Mohon tunggu...
Ayu Anita
Ayu Anita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nalar Sehat dan Keberagaman Indonesia

16 September 2017   12:35 Diperbarui: 16 September 2017   12:47 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Beragam - http://hapsari.jejaring.org

 Seiring dengan kemajuan teknologi, perkembangan media sosial memang tidak bisa dihindarkan. Kemajuan media ini bisa membuat hal positif sekaligus negatif. Media sosial bisa mencerdaskan tapi sekaligus membodohkan. Media sosial bisa menyatukan, tapi juga bisa sekaligus memecah belah. Artinya, kontribusi negatif atau positif itu tergantung dari bagaimana kita menggunakannya. Jika kita arahkan untuk kepentingan yang baik, makang  akan berdampak positif. Sebaliknya, jika diarahkan pada kejelekan maka akan berdampak negatif.

Sementara Indonesia merupakan negara yang penuh dengan nilai-nilai kearifan lokal. Gotong royong, saling tolong menolong, saling menyapa hingga berbagai nilai-nilai kebaikan diajarkan oleh nenek moyang. Semuanya itu diajarkan pada pendahulu kepada generasi penerus dengan berbagai cara. Salah satunya melalalui nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila. Karena Pancasila itulah, keberagaman Indonesia bisa dijaga hingga saat ini. Karena Pancasila, berbagai kepentingan bisa dirangkul tanpa harus ada yang dirugikan. 

Seiring dengan perkembangan waktu, nilai-nilai yang diajarkan para pendahulu itu mulai terkikis oleh kemajuan teknologi. Sebagian orang yang tidak bertanggung jawab, mulai mengarahkan teknologi untuk kepentingan yang tidak baik. Dunia maya mulai diisi dengan berita bohong, ujaran kebencian, hingga provokasi berisi sentimen SARA. Apa maksudnya? Tentu ingin merusak negeri yang toleran ini. Pada pilkada DKI Jakarta ketika itu, masyarakat diarahkan untuk membenti etnis tertentu atau pemeluk agama tertentu. Hal inilah yang kemudian berpotensi dimanfaatkan oleh kelompok radikal dan teroris, untuk membuat suasana terpecah. Konflik yang terjadi akan dijadikan pembenaran untuk menciptakan medan jihad baru. Bahkan, krisis kemanusiaan di Rohingya pun juga diarahkan menjadi konflik agama. 

Intensitas provokasi yang begitu masif ini, diharapkan tidak merusak nalar kita sebagai bangsa yang sangat menghargai keberagaman. Hal ini penting karena negeri ini butuh generasi yang mempunyai nalar sehat. Negeri ini tidak butuh generasi yang hanya bisa merusak kedamaian yang ada. Negeri ini juga tidak butuh generasi yang gemar menebar kebencian. Karena Indonesia negara yang beragam dan mempunyai geografis sangat luas, dibutuhkan generasi yang sangat mengedepankan perdamaian dan kerukunan antar umat.

Karena itulah, menjadi generasi yang cerdas sangat diperlukan. Karena pada dasarnya pikiran manusia mudah berubah untuk dipengaruhi. Tinggal mau dipengaruhi untuk hal yang positif atau negatif. Provokasi saat ini, telah merubah manusia yang toleran menjadi kasar. Penghargaan terhadap kemanusiaan terus dikikis dengan berbagai alasan. Bahkan, bom bunuh diri pun dianggap sebagai bagian dari jihad untuk menegakkan agama. Jika kita tidak menjaga nalar sehat yang telah diberikan Allah SWT, maka kita akan masuk pada generasi yang akan merusak negerinya sendiri. 

Mari kita bangun kesadaran, untuk terus membekali diri dengan berbagai macan informasi dan pengetahuan. Dengan merawat nalar dengan pengetahuan, diharapkan akan bisa menciptakan generasi yang logis. Namun generasi yang logis harus juga diimbangi dengan nilai-nilai religius. Dengan demikian kita akan bisa melihat agama sesuai konteksnya. Sehingga jika ada pihak-pihak yang mengatasnamakan agama, kita dengan mudah bisa mematahkannya. Ingat, kita tinggal di Indonesia yang penuh dengan keberagaman. Dan karena kita manusia yang dianugerahi nalar yang sehat, maka menjadi tugas kita untuk terus mempertahankannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun