Mohon tunggu...
Ayu Anita
Ayu Anita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mau dan Mampukah Anda Menghargai Keberagaman?

19 Januari 2017   11:08 Diperbarui: 19 Januari 2017   11:32 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga Keberagaman - bunderan.dutadamai.id

Di dunia maya saat ini begitu marak narasi-narasi yang berisi kebencian. Maraknya berita-berita palsu alias hoax, nampaknya juga mulai disusupi sentimen kebencian terhadap seseorang atau kelompok. Jika melihat polanya, hal ini mirip sekali dengan paham radikalisme yang disebarkan oleh kelompok radikalis dan teroris. Kita tahu bagaimana Bahrun Naim begitu lihai mengemas sebuah informasi, sehingga banyak orang yang terpengaruh. Sistem demokrasi dianggap produk kafir. Pancasila dianggap tidak tepat, dan sistem khalifah dianggap menjadi solusi. Pertanyaannya, sebenarnya apakah kelompok radikal dan teroris mau dan mampu menghargai keberagaman?

Indonesia bukanlah negara barat ataupun timur tengah. Indonesia juga bukanlah Irak ataupun Suriah. Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber alam, dan berbagai macam potensinya. Indonesia tidak hanya memiliki satu atau dua suku saja, tapi mempunyai ribuan suku. Indonesia bukanlah negara Islam meski mayoritas penduduknya memeluk Islam. Namun Indonesia juga ada Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan. Indonesia tidak hanya terdiri dari Jawa, Sumatera, ataupun Kalimantan. Fakta diatas menunjukkan Indonesia sangat beragama. Karena itulah sudah semestinya manusianya pun penuh dengan keberagaman.

Faktanya, ada saja pihak-pihak yang mempermasalahkan pemimpin karena berbeda agama. Praktek intoleransi tidak hanya terjadi di Jakarta. Namun juga marak di berbagai daerah. Tidak hanya Ahok yang ditolak oleh ormas intoleran karena beragama Kristen. Susan, lurah Lenteng Agung juga pernah ditolak oleh warganya karena beragama Kristen. Selidik punya selidik, penolakan itu ternyata ada unsur persaingan antar lurah di dalamnya. Kasus Ahok ini diduga juga syarat kental sekali dengan muatan politiknya. Apapun alasannya, sudah semestinya kita saling menghormati keberagaman. Faktanya, lurah Susan bisa bekerja baik dan toleran hingga saat ini.

Kelompok intoleran ini tidak hanya memanfaatkan pilkada untuk memecah belah persatuan dan kesatuan negeri, jauh sebelumnya mereka begitu masif melakukan provokasi. Gereja disegel, kelompok minoritas dipukul, ujaran kebencian disebar di dunia nyata dan maya. Dari mana mereka ini? Bukankah perilaku mereka itu sama sekali tidak sesuai dengan ajaran agama yang selalu mereka ucapkan? Bukahkah perilaku intoleran itu tidak sesuai dengan budaya nenek moyang? Ingat, Indonesia mempunyai kemampuan dan mau untuk menjadi toleran. Selama 71 tahun merdeka, Indonesia terbukti mampu menjadi negara yang sangat toleran kepada siapa saja.

Yogyakarta merupakan salah satu kota yang awalnya sangat toleran. Karena masuknya kelompok intoleran ini, membuat kota budaya ini terkesan menjadi tidak berbudaya. Kekerasan atas nama agama begitu masif di kota ini. Jawa Barat juga merupakan salah satu kota yang sangat sering terjadinya praktek intoleransi. Belakangan, FPI dan GMBI terlibat aksi kekerasan. Kantor GMBI dibakar karena adanya provokasi anggota FPI ditikam oleh anggota GMBI. Mari saling introspeksi. Tidak ada ajaran agama apapun yang mengajarkan kekerasan.

Stop praktek intoleransi. Bertanyalah pada diri sendiri. Apakah kita mau dan mampu menghormati orang lain? Apakah kita mau dan mampu saling menolong dan menjaga kerukunan antar umat beragama? Jika kita mau dan mampu, saatnya untuk membuktikan. Jika masih ada kelompok intoleran, menjadi tuga kita bersama untuk meluruskan dan menyadarkan mereka. Ingatkan pada mereka, bahwa negara yang mereka tinggali adalah Indonesia, yang sangat menghargai keberagaman.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun