Mohon tunggu...
Aviv Azantha
Aviv Azantha Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengikuti Setiap Perubahan Sehingga Dapat Menghargai Alur dari Proses Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Kehidupan Bukan Sekadar Mendapatkan dan Menghabiskan

30 Agustus 2015   10:45 Diperbarui: 30 Agustus 2015   13:33 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - tersesat dan sendiri (kfk.kompas.com/Akhmad Fauzan)

Hidup di tengah kesendirian bukanlah hal yang mudah bagi seseorang. Bagaimana tidak? Melakukan apa-apa sendiri dan hanya kesendirian itulah yang menjadi teman. Hidup sendiri sebenarnya bukanlah pilihan. Bagiku, kesendirian adalah keterpaksaan yang harus kualami. "Semua orang pasti tidak ingin sepertiku, termasuk aku pun sebenarnya juga begitu, sekali lagi aku katakan itu merupakan keterpaksaan." Tetapi entah mengapa aku bisa bertahan hidup sampai sekarang.

Sudah 10 tahun, atau mungkin kurang sedikit atau lebih sedikit, entah aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai menjalani ini. Benar juga kata orang, witing tresno jalaran soko kulino (cinta itu berawal dari kebiasaan) atau bisa karena biasa. Sekarang aku sudah bisa merasakan apa yang disebut dengan kenyamanan.

Kisah ini kira-kira berawal dari 10 tahun yang lalu, saat aku mengendarai mobil Jeep melewati sebuah hutan yang belum pernah aku kenal sebelumnya. Aku adalah pegawai sebuah toko elektronik yang cukup besar di Surabaya.

Bukan tanpa alasan aku memilih pekerjaan ini. Dengan keterbatasan kemampuan yang kumiliki serta melihat kesempatan di tempat ini, aku mencoba melamar pekerjaan ini dan aku pun bersyukur bisa masuk. Meskipun hanya sebagai sopir pengantar barang, pekerjaan ini tidaklah mudah. Selain perlu kewaspadaan di malam hari, aku pun harus bekerja ekstra. Maklum, memang aku kurang begitu paham jalur-jalur perlintasan medan kerja, jalur pintas serta arah mana yang paling efisien. Semua aku dasari hanya dengan keyakinan aku bisa.

Ketika ada pesanan dari daerah Jakarta, aku menyanggupi untuk mengantar paket itu. Di perjalanan, setiap 1 km aku selalu berhenti sejenak untuk sekedar bertanya kepada siapa saja yang kutemui, berharap jalan yang kulewati tepat dan tidak tersesat. Sesampainya di suatu tempat yang cukup sepi, jalan yang masih berupa tanah dan diselingi bebatuan, aku merasa sudah ada yang aneh, cukup jauh berjalan dan tidak menemui seorang pun. Mencoba untuk kembali tetapi ternyata hanya berputar saja-saja. 

Aku kebingungan pada saat itu, hingga berhenti sejenak di bawah sebuah pohon yang belum pernah aku melihat sebelumnya. Pohon yang cukup rindang untuk berteduh, tak pernah terpikirkan sampai pada tempat ini. Perasaan putus asa menghinggapiku. “Bagaimana ini, aku sendirian di tempat yang tak aku kenal, bagaimana aku akan hidup, aku makan apa? Aku berteduh di mana?”

Di tengah kebingunganku aku baru tersadar, sudah beberapa lama duduk terdiam. Perasaan semakin tidak nyaman, ketika aku baru menyadari bahwa hari sudah menjelang sore. Aku mengamati sekitar, sekarang aku tersesat di sebuah tempat yang mirip hutan. Memang mirip hutan, pepohonan yang cukup banyak tetapi hanya bergerombol di sebagian tempat, sebagian tempat yang lain seperti padang savana yang cukup luas serta sebuah sungai kecil yang jernih airnya.

Sunyi, sepi makin terasa ketika matahari telah makin menjauh dariku. Perlahan cahayanya meredup, aku masih tidak percaya bahwa aku sekarang benar-benar di tempat seperti ini.

Aku bergegas menuju mobil, bensin sudah mulai menipis. Untung saja aku selalu membawa perbekalan yang cukup. Paling tidak dapat digunakan untuk bertahan hidup 2 hari. Sebuah tas ransel dengan lima buah bagian. Bagian paling besar kuisi dengan 5 buah roti kering berukuran sedang, satu buah nasi bungkus beserta lauknya dan dua buah pisang. Bagian tengah hanya berisi buku-buku catatanku. Bagian yang kecil berisi sebuah korek api, HP dan ballpoint. Sedangkan dua bagian kantung di samping kanan dan kiri adalah sebuah botol minuman dan pisau.

Semua peralatan kukumpulkan di satu tempat sebelah mobil sembari mengunyah satu bungkus roti yang kumasukkan ke mulut. Kususuri semak-semak, mengumpulkan ranting-ranting kecil serta dedaunan kering untuk menghangatkan tubuh. Terasa lega ketika api menyala, menghangatkan dan menjalar perlahan melewati daging dan tulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun