Mohon tunggu...
Audy Kalangi
Audy Kalangi Mohon Tunggu... -

Lahir di Tomohon, tidak pernah di wisuda dalam urusan belajar, mengembangkan diri dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekolah Buat Si Kecil

26 Juni 2016   14:53 Diperbarui: 28 Juni 2016   17:25 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa bulan yang lalu saya dan istri sempat disibukkan dengan diskusi dan survei ke berapa sekolah untuk menemukan sekolah buat si kecil yang tidak terasa sudah akan masuk Sekolah dasar. Kami coba mencari tools untuk menemukan sekolah yang tepat buat dia. Kami mulai dari apa yang seharusnya ada (must have) di suatu sekolah dan apa yang sebaiknya ada (nice to have) di sebuah sekolah.

Mungkin bagi beberapa orang tua, menemukan sekolah yang tepat buat buah hati tidak perlu sulit. Tinggal mencari tahu mana sekolah yang lagi ngetop di kotanya, lihat biayanya dan kalau cocok segera daftarkan anaknya ke sekolah tersebut. Bagi orang tua yang lain, karena keterbatasan sumberdaya, mau tidak mau harus memilih sekolah yang paling dekat dan terjangkau biayanya.

Untuk urusan biaya saya pikir itu penting, Karena berhubungan dengan kemampuan kantong kita. Tapi  yang saya mau bagi disini adalah soal tujuan kita “menyekolahkan anak”.

Dalam pelatihan guru-tutor yang sering saya fasilitasi, pertanyaan tentang kenapa kita sekolah selalu saya tanyakan juga. Ada yang menjawab, supaya anaknya pinter, supaya anak memiliki masa depan dan ada juga yang menjawab, kan ngak enak kalo anak lain sekolah dan anak kita tidak sekolah.

Ketika saya explore lebih dalam lagi, ternyata tujuan kita menyekolahkan anak sebenarnya adalah untuk perubahan anak itu sendiri. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari belum mengerti menjadi lebih mengerti dan dari takut untuk mencoba menjadi berani mencoba. Kalau saya mau menyimpulkan tujuan pendidikan itu sendiri adalah perubahan karakter.

Perubahan karakter itu tidak dapat dihasilkan semalam tapi memerlukan waktu dan proses. Peran orang tua, guru, masyarakat, pemerintah akan sangat menentukan. Seperti kata Wess Stafford dalam bukunya “to small to ignore” bahwa kita membutuhkan satu desa untuk membesarkan anak.Sebagai orang tua, kita berusaha dan kerja keras pada akhirnya itu buat anak-anak kita. Urusan sekolah sudah tentu harus jadi perhatian kita.

Pertanyaannya adalah apa yang menjadi dasar kita ketika memilih sekolah buat si kecil? Sekolah yang akan menolong kita orang tua dalam  menfasilitasi perubahan karakter. Selain visi dan misi sekolah,fasilitas, kurikulum, lingkungan belajar dan yang paling penting adalah guru itu sendiri.

Sebagus-bagusnya fasilitas dan kurikulum akan jadi biasa saja pada guru yang biasa-biasa dan tidak kreatif dan tidak bisa menfasilitasi perubahan pada anak didiknya. Bukan soal lirik lagunya, tapi lebih kepada siapa penyanyinya.

Guru yang hebat dan kreatif tidak sekedar dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang bagus, tapi karakter dan kerendahan hati untuk terus belajar dan mengembangkan diri akan menjadi mutiara yang luar biasa bagi seorang pendidik. Ketika kita bertemu dengan guru seperti itu, kita bisa merasakan passion dan semangat mereka untuk melihat perubahan terjadi pada anak-anak yang dia didik.

Saya bersyukur dan bangga pernah bertemu dengan seorang pendidik yang memiliki passion yang luar biasa buat anak didiknya bahkan komunitas di kampungnya untuk bisa mengalami perubahan melaui pendidikan. Bpk Lumowa, biasa dipanggil mner di kampungya. Beliau tinggal di sebuah desa kecil  dekat pinggiran danau limaney tepatnya di desa pangolombian.  Komitmen dan perjuangan beliau untuk mendirikan sekolah di desanya bisa dijadikan teladan bagi para pendidik dalam memperjuangkan perubahan buat anak didikanya.

Jadi ketika memilih sekolah buat si kecil, saya memutuskan untuk melihat siapa guru-guru di sekolah tersebut. Bagaimana mereka berinteraksi dengan anak didiknya dan bagaimana pihak sekolah mendorong dan memperlengkapi guru-gurunya untuk terus belajar dan rendah hati mendidik anak-anak yang dipercayakan kepada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun