Mohon tunggu...
Daniel Yonathan Missa
Daniel Yonathan Missa Mohon Tunggu... Administrasi - Anak kampung

Saya anak kampung yang kampungan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Pendidikan dalam Keluarga

31 Juli 2014   06:38 Diperbarui: 4 April 2017   17:43 17271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan mempunyai banyak arti. Emil Durkheim mendefinisikan pendidikan sebagai pengaruh yang dilaksanakan oleh orang dewasa atas generasi yang belum matang untuk penghidupan sosial. Dictionary of Education menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk perilaku lainnya di dalam masyarakat dimana yang bersangkutan hidup. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungan hidupnya.

Sementara itu, keluarga adalah kasatuan unit terkecil di dalam masyarakat. Jadi, pendidikan dalam keluarga adalah proses pembentukan mental dan tingkah laku seorang anak manusia secara berkesinambungan dalam unit terkecil di dalam masyarakat.

Sejatinya, pendidikan dimulai dari dalam keluarga karena tidak ada orang yang tidak dilahirkan dalam keluarga. Jauh sebelum ada lembaga pendidikan yang disebut sekolah, keluarga telah ada sebagai lembaga yang memainkan peran penting dalam pendidikan yakni sebagai peletak dasar. Dalam dan dari keluarga orang mempelajari banyak hal, dimulai dari bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menyatakan keinginan dan perasaan, menyampaikan pendapat, bertutur kata, bersikap, berperilaku, hingga bagaimana menganut nilai-nilai tertentu sebagai prinsip dalam hidup. Intinya, keluarga merupakan basis pendidikan bagi setiap orang.

Secara praktis, pendidikan dalam keluarga tidak mempunyai suasana seperti pendidikan di sekolah. Kita tidak akan menemukan ruangan yang dipenuhi fasilitas seperti bangku dan meja, papan tulis, dan media pembelajaran lainnya. Kita juga tidak akan menemukan oknum pendidik yang mengenakan uniform tertentu yang biasa dipanggil dengan sebutan ‘guru’ atau ‘dosen’. Pendidikan dalam keluarga memiliki ciri khas tersendiri. Hal ini dimungkinkan karena pendidikan dalam keluarga bukanlah pendidikan yang ‘diorganisasikan’ melainkan pendidikan yang ‘organik’, yang didasarkan pada spontanitas, intuisi, pembiasaan dan improvisasi. Meski demikian, dalam pendidikan keluarga kita menemukan oknum yang fungsinya tidak jauh berbeda dengan guru di sekolah atau dosen di perguruan tinggi yaitu mentransfer pengetahuan. Oknum yang saya maksudkan adalah orang tua. Ya, dalam konteks pendidikan dalam keluarga, orang tua bertugas mentransfer pengetahuan tetapi bukan pengetahuan tentang mata pelajaran tertentu, melainkan pengetahuan tentang kehidupan. Dengan kata lain, pendidikan dalam keluarga merupakan segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dengan pembiasaan dan improvisasi untuk membantu perkembangan pribadi anggota keluarga yang disebut anak.

Fungsi Keluarga

Berikut ini beberapa fungsi keluarga yang penting untuk diketahui, yaitu:

1.Persekutuan primer, yaitu relasi antara anggota keluarga yang bersifat mendasar dan eksklusif karena faktor ikatan biologis, ikatan hukum dan karena adanya kebersamaan dalam mempertahankan hidup.

Sebagai kelompok primer, keluarga berperan menciptakan persahabatan, kecintaan, rasa aman, dan hubungan interpersonal yang bersifat kontinu. Semua ini merupakan fondasi perkembangan kepribadian anak. Sangat tidak mungkin anak dapat bersahabat dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya, apabila ia tidak mendapat pendidikan dalam keluarga tentang persahabatan. Demikian pula apabila kepada anak tidak ditanamkan rasa aman ke dalam diri anak, ia cenderung berinteraksi penuh kecurigaan terhadap orang yang bukan anggota keluarganya. Hubungan antar pribadi yang continue juga perlu diajarkan kepada anak supaya ia mampu menjaga relasi interpersonalnya dengan orang-orang di luar keluarga yang ditemuinya.

Disamping itu, sebagai kelompok primer, keluarga memberikan kesempatan secara unik kepada anggotanya untuk menyadari dan memperkuat nilai kepribadian. Hanya di dalam keluarga seorang individu secara bebas mengekspresikan kepribadiannya. Dan kesempatan ini sangat penting sebab dari sinilah individu membangun harga dirinya.

Masih tentang keluarga sebagai persekutuan utama/primer, hubungan anggota-anggota keluarga dengan dunia luar, diakui atau tidak, diatur oleh keluarga. Menyangkut hal ini, corak keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a.Keluarga terbuka, yaitu keluarga yang mendorong anggota keluarga membangun hubungan dengan dunia luar. Persahabatan, kasih sayang, dan hubungan antar pribadi dapat dilakukan dengan semua orang.

b.Keluarga tertutup, merupakan keluarga yang menutup diri terhadap hubungan dengan dunia luar. Hubungan kasih sayang, persahabatan, dan hubungan antar pribadi lainnya HANYA dilakukan dengan anggota keluarga.

Dalam hal pendidikan dalam keluarga, kita dapat membagi keluarga menjadi tiga kelompok:

a.Keluarga yang benar-benar menerapkan pendidikan dalam keluarga secara ketat sebagai sesuatu yang penting

b.Keluarga yang acuh/santai. Segala sesuatu berjalan sesuai kelaziman.

c.Keluarga yang tidak terlalu mementingkan pendidikan dalam keluarga tetapi juga tidak acuh/santai. Tipikalnya situasional.

2.Sumber Kasih Sayang (affection) atas dasar ikatan biologis atau hukum secara bertanggung jawab.

Umumnya, sebuah keluarga terbentuk karena jalinan cinta kasih antara ayah dan ibu. Kenyataan ini sudah lebih dari cukup untuk menyatakan bahwa keluarga merupakan sumber kasih sayang. Maksud saya, di dalam keluargalah seorang anak merasakan kasih sayang dan belajar bagaimana mengekspresikan/ menyatakan perasaan cinta kasih kepada orang lain, bahkan bagaimana mencitai orang lain. Apabila keluarga gagal menjadi sumber kasih sayang, anak pun akan mengalami kegagalan dalam hal mengasihi orang lain. Namun sebaliknya, apabila keluarga mampu memenuhi kebutuhan anak akan kasih, anak tak akan mencari kasih sayang di luar rumah yang bisa saja berpotensi menjerumuskan dirinya ke hal-hal yang tidak diinginkan. Disamping itu, anak juga mampu menyayangi orang lain dengan cinta kasih yang diperolehnya dalam keluarga.

3.Institusi pembentukan anutan, keyakinan, agama, nilai-nilai budaya dan moralitas

Tak bisa dipungkiri, keluarga merupakan institusi pertama yang hampir seluruh pergerakannya ditiru oleh anak. Memang, pada dasarnya, keluarga merupakan sumber panutan bagi anak. Dari keluargalah anak belajar tentang keyakinan, agama, nilai-nilai budaya dan moralitas.

4.Wadah pemenuhan kebutuhan, baik materil maupun spiritual

Institusi yang paling bertanggung jawab terhadap kebutuhan jasmani dan rohani anak bukanlah institusi pemerintahan, bukan pula institusi swasta, melainkan institusi keluarga. Itu sebabnya, apabila ada anak yang kebutuhannya tidak tercukupi, maka pihak yang paling bertanggung jawab terhadap situasi demikian adalah keluarga. Tentu ada pengecualian terhadap situasi-situasi tertentu.

5.Lembaga partisipasi dari kelompok masyarakat (interaksi sosial)

Sebenarnya, cara termudah untuk mengetahui tinggi atau rendahnya partisipasi seseorang dalam masyarakat adalah dengan menelusuri partisipasinya dalam keluarganya sendiri.

Pentingnya Pendidikan dalam Keluarga

Pendidikan dalam keluarga penting, sama pentingnya dengan pendidikan di sekolah. Jika diibaratkan, pendidikan seperti koin yang memiliki dua sisi dimana pada sisi yang satu terdapat pendidikan dalam keluarga sedangkan pada sisi yang lain ada pendidikan di sekolah. Mengapa pendidikan dalam keluarga penting?? Faktanya, setiap orang yang bersosialisasi dalam masyarakat berasal dari keluarga. Kemampuan bersosialisasi tidak datang secara tiba-tiba melainkan hasil dari suatu pembelajaran panjang dalam keluarga. Sosialisasi dalam keluarga bertujuan membentuk:

1.Penguasaan Diri

Setiap anak perlu diajarkan tentang self controlled sebab masyarakat menuntut hal ini. Orang tua perlu menanamkan kepada anak bahwa masyarakat umum memiliki kepribadian berbeda-beda. Karena itu diperlukan cara yang berbeda pula untuk mendekati atau membangun relasi sosial dengan mereka. Dan penguasaan diri merupakan cara yang ampuh. Anak perlu diajar untuk menguasai diri ketika berhadapan dengan orang lain. Tidak mungkin anak dapat menguasai diri apabila tidak diajarkan dalam keluarga. Cara praktis yang bisa dilakukan adalah pada waktu orang tua meminta anak untuk memelihara kebersihan dirinya. Memang, ini bukanlah cara yang mudah. Tetapi justru karena itulah penguasaan diri anak dapat terbentuk, baik secara emosional maupun secara fisik.

2.Nilai-nilai

Nilai-nilai yang bisa diajarkan kepada anak secara bersamaan dengan penguasaan diri adalah mengajarkan anak untuk meminjamkan mainannya kepada temannya. Nilai yang terkandung di sini adalah berbagi alias tidak pelit/kikir. Bisa juga, mengajarkan anak kepada anak supaya tidak bermain sebelum pekerjaan rumahnya selesai dikerjakan. Hal ini mengajarkan tentang disiplin dan kesuksesan. Usia 6 tahun merupakan usia yang paling baik untuk mengajarkan nilai-nilai kepada anak. Dan keluarga bertanggung jawab penuh dalam usia ini.

3.Peran-peran Sosial

Interkasi dalam keluarga bermanfaat untuk pengenalan peran-peran sosial. Anak dapat mengenali peran orang tua (ayah dan ibu), kakak, adik, dan perannya sendiri. Dengan mengenali peran-peran sosial, anak dapat berinteraksi dengan dunia luar tanpa mengesampingkan perannya tersebut.

Yang Perlu Diperhatikan

Pendidikan dalam keluarga memang berlangsung secara spontanitas, namun ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan orang tua:

1.Tunjukan Teladan

Anak-anak suka meniru perilaku orang tua, baik perkataan, sikap maupun perbuatan. Pendidikan dalam keluarga hanya akan berhasil manakala orang tua mendidik dengan menunjukkan teladan. Pendidikan tentang penguasaan diri, nilai-nilai, dan peran-peran sosial akan gagal apabila orang tua tidak mampu menguasai diri, tidak memiliki nilai-nilai yang diajarkan, dan tidak melaksanakan peran sosialnya. Dalam pendidikan keluarga, orang tua tidak hanya berperan sebagai pendidik tetapi juga sebagai model tentang segala sesuatu yang diajarkan. Ada ungkapan kuno: “orang mungkin ragu dengan apa yang Anda katakan, tetapi mereka akan percaya dengan apa yang Anda lakukan“

Anak bisa saja ragu dengan apa yang orang tua ajarkan apabila orang tua tidak menunjukkannya terlebih dahulu dalam perilakunya. Namun sebaliknya anak tidak akan ragu dengan segala hal yang diajarkan apabila orang tua mampu menunjukkannya dalam perbuatan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, tanpa kata-kata pun suatu teladan dapat ditransfer kepada anak.

2.Konsisten

Hasil dari pendidikan dalam keluarga akan sesuai harapan manakala dilakukan secara konsisten. Inkonsistensi sama sekali tidak konstruktif terhadap pendidikan dalam keluarga. Sejatinya, sikap konsisten tidak hanya baik bagi pendidikan dalam keluarga tetapi juga mengajarkan tentang ketegasan, dan keteguhan dalam berprinsip.

3.Kesepahaman Pendapat Ayah dan Ibu (0rang tua)

Sudah menjadi rahasia umum, ayah dan ibu sering tidak sepaham dalam pendidikan keluarga. Sebenarnya, realitas ini merupakan penyebab gagalnya pendidikan dalam keluarga. Anak menjadi bingung dalam menentukan sikap. Ayah dan ibu boleh saja tidak sepaham, namun hal itu tidak boleh ditunjukkan di depan anak. Di depan anak, seharusnya, orang tua menunjukkan kekompakkan sehingga pendidikan dalam keluarga mendatangkan hasil yang membanggakan.

Penutup

Marilah kita tidak hanya terfokus pada pendidikan di luar keluarga. Sebab pembentukan kepribadian seseorang dimulai dari dalam keluarga. Berilah perhatian yang cukup terhadap pendidikan dalam keluarga.

Kiranya mencerahkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun