Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Harmoni Antar Pemuda dan Pancasila

28 Oktober 2018   21:53 Diperbarui: 29 Oktober 2018   13:04 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pancasila, sebuah dasar negara kita yang telah mengalami berbagi macam situasi dan dibawa dengan penuh pengorbanan dan penderitaan oleh para pendahulu kita agar bisa sampai pada kita, generasi penerus bangsa.

Segala penderitaan dan peristiwa yang telah menimpa itu, tentu saja menguatkan bukti bahwasanya pancasila adalah sebuah falsafah hidup yang benar benar cocok dengan negara kita. Karena jika pancasila bukan merupakan falsafah yang benar atas negara kita, niscaya tidak akan mampu melampaui setiap peristiwa yang menimpanya.

Namun demikian, bukan berarti hanya karena dibawa oleh para generasi pendahulu, kita sebagai pemuda hanya berpangku tangan dan menyerahkan semuanya pada generasi tua dalam mewariskan pancasila pada generasi penerus. Bahkan, sejarah mencatat bahwa dalam perjuangan membentuk, mempertahankan, dan menegakkan pancasila pemuda memiliki peran yang teramat besar didalamnya. 

Perjuangan kaum muda tidak sepenuhnya berarti penggerakan massal, demo jalanan, maupun dengan kekerasan dan pemboikotan. Diantara itu, kaum muda juga bisa memperjuangkan dengan cara diplomasi dan lain lain. 

Dalam sejarah, telah tercatat bahwa hampir semua penyelewengan terhadap nilai nilai pancasila dan UUD 1945 diawali penyelesaiannya oleh para pemuda, khususnya mahasiswa. 

Pada masa Orde Baru misalnya, masa dimana presiden Soeharto ditunjuk menjadi presiden seumur hidup dan terjadi banyak praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam aspek aspek kenegaraan. 

Di saat itu, hampir semua orang takut untuk menegur, takut untuk berpendapat, dan takut menegakkan keadilan. Karena pada saat itu, orang orang yang berusaha menegaskan dan menegakkan kembali nilai nilai Pancasila dan UUD 1945 adalah para mahasiswa.

Ketika itu, para mahasiswa mulai mengoordinasikan kekuatan dan membulatkan pendapat untuk mengadakan protes massal kepada pemerintahan yang melenceng. Sehingga dalam sejarah tercatat, bahwa pada peristiwa tersebut sampai jatuh korban di pihak mahasiswa akibat terkena tembakan peluru aparat keamanan yang bertugas. 

Maka dari hal hal yang seperti demikian, kita bisa melihat dan menyadari bahwa pemuda tidak boleh absen dalam usaha mengawal negara. Terlebih lagi, dalam hal menjaga Pancasila yang merupakan satu satunya ideologi yang cocok dengan bangsa ini dan harus dilestarikan serta diterapkan dalam segala aspek kebangsaan.

Namun, setelah para pemuda itu mengadakan resolusi dalam menjaga eksistensi demokrasi Pancasila, mereka menghilang begitu saja dalam jajaran kepemimpinan yang meluruskan haluan kepemerintahan. Kebanyakan dari mereka hanya menjadi alat mobilitas semata. Kalaupun ada yang masuk dalam urusan kepemerintahan, hanya akan menghilang terseret arus dan melupakan visi dan misi yang sebelumnya diusung usung dan digadai sebagai perubahan yang diimpikan.

Mirisnya lagi, pada saat ini para pemuda kita banyak yang terpengaruh gaya hidup konsumtif nan hedonis yang ditawarkan oleh liberalis sebagai pilar utama fundamentalis ekonomi pasar. Sementara itu, para fundamentalis agama berhasil menghasut banyak pemuda agar menjadi pelaku terorisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun