instansi kepalsuan. Kegiatan spionase yang sengaja tidak dibenahi karena tergiur besarnya rupiah yang didapat meskipun sudah berdalih SUMPAH DEMI ALLAH ataupun PP No.53 tahun 2010. FAKTA dan DATA yang berbicara. JILID-1 dan JILID-2 terbukti 1000%. Masih ada jilid-3 hingga jilid-9. Masih ada meriam panas yang siap mengguncang menjadi serpihan pasir. Lantas masih adakah ANAK TUHAN dan Si-Cantik melak serta Sesepuh hukum dari hulu dan hilir mau menangkalnya…??? Ataukah perawan jelita menangis iba lupa sumpah DEMI ALLAH…???

Konspirasi yang hebat hanya bertahan jika pemuda berkata iya. Namun menjadi mengemis sejadi-jadinya karena tahukah seorang kakek yang almarhum itu ialah mungkin barangkali dan sekali lagi barangkali malaikatnya panembahan republik. Namun pantaskah kakek renta menghela nafas panjang dengan senyum menghadap illahi seraya memeluk poto pemuda sembari mengingat sujud simpuh dan memangku pemuda kecil diatas sejadah??? Sedangkan sang kakek dan cucunya ini di HINJAK-HINJAK,,,DIHINA,,,DI FITNAH,,,dan diakal-akali atas nama Korps kepalsuan…???

Korps kebingungan mengapa pemuda yang dianggap calon residipis itu kok bisa serta merta surat pengaduannya segera ditanggapi pemerintah…???

Ada apa…???Bukankah di sebuah Negara ini ada ribuan surat namun mengapa pemuda tengik itu segera di tanggapi serius…???Bukankah pemuda ini ORANG MISKIN…??? Dan bukankah dari seluruh familynya baru dia yang diangkat PNS tahun 2008. Bukankah dia kata seorang pejabat kabinet kepalsuan berkata; “…dia sendirian disini,,,seharusnya dia yang harus keluar dari sini….”( Yes brother,,,AKU SUDAH TAHU whats do you mean…)

Tidak lengkap rasanya jika kisah tanpa sengkuni ahli kejiwaan bayaran yang telah memfitnah sekejam pembunuhan berantai antara WNI yang mencintai pemimpin bangsa. Semua adalah kelicikan. Kelak PAYUDARA kendur menjuntai akan mempertanggungjawabkan fitnah ini.

Ada pula yang merencanakan membunuh pemuda oleh atas nama balas dendam kepalsuan dengan sebilah pisau. Apakah gertakan anda akan kokoh, tegang, perkasa dan tidak loyo kebiri jika caliber baretta dengan 25 amunisi ditujukan untuk melindungi pemuda beradu tanding dengan pisau sayur…??? Atau senapan angin mampu bersanding dengan senapan mesin shuttle gun RI.779???

Aku teramat geli aku membaca naskah pidato ini,,,siapa pemuda miskin itu wahai teman-teman pemangku jabatan birokrat…???

Dia yang di akal-akali kaum intelek agama sebatas kulit, kepala algojo kepalsuan hingga kepala persantet-an pengayom HAM ASASI KEMANUSIAAN…??? Namun pemuda itu bersikap tidak pengecut keroyokan dibalik topeng PP No.53 tahun 2010…???

“…Hadirin sidang dunia lintas gaib teknologi kulit kacang…”

Sebagai penutup izinkan hamba berpuisi terakhir jumpa sahabat dan rekan-rekan dari hati ke hati…

Saksi dan Pengorbanan

“…Belahan bumi mana tanpa sengkuni dan pengkhianat…???”

“…Biarpun kemunculan prajurit bondowoso lintas samudera dan nusantara melintas

namun sejuta pembual mencari akal menutupinya…”

“…Jalan ini tidaklah setapak, tidak berlubang dan tiada jua terjal

namun jalan lubang jarum yang penuh liku bara membara bagi baginda putra angin…”

“…Belumlah genap usianya menua seakan titisan air mata menahan kepelikan, dunia gersang tanpa tujuan hidup terjalani, perjuangan tahun 2014 terlewati oleh mereka penguasa rakus tamak dunia…”

“…Sahabat sejatiku, maaf aku merindu bersamamu. Siang dan malam tak mampu tanpa merasakan keberadaanmu di lubuk baitul muharram. Kisah yang tak pernah luput kusampaikan…”

“…Keluarga tercinta dan istri terkasih, aku meraga dan bagaikan raga membutuhkan sorga, saksi dan bersaksi keberadaan dunia demi insan yang iklash serta lungguh kepada Illahi…”

Demikian.

Assalamualaikum Wr. WB.

Hormat saya

“Si-kecil, pemuda janggut nan tambun”

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun