Mohon tunggu...
Atjih Kurniasih
Atjih Kurniasih Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Negeri 1 Cipanas

Guru SMPN 1 Cipanas lulusan D2 IKIP Jakarta Lulusan S1 Univ Suryakancana Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rumah Literasi Itu Bernama KPLJ

15 Maret 2017   05:35 Diperbarui: 15 Maret 2017   16:00 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DITULIS OLEH : ATJIH KURNIASIH

ANGGOTA KOMUNITAS PEGIAT LITERASI JABAR (KPLJ)

img-20170219-wa0032-58c86d3fda9373375416bf36.jpg
img-20170219-wa0032-58c86d3fda9373375416bf36.jpg
“KPLJ dideklarasaikan pada tanggal 29 Oktober 2016. Komitmennnya sebagai wadah bagi guru dan tenaga kependidikan untuk belajar dan berkarya, utamanya menghasilkan karya tulis. Oleh sebab itu sejak awal grup WA KPLJ sudah diingatkan dilarang copas dan menyebarkan berita hoax yang menyebabkan grup seperti “keranjang  sampah” (Idris Apandi dalam KPLJ Melawan HOAX)

Seorang rekan bertanya kepada saya. “Saya belum kenal KPLJ itu apa?” Saat dirinya saya tawarkan untuk masuk komunitas KPLJ. Seperti komunitas lainnya, komunitas inipun memaksimalkan WA untuk  sarana berinteraksinya. Pertanyaan rekan saya itu menggerakkan saya untuk menulis tentang komunitas yang satu ini, di mana  saya juga ada di dalamnya.

Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat (KPLJ). bergerak tidak jauh seputar mengembangkan budaya literasi. Komunitas yang didirikan oleh Idris Apandi yang kesehariannnya sebagai widyaswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan sekaligus trainer menulis. Karyanya terbilang tidak sedikit, tiga di antaranya Saya Guru saya bisa menulis, Literasi atau mati, Jalan Menuju Guru Mulya Karena Karya.

Kelahiran komunitas ini, menjadi sebuah alternatif dan angin segar serta menjadi daya tarik anggotanya. Mereka seperti juga penulis seperti menemukan “sebuah rumah” demikian Idris Apandi menyebutnya. Rumah yang memang mereka dambakan. Sebuah keluarga yang menawarkan apa yang mereka cari. Keluarga yang senantiasa memberikan motivasi, inspirasi, dan suport antara  sesama anggota layaknya sebuah keluarga.

Bu Anita Contohnya,  dalam tulisannnya yang berjudul Satu Tahun yang Sangat Berarti menulis,  bahwa dengan dirinya menjadi anggota Komunitas ini mendapat nilai tambah “Kebersamaan di grup KPLJ memberikan nilai tambah dan membuat saya lebih baik dari tahun lalu” ungkap bu Anita guru yang meraih guru berprestasi ke dua tingkat kabupaten Cianjur ini

img-20170219-wa0342-58c86e604ef9fd681ee18aaa.jpg
img-20170219-wa0342-58c86e604ef9fd681ee18aaa.jpg
WA grup komunitas ini, dijadikan semaksimalkan mungkin sarana untuk meningkatkan kompetensi anggotanya untuk berkarya. Dalam hal ini bidang literasi sesuai dengan ciri khasnya masing-masing. Seperti yang diungkapkan pula Erni Wardani yang kerap dipanggil “Ceu Entin” panggilan yang diambil dari judul buku berbahasa sundanya.

 “sebuah paparan yang paripurna. Pokonamah di KPLJ mah sedikit meleng, chat ratusan. Anggotana heterogen, ada penyuka puisi, artikel, cerpen, cerbung, hampir no hoax,” tulisnya dengan campur bahasa sunda dalam chat WA grup lain saat saya memintanya melengkapi  untuk memperkenalkan lebih jauh tentang apa itu KPLJ.

Seperti yang diungkapkan oleh Idris Apandi di atas,  bahwa dengan adanya komunitas ini diharapkan lahir banyak karya, terutama karya guru yang memang mayoritas anggota komunitas ini. Sehingga dalam seharinya WA grup dipenuhi dengan berbagai karya. Mulai dari puisi, cerpen, cerpen keroyokan sampai puisi Jepang Haiku. Adalah bu Cucu rekan mengajar  yang menyampaikan ke pada saya ketertarikannnya mempelajari puisi tersebut  setelah menyimak dan membaca hasil dari anggota komunitas ini. Akhirnya ibu  guru yang kesehariannnya mengajar bahasa Indonesia itu,  mencoba untuk membuat puisi Jepang.

img-20170219-wa0343-58c86fbd55977333539f2f9a.jpg
img-20170219-wa0343-58c86fbd55977333539f2f9a.jpg
Semua hasil karya anggota yang dipost di WA grup komunitas ini, diapresiasi dengan penuh penghargaan. Walaupun jujur saja,  saya seperti halnya anggota lainnnya kadang  kewalahan untuk mengapresiasi karya sesama anggota. Karena volume karya setiap harinya begitu deras seperti air menemukan muaranya dan dengan bebas mengalir tampa ada hambatan. Baguskah karya –karyanya yang tercipta? “Jangan bicara terlalu terbebani dengan urusan kualitas hasil karya. Yang penting berkarya dulu, urusan kualitas biarkan berproses”. Tulis Idris Apandi guru komunitas ini sekaligus pendiri dalam artikelnya “ KPLJ dan Literasi Produktif”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun