Mohon tunggu...
Bee Qolbi
Bee Qolbi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Universitas Negeri Malang dan santri PPTQ Nurul Furqon

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perjalanan Cinta 115 Surat

27 September 2018   10:06 Diperbarui: 27 September 2018   10:10 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tak ada yang menyangka bahwa perjalanan mengumpukan 114 surat adalah bagian paling berwarna dalam hidupku. Momen demi momen yang aku lewati bukan hanya sekedar tawa, tapi juga tangis dan cinta. Apa yang paling suka diperbincangkan orang di dunia ini? Cinta? Maka aku akan menceritakan sedikit tentang cinta yang datang sebagai penguji, dan cinta yang sebenar-benarnya cinta yang harus dijaga.

Saat beranjak remaja, seorang gadis akan sangat akrab dengan obrolan seputar asmara dirinya. Bangga ketika berhasil menyandang label "kekasih dari fulan", tapi, mungkin aku berbeda. Tak pernah ada niatan atau pun keinginan untuk berpacaran. Kenangan buruk pada cinta pertama, bisa jadi sebagai pemicu keenggananku mengenal seorang lelaki.

Namun, semua berubah tatkala usiaku mulai mendekati angka 20. dalam perjalananku mengumpulkan 114 cinta dari Tuhan, rupanya Ia mulai iseng mengujiku dengan rasa manis dan kecut ala ala cinta. Dengan menghadirkan sesosok lelaki -yang sekalipun satu almamater denganku, aku tak pernah mengenalnya-, hanya namanya yang pernah aku dengar dari seorang senior. Lelaki yang meski hanya ku kenal lewat media sosial tapi aku yakin dia orang baik. Tentang lelaki ini, aku rasa ada satu hal yang harus aku sembunyikan dari siapapun, bahwa aku hanya bisa meyakini dan waktu yang akan menjawabnya.

Namun, rupanya tidak hanya sampai di sana, keisengan kedua yang Ia lakukan adalah dengan medatangkan orang lain, yang aku rasa, dia menjadi titik puncak ujian yang menimpaku. Betapa banyak perhatian dan waktu yang tersita untuknya, menemaninya, bahkan menangisinya. Hal yang kutertawakan di kemudian hari. 114 suratku tak pernah genap, bahkan seringkali lepas dan hilang entah kemana. Bukan malah berjuang mengumpulkan ulang, aku justru sibuk meladeni urusan asmara.

Tak lama berselang, aku selalu minta pada-Nya mengakhiri drama kegagalan move onku agar aku bisa beranjak membenahi 114 suratku yang kacau balau. Dalam waktu singkat, Ia mengabulkan. Sayangnya, cara-Nya selalu tak bisa ditebak dan membuatku terkejut. Ia mendatangkan orang baru. Ya, benar. Dia menghapus seluruh hal yang tersisa dari lelaki sebelumnya. Memberikan banyak hal baru yang tak pernah kupelajari dalam hidupku. 

Satu hal yang sangat ku kagumi darinya adalah, dia bisa menyembunyikan 114 suratnya di relung yang paling dalam, meneladaninya, mentafakurinya, menerjemahkannya, mencintainya dengan sebenarnya cinta. Suaranya tak pernah meninggi, bahkan ia tak pernah membuka mulut kepada orang-orang sekitarnya perihal 114 surat yang ia simpan dengan rapi itu. Terlalu banyak hal tentangnya yang bisa kusanjung-sanjung. Sayangnya, semua kebaikan itu seakan raib dengan satu kekhilafannya. Dia pun akhirnya menjadi fosil yang harus khilangkan dari kerak pikiranku.

Perjalanan mencintai 114 surat bukan perjalanan singkat yang dapat dihitung dalam hitungan angka, namun sepanjang masa hingga ajal tiba. Ia cinta yang melintasi dimensi waktu, yang akan dibawa hingga abadan-abadan. Bagi seorang perempuan, 114 suratnya tak akan pernah lengkap tanpa 1 suratnya yang lain. 

Seseorang asing yang akan bersedia menjaganya dan menemaninya, membersamainya memperjuangkan 114 surat hingga selamanya. Sekali saja dia salah mengambil 1 surat terakhirnya, bisa jadi, 114 suratnya yang akan celaka.

Perjalananku mengumpulkan 115 surat belumlah berakhir. Akan banyak cerita lain yang akan mewarnainya. Akan kuceritakan itu secara bertahap, sambil sesekali iseng berdoa meminta Tuhan memberikan surat ke-115 pada saat yang tepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun