Mohon tunggu...
Arief Satiawan
Arief Satiawan Mohon Tunggu... Konsultan - www.ariefsatiawan.com

aku bukanlah aku.. aku pasti berubah di setiap waktu.. aku berubah untuk menjadi lebih aku

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nasihat Gusdur

27 Mei 2019   12:55 Diperbarui: 27 Mei 2019   13:09 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masih berseteru? | Dokpri

Setelah pemilu dan hasil pilpres diumumkan, masih ada saja orang-orang yang terpecah. Di sekeliling saya pun demikian. Si pendukung yang menang masih menyindir-nyindir pendukung yang kalah. Si pendukung yang kalah pun menyindir-menyindir isu yang terjadi pada yang menang. Rasanya, persoalan beda pilihan pilpres ini sudah melekat kedalam diri orang-orang yang mempunyai fanatisme berlebihan ini. Mereka seakan lupa, dalam demokrasi kalah dan menang adalah hal biasa.

Persoalan pilihan saya kira sudah selesai begitu kita memberikan suara dalam kotak suara. Nah setelahnya, baik kamu pendukung atau bukan sebaiknya bersatu sama-sama mengawal pemimpin yang sah itu. Presidan jugalah manusia yang tempatnya salah dan lupa. Jadi kawallah ia sebaik-baiknya, bukan jadi malah mendewakannya atau membencinya.

Saya justru malah tertawa, melihat teman-teman saya yang dulu cuek bebek terkait persoalan beginian, sekarang malah sok pintar karenanya. Mereka yang dulu apatis terkait perpolitikan yang ada sekarang justru berlagak menjadi pengamat politik nomor satu. Ada teman lain yang mengkritik jagoannya, ia langsung tersengat dan membalasnya. Ada temannya yang terlihat mempunyai fanatisme terhadap seseorang, ia mengkritiknya. Bahkan sampai ada yang membatalkan pertemanan di sosial media.

Saya jadi penasaran, apakah pembatalan pertemanan mereka akan berhenti juga di kehidupan nyata. Padahal ya apa susahnya sih saling menghormati? Sekarang banyak orang yang mengkampanyekan agar lebih menghormati minoritas. Dan banyak yang setuju akan hal itu. Jika benar seperti itu, loh lantas kenapa kamu malah tidak sudi untuk menghormati perbedaan pilihan politik teman mu?

Kan lucu.

Melihat fenomena yang ada saat ini, saya jadi teringat oleh Gusdur. Ia merupakan salah satu tokoh islam favorit. Ada banyak nasihat dan kata-kata bijak yang pernah beliau keluarkan. Dari beberapa kata bijak yang ada, Gusdur seolah memiliki pemikiran yang visioner, karena kata-kata bijak ini banyak diperlukan di zaman sekarang.

Makanya, buat kamu yang masih belum bisa menerima apapun terkait masalah pemilu atau pilpres, sebaiknya kamu ingat kembali kata-kata bijak dari Gusdur ini. Nasihat ini bila kamu mau sedikit membuka pola pikir, sedikit menurunkan ego, dan sedikit berpikiran terbuka, maka kamu bisa mendapatkan makna yang mendalam, sehingga bisa membuat hidupmu kembali menyenangkan seperti dulu lagi.

Kata-kata bijak ini hanya sedikit yang saya ambil dari ratusan kata-kata bijak Gusdur. Sengaja saya pilih-pilih, agara bisa disesuaikan dengan kondisi masyarakat kita saat ini. Jangan malas baca. Jangan malas untuk mengulik. Dan jangan malas untuk mengalah. Karena bila kamu memang peduli pada bangsa ini, bila kamu ingin bangsa ini semakin maju dan bila kamu ingin dihormati, maka persatuan dan kesatuan warganya adalah pondasi utama dalam mewujudkan semua itu. Makanya ingatlah nasihat-nasihat Gusdur ini. Resapi dalam-dalam. Dan mulailah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

  • Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya
  • Tidak penting apapun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang maka orang tidak pernah tanya agamamu
  • Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan bekerjalah yang membuat kita berharga
  • Dengan lelucon, kita bisa sejenak melupakan kesulitan hidup. Dengan humor, pikiran kita jadi sehat
  • Kemampuan pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam mensejahterakan umat yang mereka pimpin
  • Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya
  • Tuhan tidak perlu dibela. Dia sudah Maha Segalanya. Belalah mereka yang diperlakukan tidak adil
  • Bukanlah dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa menerima perbedaan pendapat dan asal muasal bukanlah tanda kelemahan melainkan menunjukan kekuatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun