Mohon tunggu...
Ridwan Ali
Ridwan Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Me Myself and I

Baiklah, kita mulai. Ceritanya, lanjutannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Shinta dan Bukan Rama

3 April 2020   12:29 Diperbarui: 3 April 2020   12:43 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: pixabay.com

"Cinta tak kenal usia, selama kasih sayang bisa terpelihara, jalani saja sajian cinta sarat makna"

Bukan tempat terpencil, namun luas areanya cukup mungil, dengan kumpulan para anak mudanya yang lumayan tengil. Bahkan, ada beberapa diantara mereka yang kelakuannya jahil, pun para gadis mudanya yang kebanyakan kecentilan.

Lingkungan yang kurang asik untuk dikunjungi, terlalu banyak basa-basi tak berisi yang sering terjadi. Silaturahmi dibalut toleransi yang berseri, sulit ditemui di tempat ini. Entah sejarah apa yang dulu terjadi, membuat situasi dan kondisi kerap kali terjadi friksi yang tak berarti.

Perkelahian antar sesama penghuni di lingkungan ini, sering dilakoni. Pemicunya adalah hal-hal kecil tidak terpuji, dampaknya merugikan diri sendiri, selain ada beberapa pihak tertentu yang jadi merasa merugi.

*****

Pagi buta, secara tidak sengaja berpapasan di jalan raya. Dia hendak ke sekolah, berseragam putih abu-abu. Aku hendak berangkat kerja, menjalani rutinitas seperti biasa yang ala kadarnya.

Dia seorang gadis remaja yang hendak menginjak usia 17 saja. Berkacamata, mempunyai rambut lurus, yang panjangnya memanjakan mata yang terpesona akan keindahannya. Dia terlihat bersahaja yang tidak banyak gaya. Ternyata dia hendak menuntut ilmu di salah satu SMA.

Aku seorang pemuda berusia dua puluh dua. Berstatus perjaka, berprofesi sebagai salah satu karyawan swasta di satu perusahaan yang biasa-biasa saja. Aku suka bercanda riang gembira, karena menurutku, "Canda tawa adalah gaya, bagian dari suka cita yang tak semua orang bisa melakukannya bilamana tidak dipaksa. Hehehehe.."

Dia hobi membaca, menurutku dari sudut pandang kacamata biasa. Hobiku adalah bermain sepakbola, sebagai salah satu sarana untuk berolahraga, sekaligus mengolah rasa juga, agar supaya paham tentang makna menjadi seorang juara.

*****

Aneh tapi nyata, kembali berjumpa secara tidak sengaja, di satu acara kumpulan para kaum muda. Dalam rangka rapat biasa para pemuda-pemudi yang akan dibentuk jadi panitia HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Dan ternyata, dia adalah tetangga, yang berbeda Rukun Warga. "Pantas saja jika sekarang bisa bertatap muka dengannya di salah satu acara pembentukan panitia".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun