Mohon tunggu...
ilham aufa
ilham aufa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, Penulis Lepas

Masih Belajar dan Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perempuan yang Merindu Lelaki Itu

11 Juni 2017   03:40 Diperbarui: 11 Juni 2017   03:54 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai engkau yang selalu diceritakan

Siapakah dirimu sebenarnya?
Yang mengaku laki-laki tapi meninggalkan perempuan yang sangat mencintai
Meski waktu berlalu tiga dekade lebih
Di antara cerita dan air mata yang tak pernah berhenti akan kehilanganmu

Yang aku tahu,
Wahai engkau yang selalu dimuliakan
Kebesaranmu semasa hidup yang sesaat, Menghayati perempuanmu untuk bekerja tanpa kenal lelah, serasa kau melindunginya dari segala mara bahaya

Wahai engkau yang selalu didoakan
Siapakah dirimu sebenarnya?
Yang mengaku ayah
tapi tega meninggalkan anak-anakmu
Bahkan saat mereka masih belum memahami warna warni

Yang aku tahu,
Wahau engkau yang dipanggil suami belahan hati
Adalah kerinduan yang tiada henti dari istri jelita
Yang menitikkan titik air matanya saat ia membutuhkan bahumu
Selalu menyembunyikan, saat anak-anak butuh senyuman dari aang ibu
Dan hanya mengalir deras
Saat anak anak dari buah hatimu terlelap dalam tidurnya yang lugu

Usiamu saat itu,
Tak tua-tua amat, meski mudamu sudah mulai memudar
Tapi aroma kehadiranmu terlalu kuat ada
Meski telah lama ketiadaanmu.

Aroma itu mewangikan semua anak-anakmu.
Juga istrimu yang tiada henti berharap dan menangis
Saat berdoa akan kehidupan selanjutmu di alam yang berbeda.

Kemarin,
Istrimu menghadap yang Kuasa.
Cita citanya terkabul untuk bertemu denganmu
Setelah kau tinggal di usia mudanya, dengan titipan 6 anak dari tetesan air sucimu

Maka,
Raihlah tangannya
Peluklah dirinya
Dampingi dirinya
Untuk menuju surgaNya bersamamu.

Sebab ia adalah seorang perempuan biasa
Anak dari petani yang tak kaya harta
Juga tak punya pengetahuan luas tentang agama
Ia hanya bangga, mendapat titipan harta luar biasa
Berupa anak anak yang lucu yang belum tahu apa-apa tentang dunia

Ia hanya bangga, bisa merawatnya seorang diri dari usia dini
Dengan peluh dan keringatnya sendiri
Sampai semua anak-anakmu bisa kukuh berdiri
Meneruskan nasab-nasab keturunan hanya berbekal tekad dan warisan kitab2 di almari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun