Mohon tunggu...
Lia Herliana
Lia Herliana Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Just another ordinary mommy who's trying to be extraordinary :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Seteguk Air Putih, Amboi Nikmatnya!

8 Agustus 2011   23:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan suami punya pengalaman berbuka puasa di tengah perjalanan. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan! Tak hanya sensasi berbuka puasa yang lain daripada biasanya, kami berdua juga mendapatkan pelajaran ruhani yang menggugah jiwa kami.

Pengalaman itu terjadi sekitar 8 atau 9 tahun yang lalu. Kami sedang dalam perjalanan mudik ke rumah orang tuaku di Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Waktu itu, kami baru sanggup mudik dengan angkutan umum. Maklum, namanya juga keluarga baru belajar mandiri, hehehe. Sebuah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, apalagi sambil membawa balita. Jarak Purwodadi – Banyubiru melalui Semarang, sekitar 110 km,ditempuh dalam 4 – 5 jam perjalanan.

Huft! Berangkat siang hari, jelas menantang terik matahari utara pulau Jawa yang terkenal garang. Sudah pasti, peluh berluncuran turun di sekujur badan kami. Penumpang yang semakin berjejalan, menambah panjang daftar keluhan. Bau badan (nggak tega mau nyebut bau ketiak, hihihi), bau asap rokok para pria yang dengan egoisnya mengepul, menambah panjang daftar keluhan kami. Membuat kami semakin khusyuk berdoa, semoga lami kelak bisa merasakan mudik dengan kendaraan sendiri. Amiin.

Bis melaju sekehendaksang sopir. Kadang lambat, lalu ngetem, membuat emosi penumpang terbakar. Sekali waktu ngebut bagai dikejar setan di atas jalan raya propinsi yang penuh lubang dan gelombang. Bisa dibayangkan kan, bagaimana nasib kami para penumpang? Apadaya, namanya juga penumpang (walaupun nggak gratis). Hanya bisa meratap dan melolong, hihihi.

Kapan, ya, penderitaan ini berakhir? Tapi, demi niat mulia ingin bersilaturahim dalam balutan rindu dengan sanak saudara, jalan separah dan seberat apapun, ayolah!

Tak terasa- eh sebenarnya ya terasa banget, sih – perjalanan nan panjang ini hampir mencapai garis finish. Setelah berganti bis di Semarangdengan bis jurusan Magelang (biasanya jelang lebaran begini jurusan Jogja tak mau mengangkut penumpang setengah perjalanan), kami dengan tubuh lemas tak bertenaga melompat turun dari bis.

Yup! Kami sudah sampai di Ambarawa, Kab. Semarang. Tinggal selangkah lagi sampai di rumah. Selangkah itu adalah naikangkudes, menempuh 10 kilometer lagi, gitu! Si kecil menggeliat dalam gendonganku. Barang-barang bawaan kami bergeletakan tragis di trotoar. Persis pengungsi tersesat, hehehe.

Beruntung, kami masih sanggup berebut angkudes dengan penumpang lain. Tapi, kok nggak kunjung berangkat, ya? Padahal, hari sudah senja. Lamat, terdengar suara adzan maghrib di masjid-masjid. Kami berpandangan, tersenyum mesra. Yes! Alhamdulillaah, saatnya berbuka puasa!

Tapi, ini kan di angkudes? Mau buka dengan apa? Kami kan nggak bawa bekal, wong perginya juga dalam kondisi berpuasa, kan. Padahal sebagai muslim yang baik, kita diperintahkan untuk menyegerakan berbuka, sebagai ungkapan rasa syukur pada Allah.

Kami melihat deretan warung di pinggir jalan tempat angkudes itu ngetem. Hmm, apa lebih baik beli sesuatu di warung itu, ya? Tapi, takutnya, kalau kamiturun dari mobil untuk belanja, khawatir angkudes ini keburu berangkat, atau tempat duduknya ditempati orang lain! Padahal jelang malam begini, sudah tak aka nada lagi angkutan yang menuju arah tumah orang tua kami. Duh, bingung, nih!

Akhirnya, suami memutuskan untuk turun sebentar, setelah sebelumnya meminta sopir untuk menunggu. Suamiku secepat kilat turun dari mobil, sementara aku dengan garangnya menjaga wilayah tempat duduk kami, hehehe. Beberapa menit kemudian, suamiku datang bagai ksatria penyelamat, dengan sebotol air mineral di tangannya.

Alhamdulillaaah…

Di dalam angkudes yang penuh orang dan beraroma segala macam, kami berdua akhirnya memanjatkan doa berbuka puasa. Lalu, bergantian, seteguk demi seteguk air putih menyegarkan dahaga kami. Air putih yang biasanya tak terasakan kehadirannya, kini bagai oase di gurun pasir. Mereguknya bagai menenggak air dari mata air surgawi. Betapa nikmatnya, ya Allah! TOP1 banget!

Baru kami mendapat pelajaran berharga, beginilah semestinya seorang muslim. Saat kita mampu mensyukuri apapun yang kita punya, maka semuanya akan terasa begitu nikmat!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun