Mohon tunggu...
Daniel Yonathan Missa
Daniel Yonathan Missa Mohon Tunggu... Administrasi - Anak kampung

Saya anak kampung yang kampungan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Duet Jokowi dan Prabowo dalam Pilpres 2019, Demokrasi Menjadi Tidak Menarik

23 September 2017   10:34 Diperbarui: 23 September 2017   11:21 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hembusan angin pagi ini terasa berbeda. Begitu lembut di kulit namun menusuk hidung. Aroma pilpres 2019 tercium tajam. 

Wacana demi wacana digulirkan. Mulai dari yang tak biasa, biasa hingga luar biasa. Seketika obrolan warung kopi berganti topik. Setiap orang mendadak jadi pakar politik, termasuk saya (kikikiki). 

Jokowi disandingkan dengan Prabowo, bisik sang angin kepada saya. Masa sih? Koq bisa? Iya! Bisa dong! Dalam politik apa sih yang tak bisa?! 

Menduetkan Jokowi dan Prabowo pada pilpres 2019 bukan perkara mustahil. Toh hubungan kedua tokoh tersebut akur meskipun terjadi riak-riak diantara mereka. Itu biasa dalam rivalitas politik. 

Harus diakui wacana tersebut menarik tetapi efeknya terhadap pilpres 2019 tak menarik sama sekali. Coba pikirkan, rivalitas keduanya dalam pilpres 2014 lalu hingga kini merupakan topik yang senantiasa meningkatkan adrenalin. Mungkin ini salah satu sebab banyak pendukung Prabowo susah move on meski gelaran demokrasi tersebut telah lewat 3 tahun. 

Nah, jika Jokowi dan Prabowo diduetkan, maka tak ada kekuatan politik yang sanggup mengalahkan pasangan ini. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi yang mencapai lebih dari 60 % menyebabkan Jokowi menggungguli lawan-lawan politiknya. Apalagi jika beliau maju bersama Prabowo. Dipastikan menang mutlak! Kata orang Ambon: "seng ada lawan!"

Duet Jokowi dan Prabowo berimplikasi tidak menarik terhadap demokrasi. Sejatinya, demokrasi artinya rakyat memiliki opsi untuk memilih satu diantara dua atau lebih kontestan pilpres/pilkada yang notabene memiliki kekuatan politik setara. Jika pilihan ini tidak ada, maka gairah demokrasi menjadi tidak on. Publik akan memilih untuk tinggal di rumah ketimbang memberikan suara di TPS. Partisipasi pilpres merosot tajam. 

Beberapa waktu lalu kita menyaksikan pertandingan antara Timnas U - 18 vs Filipina. Lebih dari setengah lusin gol bersarang di gawang Filipina. Begitu pula ketika Timnas U - 16 menyarangkan 18 gol ke gawang Mariana Utara. Sama sekali tidak menarik! 

Dominasi mutlak memang tidak menarik. Tidak ada kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Hasilnya tentu membosankan meski mungkin memuaskan segintir orang. Kemenangan menjadi hambar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun